Jumat, 10 Juli 2009

Naskah sebuah Novel: Chapter nine.


Chapter nine.



Looke yang muncul paling belakangan dari semua teman kencan Meadowri. Sudah beberapa hari ini dia masuk sif pagi. Sepanjang sore itu hingga malam akan diadakan pengambilan gambar di studio rekaman dan pengambilan suara untuk sesi unplug dalam beberapa hari ke depan. Mereka akan mengambil bagian, bernyanyi bersama dengan Meadowri dalam sebuah lagu.

Sebuah kamera mengikuti langkahnya. Seharian dia berada di Nomoto mengambil profil pekerjaan Looke. Sekarang dia nampak bergegas keluar dari sana, dari pintu belakang, melompat ke atas bus kota yang akan membawanya ke sebuah Plaza.

Semua gambar yang telah diambil sepanjang hari hingga sore itu dan dalam beberapa waktu ke depan akan diedit ulang, dicompose dan dirangkaikan kembali dengan gambar yang telah diperoleh dari kencan-kencan Meadowri yang lain hari itu dengan latar belakang dan cerita yang berbeda lalu, siap untuk ditangkan di episode berikutnya.

Periode pendahuluan kencan Meadowri yang terdiri dari beberapa episode telah ditayangkan. Drama telah dimulai beberapa hari lalu, mereka sudah berada di separuh perjalanan, dan penonton-penonton yang emosional telah memilih, menentukan pilihan siapa yang akan tereliminasi di episode berikutnya.

Dia telah sampai di plaza.

Looke cepat menemui Foster yang membaur di anatara para kru. Looke tersenyum ke arah Meadowri, dia cantik dan anggun, dan sangat berkelas dengan--------------------di tubuhnya.

Thema malam ini adalah sesuatu yang dramatis dari situasi yang berkembang tidak menyengkan, keduanya akan memanikan karakter yang sama, sebagai pribadi dari sebuah kencan protagonis yang tidak menyengkan, yang memuakkan dan membosankan.

Meadowri mendahuluinya memasuki Wendy's restoran. Tidak banyak restoran Wendy's di Jakarta, jadi cukup muda untuk menebak dimana mereka berada, mencarinya, kalau tidak di sana, berarti di suatu tempat, di sini.

Dia memesan minuman ringan untuknya.

Tak lama kemudian looke muncul, nampak kusut, semrawut dan tergesa-gesa. Ini akan menjadi kencan yang buruk.

“Maaf, aku terlambat, cantik!”

“Meadowri melirik jam tanganya___________.

“Tidak masalah. Aku juga tiba belum seberapa lama!”

“Bagaimana kabarmu hari ini?”

Looke bertanya sambil membaca dari atas ke bawah, satu persatu menu yang ditawarkan restoran tersebut.

“Baik saja!” Meadowri menjawanya datar. Lalui beranjak sedikit dari kursinya untuk memperbaiki letak roknya.

Tak seberapa lama, pesanan khusus mereka datang, pelayan mulai mengaturnya di atas meja.

Looke mulai dengan sepiring salad yang segar, dalam piring yang besar, mereka berbagi. Dia mengambil sekaleng bir dari tasnya dan membukanya. Seperti kehausan, dalam sekali tegukan, sekejap mata, bir satu kaleng itu habis.

Dia bersendewa dengan kera.

Meadowri tersentak dia merinding mendengarnya.

Lalu mengambil bir yang kedua.

“Mau?”

“Tidak, kamu saja!”

“Masih ada beberapa kaleng di tasku, tidak mengapa!”

“Kali ini tidak, Looke. Sekali lagi, kau saja!”

“Bagaimana kabarmu?” Lanjutnya.

“Baik-baik saja. Tak ada yang istimewa.

Dia berhenti sejenak, seperti sedang memikirkan dan menimbang suatu hal.

“Sebenarnya kurang baik! Aku ada sedikit masalah tadi sore di Nomoto.”

“Setiap orang punya masalah sendiri-sendiri, Looke. Seperti apa masalahmu?”

“Bos memarahiku!”

“Mengapa?”

“Karena menumpahkan minuman ke gaun seorang tamu, VIP. Sebenarnya aku tidak sengaja!”

