Minggu, 12 Juli 2009

Naskah sebuah Novel: Chapter ten.


Chapter ten.




Looke membuka Carlsbeer yang keempat, meneguk sedikit lalu ke toilet. Itu adalah permulaan, tidak lama lagi dia akan kembali ke sana, dan seterusnya. Semakin banyak bir dia minum, dia akan semakin sering terlihat keluar masuk toilet, dan semakin mabuk. Alkohol dalam Beer mulai menampakkan fungsinya, itu nampak di wajahnya, merah dan sorot matanya menjadi sedikit sayu, gerakannya lunglai namun hal tersebut sekaligus berarti bahwa dia dapat berbicara jauh lebih banyak. Meluas dan mendalam tentang berbagai hal, jauh dari keadaan normalnya.
Tapi siapa yang benar-benar percaya ucapan yang keluar dari seorang peminum? Dari seorang yang sedang mabuk?
Saya kerap berada dalam situasi serupa itu, dan tentu saja setelah sadar kembali, lepas dari pengaruh alkohol, beberapa waktu setelah itu, saya mulai mengingat kembali semua ucapan-ucapan saya dari kaleng ketiga sampai dengan terlentang tak berdaya di kursi sambil mulai memuntahkan sedikit demi sedikit Bir-bir yang telah saya minum beserta semua makanan yang ada di sana, saya mulai menyadari ternyata semua yang telah saya ungkapkan dan katakan sesungguhnya adalah omong kosong terhebat yang pernah saya ucapkan.
Jika anda pernah melewati masa-masa seperti itu, saya yakin bahwa anda akan percaya jika saya mengatakan itu adalah salah satu saat-saat paling indah dan membahagiakan dalam hidup, paling tidak untuk seorang peminum arak seperti saya. Jika di antara makanan dan minuman yang ada dalam perut anda ada juga hal-hal lain yang tidak berguna, tentu alkohol tersebut terbukti bermanfaat bukan?
Di wajahnya, Meadowri mulai terlihat ragu, apakah situasi yang berkembang di depannya adalagh merupakan bagian dari skenario atau tidak lagi. Semaunya nampak wajar dan, sungguhan, cermin yang memantulkan kehidupan Looke yang sebenarnya, di bawah sorot lampu dan kamera.
Orang-orang sering menasehatinya, jangan pernah hidup dengan seorang pemabuk, namun saat ini, yang seorang itu ada di depannya. Semeja dengannya, nampak mulai membual di kehidupanna. Meadowri berusaha sedapat mungkin mengikutinya, mengikutinya sampai sejauh mana ini akan berlaku. Suatu waktu di Paris, dia menghadiri sebuah Fashion show dimana beberapa orang pragawatinya berada dalam keadaan setengah mabuk. Hasilnya, show berjalan mulus dan tetap berakhir sebagaimana biasanya. Saya juga.
Looke menarik selembar tomat dari balik lipatan Burger, lalu menunjukkannya ke hadapan Meadowri.
“Ini hanya selembar tomat, seperti yang kau lihat. Tomat yang diiris tipis dengan tekhnik yang sangat baik. Mengiris tomat, bawang dan mencampur adonan adalah pekerjaan utama saya sehari-hari di Nomoto....”
“Kau adalah pembuat roti yang handal, aku percaya!”
“Benar. Tapi bisakah kamu membayangkan seperti apa bentuk utuh dari selembar tomat ini?”
“Meadowri mencoba membayangkannya sambil merangkai satu persatu kata-kata yang sekiranya pas untuk mengatakannya.

Looke tak menunggu, membuang banyak waktu berlalu begitu saja.
“Ukurannya kira-kira sedikit lebih kecil dari hamburger yang ada di tanganmu itu!”
“Sebesar ini?”
“Coba kau kecilkan sedikit, gunakan imajinasimu untuk mereduksi ukurannya, bukan nilainya, arti pentingnya atau fungsinya, kau akan menemukan ukurannya yang pas, paling tidak ukurannya yang mendekati!”
Meadowri meletakkan hamburger di atas meja, dan dengan tangannya dia membeknuk sebuah lingkaran, sebuah kepalan.
“Kira-kira sebesar ini?”

“Ya, benar. Tapi bisa juga lebih kecil sedikit lagi!”
“Seperti ini? Balas Meadowri sambil mengecilkan sedikit lingkarannya.
“Ya, sebesar itu, tapi juga bisa lebih besar.”
Meadowri mengerti maksudnya.
“Seperti ini yang kau maksud khan?” dia memmperbesar kepalannya dua kali lebih kecil dari pengecilannya.
“Kira-kira seperti itu!” jawab looke. Dia puas.
Dia mengambil kemabli Hamburgernya dari atas meja dan menunjukkannya ke hadapan Looke.
“Sebesar inilah ukurannya yang paling mendekati, sialan!” jawab Meadowri dengan ketus dan sebel lalu menggigit tepian hamburger seukuran dengan lebar gigitannya yang maksimal yang dapat dia lakukan.
“Kurangi sedikit dari yang baru saja kau gigit itu!”
Itulah ukurannya yang paling bijaksana!”
“Yep! Rasanya?”
“Jangan kau bertanya!”
“Kunya Hamburgernya perlahan-lahan, Nona. Dengan mulut terkatup, biarkan tekanan gigitan dan kunyahan menghembuskan udara ke hidungmu. Dari situ kau akan dapat merasakan aroma kelezatannya. Setelah kau menelannya, kelezatannya pun habis. Hanya kenangan dan memori kelezatannya saja yang tertinggal, yang akan menghantuimu untuk senantiasa datang kembali ke sini setiap kali kau punya waktu dan uang yang cukup. Bayang-bayang imajiner kelezatannya itu, kira-kira sama adiktifnya dengan alkohol di Carlsbeer atau nikotin di setiap batang rokok dan tembakau. Maaf nona, ini adalah rahasia,
di kehidupan seksual saya, lidah sangat membantu, jelas, tidak hanya di dapur Nomoto.
Meadowri tersentak terkejut mendengarnya. Dia merinding, bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya berkidik, dalam sekejab birahi yang meledak telah menguasainya....
“Apa?”
Dia berteriak, separuh histeris, menggema ke seluh ruangan restoran itu. Orang-orang melirik ke arahnya, tidak ketinggalan Foster, Kline dan kru.
“Aku khan sudah minta maaf sebelumnya!”
“Bodoh!”
“Mau minta di cut tidak?”

“Jangan, bodoh!” jawabnya cepat, birahi seperti zat adiktif di tubuhnya mencoba menguasai pikirannya dan kehendaknya, dia menggeliat karena sensasi yang tertahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar