Senin, 27 Juli 2009

Novel Residu: Therteen.

Therten

Pimpinan Redaksi, Manajer iklan dan seorang Editor senior yang lain memasuki ruang rapat yang berada di lantai Editorial. Dibelakang mereka. Looke mengikuti. Dua jam kemudian kontrak penerbitan selesai diteken, termasuk pembayaran setengah dari nilai kontrak.

Dari sana dia naik ke lantai berikutnya, satu lantai diatas, hampir menjelang malam.

Miss Parker telah menunggu kemunculannya berjam-jam sebelumnya. Dia nampak gelisah dan letih, wajahnya kusut dan berminyak, aroma parfum dari tubuhnya yang berkeringat tak lagi semerbak sempurna. Dari pagi, siang hingga petang dia menyusuri sepanjang jalan Jakarta yang panjang dan penuh dengan kemacetan disana-sini, keluar masuk kantor, hotel dan restoran hanya untuk sekedar menyapa seseorang dan berbasa-basi ringan, sejenak sebelum berpindah ke pertemuan-pertemuan berikutnya.

“Sudah beres?” Mis Parker tak membuang banyak waktu. Looke menutup pintu, menguncinya lalu berjalan mendekati meja Miss Parker.
“Sudah, tinggal membelanjakannya saja. Terimakasih!”
Miss Parker tersenyum puas.
Namun keletihannya yang sangat, tak tersembunyi.
“Taruh tasmu di sana!”
Looke berpaling ke sofa untuk tamu, dia meletakkan tasnya perlahan dari sana, dia mengambil 3 bundel copy novelnya lalu menaruhnya di atas meja di hadapan Mis Parker.
“Ini novel pertama!”
Miss Parker mengambilnya dari tangan Looke dan mulai membaca ringkasan yang ada di cover belakang.
“Cukup menarik!” ungkapnya menanggapi tak seberapa lama kemudian, lalu melanjutkan mengambil copy yang kedua.
Dia mengangguk-angguk setelah selesai membaca ringkasannya.
“Sastra picisan, namun yang seperti ini yang laku di pasaran!”
“Edisi masa kini, mewakili zamannya!”
“Setengahnya adalah pengalaman pribadi dan selebihnya adalah angan-angan!”
Looke tertawa kecil, dia mengangguk, mengakui dan membenarkan.
“Dan yang ketiga?”
“Ini!”
Miss Parker memecingkan keningnya berusaha menarik kelopak matanya yang mulai terasa berat.
“Semuanya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris!”
“Tapi belum satupun yang terbit, bukan?”
“Benar!”
“Kau terlampau yakin dan ambisius!”
“Sebenarnya itu adalah ide dari seorang teman!”
Miss Parker tak memberi tanggapan.
“Aku ingin menunjuikan sesuatu, boleh?”
“Silahkan, apa?”
“Tunggu sebentar!”
Looke berpaling dari Miss Parker, cekatan dia menghampiri tasnya dan mengambil sesuatu dari sana.
Looke menunjukkan kepada Miss parker.
“Masih tersegel!”
“______________? Kau mau mengajkku main gila, yah?”
“Looke tersenyum genit, dia menggoda menunjukkan kehangatan dan maksudnya, tubuhnya malai berkeringat menebarkan aroma birahi yang telah menemukan bentuknya.
“Ayolah, sedikit saya, Miss!”
“Miss Parker tersenyum.
“Setelah itu sedikit lagi!”
“Tambah sedikit lagi!”
“Dan sedikit lagi, boleh?”
“Boleh?”
“Dasar laki-laki sialan!” ungkap Miss Parker dengan lantang sambil menyambar ponselnya dari atas meja lalu melemparkannya ke dinding, berdiri sigap dari kursinya lalu berlari kecil dan akhirnya melompat ke pelukan Looke.
Looke menangkapnya dengan gesit, dia mengerahkan semua kekuatannya dan memeluk tubuh Miss Parker dengan erat, dengan kuat hingga pelukannya terasa seperti akan merontokkan tulang-tulang Miss Parker. Dia menahan nafash sambil merenggangkan ototnya, ada sensasi yang dia rasakan menggeliat dalam tubuhnya, dalam pelukan Looke.
Looke mengangkat tubuhnya, emggendongnya, sambil memijit-mijit kuat bokongnya dan pahanya yang kencang silih berganti lalu membelai-belai rambutnya.
“Sayang.......!”
“Ya, Looke?” jawab Miss Parker penuh semangat.
“Kau tidak pulang ke rumah malam ini, bukan?”
“Tidak!”
“Jadi?”
“Kita akan bercinta sepuasnya, sayang. Benarkan?” jawab Miss Parker berbisik ke telinga Looke.
“Tentu!” balas Looke.
“Tapi....”
“Ada apa?”
“Bagaimana kalau orang rumah mencarimu?”
“Khan Hpku sudah rusak!”
“Kalau mereka menelponmu kemari, bagaimana?”
“Aku atau kau akan mengatakan bahwa aku sedang tidak ada di sini, mungkin sedang dalam perjalana pulang!”
“Kalau mereka mencarimu sampai kemari?”
“Itu urusanmu, bodoh!”
“Oh iya!”
Looke semakin erat memeluk tubuh Miss Parker. Dia menjuntai di bahu Looke, tenggelam dalam pelukan erat penuh sayang dan hasrat Looke, dia semakin bersemangat memijit tubuhnya, pahanya dan bokongnya, Miss Parker merintih, mengerang dan menjerit setiap kali pijitan Looke pas menyentuh uratnya dan ototnya.
Miss Parker, dia letih dan birahi, sia telah berjalan jauh, berkeliling ke banyak tempat, bertemu begitu banyak orang, dan bekerja lebih banyak dari siapapun, sekarang dia birahi, itu semua adalah sebuah kenikhmatan, sebuah permulaan.
Mereka bercinta, dua kali melampaui pengalaman puncak yang hebat, setelah itu mereka pulang, dalam keadaan mabuk.



*


Both Dior yang bersol kayu di tumitnya berdetak harmonis seirama dengan ayunan langkahnya yang anggun dan percaya diri menyusuri lantai _________ yang terbuat dari panel-panel trasso granit yang licin, bersih dan berkilau.

Namun dia tidak sendiri, ini kejutan, dia menggandeng Pearl dan Sam. Meadowri berada di salah satu meja yang ada disana, duduk membelakangi pintu masuk.

"Selamat malam nona!"

Meadowri berpaling. Dia melihat raut tegang dan pucat di wajah Pearl dan Sam. mereka bingung dengan sorot kamera yang diarahkan kepada mereka. looke tidak memberitahukan apa yang sedang berlangsung. Mereka telah menonton beberapa episode kencan Meadowri dengan Looke di TV, tapi tidak tahu menahu sedikitpun tentang shoting maam ini. Mereka berpikir, ini mungkin adalah makan malam yang istimewa dari Looke untuk mereka. banyak hal akan terjadi dalam hidup mereka dalam beberapa waktu kedepan. Ini mungkin adalah bagian dari kenagan mereka, yang akan mereka tinggalkan, dan bahkan mungkin lupakan.

Looke ingin semuanya berjalan wajar, mengalir sebagaimana yang seharusnya sebagaimana kebiasaan keseharian mereka bertiga. Looke ingin mereka tampil sebagaimana umur mereka, sebagai dua orang anak-anak.

Meadowri kecewa. Dia memendam rasa marah dalam dirinya. Dia ingin mengungkapkannya, menumpahkan semua perasaannya malam ini. Dia sengaja memilih restoran yang romantis, lagi pula ini adalah shoting terakhir dirinya dengan Looke, malam ini dia akan tereliminasi dari kencan Meadowri yang telah mendekati akhir pertunjukan.

Penonton kencan Meadowri telah memilih, telah merequest siapa yang akan tetap bertahan dan pada akhirnya menjadi sang penakluk Meadowri dan siapa pul;a yang harus tersingkir di setiap episodenya, tapi karena ini adalah tontonan Sutradaralah yang menentukan, bagaimana pertunjukannya harus berjalan.

"Siapa"

Meadowri belum mengenalnya.

"Anak-anakku!"
"Anakku? Jadi Looke, kau sudah berkeluarga?"

"Perkenalkan....."

"Pearl!" sambung Pearl cepat memperkenalkan dirinya.

"Dan........"
"Sam!"

"Pearl dan Sam?"

"Yep!"

Pearl dan sam mengangguk mengikuti jawaban Looke.

"Ayo, silahkan duduk!"

Dia berpikir jelas bagaimana menyesuaikan dirinya dengan apa yang ada di depannya. Sekali lagi dia kecewa, dia tidak menduga ataupun mengharapkan Looke adalah seorang duda.

Pita dalam ketiga kamera masih panjang.

Namun ini tidak akan berlangsung lama.

Ini adalah sebuah makan malam terakhir, hidangan penutup yang disajikan di meja kehidupan mereka berdua.

Seorang pelayan baru saja meninggalkan meja mereka dengan 2 lembar bon makanan. Menu-menu yang terbaik yang tertulis dalam bon perlu beberapa saat untuk mengolahnya sebelum disajikan.

"Apa yang mereka ketahui, Looke?"

"Pearl menontonnya 'Kak!"
"Kamu?"

"Benar!"

"Dan Sam juga!"

Looke hanya mengangguk dan menebar senyum.

"Mereka sangat menyukainya!" tanggapnya.

Meadowri berpaling kembali ke Pearl dan Sam.

"Bagaimana menurut pendapat kalian?"

"Papa yang paling keren!"

"Benar Kak!" sambung Sam sambil mengacungkan jempolnya.

"Ya khan Pa?" lanjutnya.

Meadowri dan Looke saling bertatapan.

"Terima kasih!" jawab mereka serempak.

"Baju yang Kakak pakai itu seperti yang Kakak pakai dalam episode yang lalu?"

"Papa yang mengotorinya!"

"Tapi sudah kakak cuci sampai bersih. Lihat!"

Meadowri berdiri meninggalkan kusrinya, di koridor sempit yang merupakan jarak kosong antar meja dia berputa-putar dua tiga kakli menunjukkan pakaiannya, dia ingin membuktikan ucapannya.

Looke tahu itu adalah stelannya yang terbaru.
Pearl dan Sam terperagah, mereka berdua kagum akan kecantikan Meadowri dan keaindahan pakaiannya.

"Pearl ingin cepat besar!" bisik pearl diam-diam dalam hati.

"Pearl, Sam, bagaimana? Looke?"

"Cantik sekali!" balas mereka bertiga hampir serempak. Meadowri membalasnya dengan senyumannya yang termanis, dia puas dan bahagia melihat mimik wajah tenang di kedua ank itu.

"Itu hanyalah segelas Cappucino!" pikir mereka berdua.

Meadowri kembali ke tempatnya.

Dari dalam tasnya. Looke menfgambil dua lembar foto, selembar foto close up Meadowri dan selembar yang satunya adalah foto dia dan Looke dari salah satu lokasi syuting. Dia membagikann ya kepada Pearl dan Sam sambil membisikkan sesuatu.

Meadowri terperanjat melihat kedua lembar foto itu dan persiapan Looke.

"'Kak tolong ditandatangani!"

"Tanda tangan Kakak jelek, bagaimana ya?"

"Papa juga!"

"Kalau begitu, baiklah Pearl!" dia mengambil bolpoin parker dawat dari tangan Looke, foto dari Pearl dan Sam lalu membubuhkan tandatangannya, berikut sebuah catatan pendek dibawahnya, darinya.

Pearl tersenyum, dia puas dan bahagia, perasaan yang kira-kira sama seperti yang dirasakan Meadowri tadi.

"Kakak adalah idola Papa, Pearl dan Sam!"

"Tapi Papa juga masih punya banyak pacar!" sambung sam sambil membayangkan banyaknya foto di dinding kamar mereka.

Pearl melirik ke arahnya.

Bersamaan dengan itu, Pelayan yang membawa makanan pesanan mereka menyapa.

"Steak...."

Untuk Meaadowri!" jawab Looke sambil membantu pelayan meletakkan piring stak di hadapan Meadowri.

"Sosis......"

Untuk Papa, Pearl dan untuk Sam!"

Mereka berdua nampak begitu berselera.

"Ini yang pertama kalinya kami datang ke sini!"

Meadowri mengangguk memaklumi sambil memotong-motong steak di piringnya dalam ukuran kecil.

Seorang Pelayan yang lain muncul dengan membawa minuman.

"Masih penasaran dengan Cappucino paling enak yang pernah saya ceriotakan?"
"Ya!"

"Ini dia, Looke!"

Meadowri menyambut cangkir capoucino dari tangan pelayan dan menghidangkannya ke hadapan Looke.

"Cappucino paling enak? Meadowri, kau yakin?"

"Dicoba saja dulu!"

Looke cepat mengangkat gelasnya dan menyeruput cappucino panas itu sedikit demi sedikit.

"Penilaianmu benar-benar sempurna!"

"Dan bosmu tidak lain adalah bos yang hebat, Looke!"

"Ya, dia berhasil membuat kami mempercayai takhyul, bualannya itu selama bertahun-tahun!"

"Ha.., ha.., ha..!"

Tapi tiba-tiba Meadowri berhenti tertawa. Seorang tamu yang sedang mendekati meja pesanannya menarik perhatiannya. Dia tamu yang baru saja masuk.

"Looke, lihat, bukankah itu adalah bos Nomoto?"

"Apa? Bosku? Disini?"

"Itu..., coba kau lihat!"

Looke memutar tubuhnya mengikuti arah yan ditunjukkan oleh Meadowri.

"Ya tuhan, dia benar-benar ada di sini?"

"Menurutku dia langganan di sini!"

"Benar pembual, sialan!"

"Ha.., ha.., ha..!"

Pearl dan Sam tidak memerlukan banyak waktu untuk menghabiskabn sosis-sisis di pringnya. Dalam sekejab piring mereka bersih.

"Pearl dan Sam mau tambah lagi?"

Pearl melirik ke arah sam, mencoba bertanya sekaligus mengajaknya untuk jawaban yang masih dia pendam, dia membalasnya dengan raut wajah yang bingung lalu melirik ke Looke. Looke tak cepat menanggapi, dia menimbang terlebih dahulu apakah anak-anaknya benar-benar masih memerlukan sedikit tambahan sosis lagi atau tidak.

Tapi Pearl tak membuang banyak waktu.

"Tidak 'Kak, Sam sepertinya sudah kenyang, kata Papa!" ungkap Pearl kecewa dengan raut muka Looke, dan lamanya waktu yang dia perlukan untuk membuat keputusan. Sam mengangguk membenarkan Pearl.

Looke terhenyak dari lamunannya, jawaban Pearl benar-benar menyadarkannya dan membuatnya malu.

"Pearl, Papa belum mengatakan apa-apa bukan?"

Pearl tak menjawab, dia nampak tegang.

"Papa mau tambah satu porsi lagi, bagaiamana dengan Pearl dan Sam?" lanjut Looke menghentikan ketegangan dan rasa bersalah yang dirasakan oleh Pearl.

"Tambah juga!" jawab mereka berdua serempak dengan bersemangat.

Meadowri tak memberi komentar, dia hanya mecoba tersenyum, dia terhanyut dengan situasinya.

"Sudah kenyang...., kata Papa? Boleh juga Pearl!" bisiknya dalam hati.

Setengah porsi sosis hanya memerlukan waktu setengah dari waktu sebelumnya.

Tempat yang sangat menyenangjkan. Kau lihat sekeliling, benar-benar nyaman dan romantis!"

"Dan masakannya, cappucinonya yang hebat!"

"Tidak diragukan lagi, kau memang ahli dan pandai dalam memilih, itu menurutku, paling tidak sampai sejauh ini!"

"Sebulan sekali saya datang ke mari, makan steak atau sosis dengan secangkir latte atau cappucino sudah seperti ritual buat saya!"

"Ritual yang mengeyangkan!"

"Dan mahal, kau tahu khan Looke, semua ada harganya. O ya, untuk memastikan kau perlu waktu berapa lama lagi?










Tidak ada komentar:

Posting Komentar