Looke meneguk sedikit bir.

“Dia sering marah, sebagaimana semua bos di dunia, kai tahu khan seperti apa, semua karyawan pernah mengalaminya, tapi sore tadi dia sangat lain dari biasanya. Dia benar-benar marah, dia murka!”

“Terkadang sesorang mendapatkan masalah di lain tempat, menahannya selama beberapa saat lalu kemudian menumpahkannya di tempat lain. Mungkin seperti itulah yang terjadi!”

“Kau benar, tapi untuk kali ini, aku menyadari bos layak marah sebesar dan sehebat itu. Apa yang aku rasakan saat ini ada sisa-sia, residu, dan gambaran asaan marah dan kesal pada diriku sendiri, mengapa sampai aku melakukannya, melakukn kecerobohan tersebut?”

“Seberapa fatal kesalahanmu? Itu hanya tumpahan, sedikit khan?”

“Kau bayangkan saja, segelas jus ukuran jumbo tumpah di atas gaun yang mahal, menciprati jas seorang teman pria di sampingnya. Mereka jelas harus membeli yang baru!”

Kaleng yang kedua baru saja habis. Dia memencetnya hingga sepipih mungkin lalu memasukkannya kedalam tas. Dari sana dia mengambil yang baru, alalu membukanya.

“Plook!”

Meadowri tersentak kaget, dia terkejut tak menduganya sama sekali!

Lalu...

“Cus.......!” buih-buih busa bis yang terkocok lama menyembul hingga membasahi tangannya, tumpah kebalik meja.

Looke tersenyum, seolah itu biasa, lupakan saja, jangan dipikirkan. Wajahnya mulai nampak memerah. Dia menjilat permukaan kaleng yang dipenuhi oleh bir lalu menggigit sedikit Beef Burgernya.

“Kau pernah Mengalami yang seperti itu?”

“Mabuk maksudmu?”

“Bukan, tapi dimarahi!”

Meadowri terpekur, seolah berpikir mencari kepingan kenangan yang demikian itu yang mungkin tersembunyi di benaknya dalam memorinya. Hanya ada melodi yang harmonis, nada-nada yang menyenangkan hati, menangkan jiwa dan lagu yang terdengar merdu, club yang menyenangkan dan pentas fashion show yang gemerlap. Hidupnya yang luar biasa berjalan biasa sebagaimana yang biasanya, seharusnya dan sewajarnya, dimana semuanya berjalan baik-baik saja. Dia sangat mencintai keluarganya yang damai dan harmonis, kemarahan yang meledak, memuncak dan berada diluar akl sehat tak pernah terjadi, dia belum pernah mengalaminya.

“Seingatku tidak pernah. Kalaupun ada, akulah yang melakukannya, seperti bosmu itu!”

“Staf manajemenmu?”

“Iya!”

“Pernah ada yang kabur tidak?”

“Tidak!” ungkap Meadowri dengan tegas.

Lanjutnya, “Kau merencakannya?”

“Akh tidak, tentu saja. Tapi entahlah juga. Mungkin juga sudah saatnya, sudah waktunya saya mulai berpikir yang lain tentang tempat dan pekerjaan yang lain. Yang mana yang baiknya saja nanti!”

Kemarin pagi, bos Nomoto datang lebih pagi. Restoran telah dibuka, semua karyawan telah berada pada posisinya dan menjalankan tugas dan pekerjaan mereka masing-masing. Namun Looke tidak ada di sana. Dia muncul setelah setengah hari jam kerja berlalu.

Seorang karyawan masuk setengah hari? Peristiwa tersebut barui pertama kalinya terjadi di Nomoto. Looke adalah karyawan senior adalah pertimbagannya. Bos tidak senang, dia memendamnya hingga malam berganti pagi hingga Looke membuat kesalahan yang lain, kesalahan yang terbaru darinya. Jika hal tersebut tidak dibereskan, boleh jadi akan menjadi preseden yang buruk, contoh yang tidak baik dan pantas untuk karyawan-karyawan lain, yang sederajat dengannya atau yang lebih mudah.

Ternyata bos Nomoto tidak perlu memendam terlampau lama perasaannya. Dengan cepat, hanya selang beberapa jam, sehari, Looke telah membantunya memberinya peluang terbuka yang dia harapkan dan tunggu-tunggu, yang menghantui tidurnya, menjadi mimpi buruknya, yaitu peluang untuk mengungkapkan perasaannya, kemarahannya kepada yang bersangkutan, kepada Looke.

Itulah yang kemudian terjadi.

“Aku punya cerita lain! Katanya memecah keheningan.

Looke meneguk sedikit Carlsbeer lalu mempermainkan kaleng yang masih berisi setengah bir di tangannya. Dia menarik nafash panjang, menghembuskannya perlahan dan beraturan, dia nampak serius, aliran darahnya mengalir deras ke seluruh tubuh, ini sehat, dari denyutan jantung yang sehat. Jika dia tidak lagi berdetak normal, tidak mau lagi berdetak kencang sekalipun anda telah meneguk setengah krak bir, tidak mampu lagi memompa darah ke seluruh tubuh anda dengan normal sebagaimana ritme detakannya, itu tandanya jantung anda tidak lagi sehat, anda dan jantung anda sudah sakit. Jika dia telah berhenti berdetak, itu tandanya anda telah mati, cerita hidup anda telah berakhir. Jika dia terlampau kencang, itu tandanya anda sedang ketakutan.

“Seperti apa?” tanya Meadowri, menunjukkan keseriusannya. Dia berharap dapat mendengar lebih banyak dari Looke, tentang luapan perasaannya, keresahannya, kemarahannya segala kekecewaan dan kebahagiaan dalam pergumulan hidupnya. Ini adalah waktunya, saat-saat yang singkat dengannya, yang sangat berharga baginya. Setelah episode ini berakhir, mereka akan kembali ke kehidupannya masing-masing dengan segala macam urusan, kesenangan, keluh-kesahnya sendiri-sendiri. Di derajat tertentu dari kedalaman bathin mereka, Meadowri ataupun Looke tidak mungkin menutupi dan mengingkari bahwa sedikit cinta telah tersemaikan dalam kedalaman jiwa mereka. Namun pada derajat yang sama, mereka sadar, seberapapun tingginya bibit cinta itu tersemaikan dan bertumbuh, mereka tidak akan pernah menjalaninya.

Cinta mereka adalah cinta yang tersemaikan dan tumbuh di balik kamera, silau lamopu sorot aneka warna, make up dan manuskrip skenario. Ini adalah pertunjukan, drama mereka, tentang cinta.

Looke melanjutkan, memulai ceritanya....

“Ada dua orang, yang berkenalan di internet mengikat janji untuk saling bertemu. Setelah waku, hari dan tempat ditentukan dan disepakati bersama, tibalah saatnya bagi mereka untuk melakukannya, mereka bertemu. Keduanya sangat terkejut. Sambil menikmati Pizza pan di Domino's, yang seorang berkata, mengungkapkan perasaannya kepada kenalannya itu:

“Tadi malam saya menonton fashion show di Fashion TV, menampilkan desin-desain karya Stephene Rolland, saat baru dimulai dengan kemunculan seorang Pragawati yang kemudian diikuti oleh Pragawati lainnya, saya sama sekali tida mengetahui seperti apa rupa Stephene, sang Designer. Begitu semua Model selesai memperagakan semua hasil rancangansang Designer, dari belakang panggung muncul Stephene Rolland, sang designer itu tentunya dengan langkah sedikit melompat ke balik panggung lalu berjalan memberi salam dan sebuah kecupan ke arah penonton. Saya terkejut, bukan dengan lompatannya, tapi ternyata dia adalah seorang Designer laki-laki. Saya pikir perempuan. Belakangan saya sadar, namanya ternyata berakhiran e, bukan I, jadi sesuai dengan ejaan namanya, dia memang adalah seorang laki-laki. Sebenarnya saya menduga dan berharap kamu adalah perempuan!”

“Saya bisa menjadi perempuan untukmu. Kalau kau menginginkannya dan memerlukannya!” jawab kenalannya itu bersemangat.

“Tidak. Jangan. Terimakasih!” jawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar