Senin, 29 Juni 2009

naskah sebuah novel: Chapter two.

Chapter two.



Jam weker di atas meja berdering, sebagaimana setelannya. Ayam jantan berbokok saling sahut menyahut dengan ayam betina, terdengar dari jehauan, dari sebuah kampung yang tak jauh dari tempat tersebut., yang kadang berkokok lebih cepat dari setelan jam weker, namun terkadang pula lebih telat.

Pearl terbangun dengan cepat, lalu membangunkan Sam dan Looke, yang bangun dengan cepat sebagaimana biasanya, dan yang pertama kali dilakukannya adalah membuat dua gelas susu cokelat Milo, masing-masing segelas untuk Pearl dan segelas untuk Sam. Tidak lupa segelas kopi untuknya sendiri. Setelah itu, kemudian membuat beberapa lapis roti sandwich untuk sarapan mereka dan untuk bekal Sam dan Pearl ke sekolah. Pearl berumur 8 tahun, kelas dua di sebuah sekolah dasar negeri, seperempat jam perjalanan dengan kendaraan umum ke sana.

Sam berumur 7 tahun,Tk, di sekolah yang sama, dia memiliki Ibu yang berbeda dengan Pearl, tidak diragukan lagi wajah mereka serupa dan jelas bahwa Looke adalah ayah kandung mereka berdua. Mereka tidak mengetahuinya, mungkin belum.

Looke bekerja d sebuah restoran Steak & Bakery kurang lebih telah lima tahun tahun terakhir ini, dengan upah bulanan yang cukup, pas untuk membiayai kebutuhan hidup mereka bertiga dari sewa kamar, makanan, rekreasi mingguan, uang jajan Pearl dan Sam hingga biaya sekolah mereka.

Looke adalah seorang Penulis yang handal, dia hebat dalam merangkai kata dan membuat cerita. Umurnya 34 tahu, cukup tua kiranya untuk di sebut sebagai seorang Penulis muda dan berbakat. Itu adalah sebutan yang seharusnya dia sandang 10 tahun yang lalu, saat dia baru mulai merintis karirnya di dunia kepenulisan dengan membaca buku!

Kamar itu terletak di lantai dua sebuah rumah yang berdiri diatas sebuah pekarangan yang luas berbentuk hurup U. Sebagian penghuninya adalah pekerja kantoran, beberapa orang mahasiswa dan sisanya adalah pasangan suami-istri dan pasangan samenleven.

Di dalam kamar no. 20 itu, ada sebuah sringbad double size tempat tidur untuk mereka bertiga, sofa panjang kelas satu Montiso berwarna biru langit yang lembut dan nyaman, sebuah kulkas medium, meja tulis serta rak buku dimana bertumbuk sejumlah novel dan majalah.

Sam berdiri dari duduknya dari sofa yannyaman itu lalu melompat ke atas ranjang, berjalan mendekati dinding yang merapat dengan tempat tidur. Perhatiannya tertuju pada sebuah foto yang baru tertempel di dinding beberapa jam sebelumnya., di anatara gambar-gambar lainnya yang mengitari ke 4 sisi sebuah TV flat yang menmpel di dinding.

“Ada yang baru, Kak!”

Pearl berdiri, meompat mngikuti langkah Sam. Dia memandangnya dengan seksama, hartinya mulai membaca, Sam yang penasaran melirik ke arahnya...

“Itu gambar siapa Kak?”

“Tertulis Yuna Ito dan Gianna Jun!”

Bersamaan dengan itu, Looke keluar dari kamar mandi.

“Yuna Ito itu siapa sih Pa?” tanya Prearl cepat, ingin tahu lebih banyak dari yang sejauh ini dapat dia baca.

“Penyanyi Jepang. Dia adalah seorang penyanyi yang hebat!”

“Bagaimana dengan Gianna Jun?”

“Bintang Film, dari Jepang!”

“Bagaimana pendapatmu Pearl dengan gambar itu?”

“Cantik, Pa. Dua-duanya!”

“Sam?”

“Benar, mereka cantik sekali, Pa!”

“Itu adalag foto Yuna Ito di sebuah studio rekaman dan Gianna Jun sedang bersiap menuju ke sebuah pesta!”

“itu di tokyoo khan Pa?”

“Benar, pestanya di tokyoo, Sam!”

Sam mengambil kepingan CD Endlless Story lalu memutarnya di palyer VCD, kemudian melangkah keluar dari kamar, menjemur handuknya di atas bentangan sebuah tali depan kamarnya.

Pearl meneruskan mebaca tulisan, komentar yang ditulis Looke di kaki kedua foto tersebut, mengejanya satu persatu menjadi sebuah kalimat yang utuh sedapat yang dia bisa:




Gianna Jun, menurutku, kamu adalah seorang perempuan muda yang beranjak dewasa, semakin matang sebagaimana Yuna Ito, saya berharap tidak keliru berpikiran demikian dengan terhadap kalian, dua sosok yang mewakili generasi dan lingkungannya, sosok yang menarik dan berkepribadian tangguh seperti sosok perempuan pionir yang digambarkan oleh Janet Konttinent. Kedua tersebut juga sekaligus mewakili citra seorang wanita yang daripadanya banyak pria, tidak terkecuali saya berharap banyak, dapat memiliki paling tidak satu orang anak dengan kamu! Kamu cantik, menawan dan kalian sangat menggairahkan!

Setiap kali melihat foto-foto tersebut, saya memimpikanmu, memimpikan kalian berjalan-jalan berdua atau kita bertiga di bawah sinaran lampu jalan Tokyoo yang semarak dengan pakaian yang sangat indah itu, dengan ayunan langkah sebagaimana orang dewasa yang penuh ercaya diri, itu dalam keadaan mabuk. Gianna Jun, Yuna Ito, i am Sakenori, seorang peminum arak yang hebat. Hampir setiap malam saya melaukannya. Tentu setiap orang memiliki kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan serta kesenangan-kesenangannya sendiri, saya sangat menghargai dan memberi apresiasi yang yang sepantasnya terhadap arti penting dan keberadan sebuah perbedaan, saya sangat menghargainya. Saya percaya bahwa banyak hal-hal hebat di dunia ini, di khidupan ini berkembang menjadi ssesuatu yang hebat karena berangkat dari sudut pandang tersebut. Bukankah kita hidup di dunia di lingkungan dimana masing-masing memiliki nilai dan ukuran-ukuran sendiri dalam memaknai hidup ini. Kadang-kadang sangat menyenangkan berada di tengah -tengah lingkungan yang seide, sepikiran, satu nilai dan seirama dengan gerak langkah kita, akan tetapi secara pribadi, saya selalu tertarik untuk melihat sesuatu yang lain dari keberagaman yang ditawarkan oleh dunia. Ini sangat pribadi dan seperti itulah kehidupan saya, kebiasaan saya dan kesenangan-kesenangan saya. O ya, bagaimana pendapatmu tentang orang seperti aku? dan apakah kamu juga seorang sakenori seperti aku?

Mungkin tidak ya, suatu waktu saya bisa berada di antara, di tengah-tengah kalian berdua? Bernyanyi, mungkin bermain film dan untuk menyenangkanmu?


Dari kamar sebelah, pintu berderit, terbuka lalu seorang pria keluar dari sana, seumurannya.

“Looke!” ungkapnya menyapa.

“Hai Gay!”

“Anak-anakmu sudah bangun?”

“Sudah, lagi sarapan. Semalaman mendekam aja di kamar!”

“Aku letih, Looke!”

Bersamaan dengan itu, dari belakangnya muncul seorang perempuan yang beberapa tahun
lebih tua darinya, menggenakan pakaian tidur yang mnim, berwajah Jepang. Dia adalah seorang Pramugari dari sevbuahmaskapai penerbangan asing yang sedang transit.

“Itu namanya Looke, penghuni kamar sebelah. Dia sudah punya anak dua!”

Looke tersipu.

“Benar ya?” tanyanya.

“Ya!”

Gay mengajak perempuannya kembali masuk ke kamar.

Jam 7.30, Pearl dan Sam berangkat ke sekolah. Looke mengantarkan mereka, kadang-kadang pula dengan mobil antar jemput yang disedikan oleh sekolah.

“Pa....?”

“Ya?”

Looke menuntun Sam dan Pearl menuruni satu persatu anak tangga semi flaat mereka.

“Kalau sudah besar nanti, Pearl ingin menjadi seperti Yuna Ito!”

“Bisa!”

“Papa khan suka menulis...”

“Ya, ada apa?”

“Buatkan Pearl sebuah Endless Story yang lain, ya Pa!”

“Tentu! Khusus buat Pearl, Papa bahkan akan membuat beberapa Endlees Story, khusus untuk Pearl, tapi tentunya kalau kamu sudah besar. Untuk sekarang...”

“Apa Pa?'

“Kamu harus belajar dengan giat, mendengar banyak lagu dan belajar bernyanyi. Papa akan membantumu, Ok?”

“Sam Juga ya, Pa?”

“Tentu saja Sam!”

Sebuah kendaraan umum melaju di depan mereka. Sam melambaikan tangannya pada kendaraan berikutnya.

Looke tengah merapihkan tumpukan buku dan majalah yang berserakan di atas meja kerjanya ketika Drew menyapanya dari balik daun pintu. Dalam sekejab ruangan itu mewangi oleh aroma Este Lauder yang tertiup oleh angin dari sekujur tubuh Drew.

“Lagi ngapain Looke?” tanyanya dengan suara serak, yang manja. Dia menunjukkan perhatiannya yang sebenarnya.

“Aku sedang merapihkannya!”

Drew melangkah masuk, mendekati Lokke, semakin mendekat, hingga akhirnya tubuh mereka berdua seskali bersenggolan dalam ruangan yang sempir itu. Drew sedang syahwat, itu luar biasa, itu biasa di pagi hari, bagi siapapun. Suara dan kontak fisik dengan Drew tak pelak lagi seketika membuat libido, syahwat Looke mendesir dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Drew adalah seorang staf menengah sebuah Bank besar. Dia cantik, seksi dan berani., dengan pendapatnya dan apa yang dirasakannya. Tidak diragukan lagi, karirnya akan menanjak dengan cepat, posisi tertinggi di korporasi tempatnya bekerja sudah menunggu dirinya, hanya persoalan waktu.

Semi flaat itu terdiri dari beragam dan bermacam jenis orang dengan kehidupannya masing-masing, campuran pria dan wanita, lajang dan pasangan suami istri, pekerja kantoran seperti Drew, penulis yang belum terkenal seperti Looke, Mahasiswa pengangguran hingga selir-selir wanita dan pria seperti Gay. Drew adalah seorang perempuan lajang, mapan dan merdeka, dan kehidupan yang bebas di semi flaat tersebut adalah tempat bagi dia untuk belajar banyak hal tentang kehidupan yang nyata, yang sebenarnya di dunia nyata kaum urban, tentang sex, money & the city sebelum dia masuk dalam dunia perkawinan, dunia yang lain yang bagaimanapun pada suatu ketika akan sampai pada masa-masa yang dingin dan membosankan, dan di selah-selah hari-hari kosongnya, di tempat-tempat seperti itulah dia ataupun suaminya akan melepaskan semua kepenatan dan perasaan kesepian mereka, melengkapi perasaan kosong yang dirasakan pada diri pasangan mereka.

Looke menarik tangan Drew lalu merekapun berpelukan dengan erat dan kuat, mereka saling berciuman dan saling menjamah. Terakhir, Looke menggerakkan bibirnya ke leher Drew, membuka semua kancing bajunya dan melumat sejenak apapun yang ditemuinya di sana. Setelah itu dia mengangkat rok Drew hinga ke batas pinggang, menciumi kedua pahanya yang berwarna putih halus dan lembut lalu akhirnya menciumi bbeberapa kali daerah V Drew yang terbalut sehelai celana dalam putih berenda dan mewangi. Drew mengerang, mendesah menahan nafashnya, sensasi klitorisnya tersentuh oleh ciuman hangat Lokke, yang pas di tempatnya.

Namun hanya sampai di sana. Drew merapihkan kembali pakaiannya, lalu mereka berciuman sebelum akhirnya Drew melanjutkan langkahnya menuju ke kantor. Mereka tidakbercinta, hanya bercumbu.

“Nanti sore aku akan menelponmu Looke!” ujar Drew lalu menghilang di balik pintu.

Pearl dan Sam pulang sekolah selepas tengah hari. Mereka berdua dijemput oleh seorang pembantu yang sekaligus bertugas mengasuh mereka hingga malam, sampai Looke sampai di rumah. Setengah bulan ini dia masuk sift siang, bekerja hingga jam 9 malam.

Jam 5 sore, telpon di dapur restoran Nomoto steak & Bakery. Seorang yang berdiri terdekat mengangkat cepat lalu berteriak memanggil seseorang. Looke bergegas menghampiri. Telpon itu berdering untuknya.

“Looke?”

“Ya, Drew?”

“Ya!”

“Sudah keluar kantor?”

“Sudah. Sebagian karyawan sudah pulang. Tapi aku akan lembur sampai jam 9 malam nanti. Jempu aku ya?”

“Ya...!”

“Aku sudah menelpon Ibu Soup, dia akan menemani Pearl dan Sam hingga kamu pulang. Ini mungkin agak larut, namun dia beredia. Jangan lupa kabari lagi mereka!”

“Ya, ya baiklah Drew, sampai nanti malam!”

“Aku tunggu Looke!”

Jam 9 malam, Looke bergegas meninggalkan restoran tempatnya bekerja, menuju ke arah pusat Jakarta diaman kantor Drew di sepanjang Sudirman berada. Jalan-jalan mulai nampak lenggang, tidak seberapa lama kendaraan umum yang ditumpanginya berhenti tepat di depan kator Drew. Dari kejahuan nampak Drew berdiri, menunggun kedatangannya di depan pintu masuk gedung Bank itu.

Dari sana mereka berdua mengunakan taxi menuju ke BB's Bar minum-minum beberapa pitcher Heineken sambil bercerita banyak dan panjang lebar tentang banyak hal, dari sex yang tak selesai pagi tadi , pekerjaan mereka masing-masing hingga angan-anagan dan mimpi-mimpi mereka.

Itulah kegiatan satu hari Looke, hampir seperti itu setiap hari.


*




Kamis, 25 Juni 2009

Naskah sebuah novel: Chapter one.

Kategori: Novel pendek.
Tebal: 100 – 200 halaman.
Judul: .......?........
Hak cipta: Erich Tinggi, S.H.






“Papa sering berkata, kami ini seperti seekor burung dengan sayap-sayapnya yang terluka. Kami sedang menunggunya sembuh kembali. Itu adalah harapan terbesar kami dalam hidup ini. Kesembuhan adalah kemerdakaan terbesar kami, kami akan berjuang. Kalau itu sudah terjadi, kami akan terbang, terbang sejauh mungkin!” ungkap Pearl dengan bersemangat.





Chapter one.




Dia adalah seorang pria dengan harapan-harapan yang sederhana, sebagaimana kehidupan mereka yang berputus asa. Mungkin tidak untuk semua hal dalam hidupnya, tapi ada, paling tidak untuk satu atau beberapa hal. Orang sepertinya tidak memiliki cukup banyak keberuntungan dan pilihan adalah sesuatu yang terlampau besar dan mahal untuk ukuran kantongnya. Dia hanya berharap pada satu kesempatan terbaik, pada sayap-sayaop keberuntungan yang akan membawanya, dan mereka, terbang menjauh, sejauh mungkin untuk selamanya.

Looke, melempar tas jinjing dari kulit begitu saja ke atas sofa berwarna biru laut, membuka baju kerjanya cepat lalu masuk ke kamar mandi yang berhubungan dengan dapur. Kamar tidur, dapur, ruang tamu dan kamar mandi semuanya menyatu dalam satu ruangan persegi berukuran 3x5 meter, 5 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi, lalu mengambil sehelai kemeja dari balik rak pakaian yang berada di balik kolong spring badnya yang dia desain sendiri, sesuai dengan kebutuhan mereka, kemudian mengenakan celana pendek. Dia tergolong jarang sekali mengenakan celana dalam, dan sebagai penggantinya adalah celana pendek tipis dari tailor, ------- yang halus dan lembut. Dari balik refrigerator di mengeluarkan sekaleng Budweiser, menghempaskan tubuhnya yang telah terbalu armani biru tua, menyalakan sebatang rokok lalu menyetel TV.

Anak-anaknya sedang bermain-main di luar.

Di layar TV Flaat itu, jaringan TV Start Sport menyiarkan secara langsung pertandingan penyisihan Wimbledon antara Maria Sharapova Vs Dulko. Dia telah kelewatan 2 set yang mereka bagi berdua, 2-6 dan 6-3 untuk Maria Sharapova.
Kedua pemain sedang bersiap-siap memasuki lapangan untuk set yang terakhir. Maria Sharapova menyeka keringatnya sejenak, menatap tajam sekilas ke arah kamera lalu melangkah anggun memasuki lapangan siap untuk memulai set yang ketiga itu, set yang terakhir, set yang menentukan, apakah dia atau Dulko yang akan meju kek babak berikutnya. Semalam, dia sempat menuliskan sebuah komentar di Facebook maria Sharapova.

Dia menulis disana: If you get a second, I thought it was cool. Good luck!

Komentar Looke atas tulisan di wall itu: I am sory Maria, You need me to wait for a second of the time, for what? Apakah kira-kira kamu mneginkan aku berdoa untukmu, untuk kemenangan atau bahkan untuk kekealahanmu? Saya percaya bahwa ada begitu banyak doa-doa dipanjatkan untukmu hari ini hingga pertandingan berakhir besok, untuk kemenanganmu. Tidak sedikit pula orang yang berdoa untuk kemenangan Dulko.
Saya percaya, dalam posisi ini, tuhan jelas akan sangat bingung jadinya, dibuatnya, teristimewa dalam memposisikan dirinya, Doa siapa yang harus Dia dengarkan dan kabulkan, terhadap siapa dia akan berpihak, siapa yang harus dimenangkannya!
Saya hanya bisa berharap dan memohon: Tuhan..., ini hanyalah sebuah pertandingan, kesenangan-kesenagan kecil kami, tolong jangan Kau jangan mempermainkan bolanya, terlebih ikut bermain. Jelas itu adalah pekerjaan yang sangat sederhana bagimu, sebagaimana membalikkan gris nasib seseorang, tapi biarlah merka menikmati pertandingan tersebut, biarkanlah kami menikmatinya. Tuha, kau pasti tahu, bisa meramal dan menebak dengan pasti siapakah yang pada akhirnya akan keluar sebagai pemenangnya, tapi biarkanlah itu tetap menjadi misteri bagi semua, para penonton di Wimbledon, orang-orang, bagi kami, saya dan kedua pemaian itu hingga akhir permainan . Bagi bandar judi itu mungkin sangat mengtuntungkan, tapi bagaimana halnya dengan para penjudi-penjudi kecil yang berharap banyak pada sebuah kemenangan kecil dari taruhannya yang tidak seberapa besar.
So..., may God help me!
Untuk Maria Sharapova dan Dulko, selamat bertanding, selamat bersenang-senang!

Catatan terakhir Maria Sharapova di wal sebelum saya keluar dari Facebbok: Hey everyone - It's amazing to be back here at Wimbledon. Thanks for all your support. I thought I'd hare something I just learned about. In Rockefeller Center in New York City there's a huge container filled with Prince tennis balls. The person closest to guessing the number of balls in the container, without going over, gets a new EXO3 racquet, a racquet bag and an autographed racquet from yours truly!!

Setelah game yang berlangsung dramatis itu, cepat Looke mengeluarkan Notebook dari tasnya, menyalakan hubungan internek dan menulis komentarnya di Facebook Maria Sharapova. Di menulis: Saya baru saja menonton pertandingamu di Wimbledon, dari permulaan set ketiga. Saya terdiam, terpukau tak percaya selalam beberapa saat setelah kamu kehilangan game point dari 6 kali jus, jus yang panjang. Tidak banyak yang dapat saya katakan untuk mengungkapkan perasaan saya yang sesungguhnya selain bahwa: There is A TIME TO LOOSE, there is A TIME TO WIN. Maria sharapova kalah? Jelas saya kecewa, tapi bagaimanapun, kalah menang adalah hal yang biasa di kehidupan ini, di setiap pertandingan, di lapangan tennis, di wimbledon, kalah hari ini menang di lain waktu. Perjalanan musim ini masih panjang, yang menang hari ini bukan tidak mungkin akan menghiasi daftar orang-orang kalah di pertandingan hari berikutnya. Orang-orang kalah dan para pemenang di lapangan tennis, di kehidupan ini? Maria Sharapova yang aku sayangi..., hal tersebut, tentang kekalahan tersebut sekaligus berarti bahwa kau benar-benar ada di sana. MAKE A WISH? Setelah pertandingan itu, saya langsung meneguk sisa Budweiser saya dari kaleng pertama. Saya baru saja hendak mengambil Budweiser saya yang kedua tapi tiba-tiba saja kedua anak saya muncul, dan sebagai gantinya, saya lalu mengambil gitar tua yang telah saya cat putih doff pekat, ada beberapa gambarmu di sana sayang, lalu mulai menyanyikan lagu ini, saya tidak hafl syairnya, lupa judulnya, tapi musiknya saya ingat betul. Pearl, anak perempuanku sangat menyuaki lagu tersebut. Akhirnya kami bertigapun bernyanyi bersama. Pearl sangat mengidolakanmu juga. Lewat catatan ini saya ingin menyampaikan harapan saya yang lain, selain ketegaran dan ketabahanmu dalam menerima hasil pertandingan tadi bahwa kamu bisa menjiwai pertandingan tadi, dengan penjiwaanmu yang paling dalam, dan suatu waktu bila kita akhirnya benar-benar bertemu, kenanglah saat-saat itu sambil kita menyanyikan lagu tersebut; 100 YEARS TOO LATE. Saya cukup fasih dengan gitar tua saya.
FOR A MOMENT? Pada salah satu moment di lapangan di tengah tatapan mata ribuan penonton di wimbledon yang telah berusia 100 tahun itu, di hadapan jutaan pasang mata di seluruh dunia, kamu terlihat sangat sedih, seolah-olah hendak menangis, jelas sepertinya itu itu adalah kesedihan yang dalam! Dari tempatku ini, saya dapat menyaksikan engan jelas kamu nampak begitu sedih, gundah dan bersusah hati. Ya..., dengan cepat kamu berhasil menutupinya dengan sebuah senyuman yang manis, sebagaimana biasanya, kearah kamera, tapi getaran bibirmu benar-benar tidak bisa menyembunyikan kepedihanmu, kesedihanmu dang isak tangismu yang terpendam. Maria, Sharapova yang kusayang, itu manusiawi, saya pun juga kerap kali mengalaminya, perasaan tertekan, kesedihan yang dalam, dan raut muka itu....., adalah kesedihan yang dalam, kehilangan dan kekecewaan yang akan berakhir dengan ledakan tangis yang hebat. banyak orang ingin menangis tapi tak punya cukup banyak waktu di dunia, di kehidupannya...,
Always Maria Sharapova. Forever you, sekalipun aku harus menunggu 100 tahun lagi, untuk bisa bertemu denganmu, bernyanyi bersama denganmu. Bagaimanapun kau tetap yang tercantik dan yang terindah, itu kataku dan juga Pearl dan Sam. Salam sayang dari kami bertiga, Untuk maria sharapova yang baru saja mengalami kekalahan, tetap bersemangat, Ok?

*

Selasa, 23 Juni 2009

Artifak kuno!



Apakah anda telah membaca otobiobgrafi saya?

Semua orang tentu pernah merasakan kecewa, tampil mengecewakan, membuat kecewa dan di kecewakan. Saya mewakili semua terminologi tersebut. Persoalannya, tidak semua orang memiliki kapabilitas yang memadai untuk mengungkapkan kekecewaannya, melukiskan dan menuliskan perasaannnya. Saya bersyukur memilikinya. Saya adalah orang yang pernah kecewa terhadap masa lalu saya, terhadap lingkungan-lingkungan dimana saya pernah singgah, berada dan menetap, terhadap orang orang yang pernah mengenal saya dan yang pernah saya kenal. Jadi, jika anda tidak ingin masuk dalam kategori yang mengecewakan tersebut, jangan pernah berkata, berbisik atau bercerita, sekedarnya ataupun berpanjang lebar tentang hubungan yang pernah ada di antara kita, bahwa kita pernah saling mengenal, dan bahwa anda mengenal saya.

"Itu mungkin baik untuk kesehatanmu!"

Semua persoalan-persoalan saya, tak satupun yang terlewatkan, selalu saya kerjakan dan selesaikan sendiri. I wonder it all alone! Kalau anda punya masalah, jangan pernah mengajak saya, menyeret-nyeret keterlibatan saya, meminta pertolongan saya. Saya tidak punya kapasitas, kapabilitas keahlian dan ketrampilan untuk semua itu, selain untuk diri saya sendiri. Kalau anda punya masalah dengan saya, datang langsung kepada saya, berhadapan muka dengan muka dengan saya, jangan sekali-kali menggerutu, sembunyi, menggunakan tangan orang lain atau main belakang. Saya adalah seorang gentleman yang menyelaikan persoalan-persoalan saya sendiri!

Di hidup saya, lembaran baru telah dimulai. Saya sedang berupaya untuk sebuah kontrak size mini sebesar USD 100 di forex. Semoga saya berhasil.

Tapi....

6 bulan sebelum hari ini, dipertengahan Desember 2008, saya menemukan sebuah batu mustika di halaman rumah, samping kamar saya yang berada di lantai 2. Mustika itu seukuran ibu jari, berwarna putih doff yang pekat, ringan seperti kapas dan bergambar wajah anak kecil, seorang anak perempuan berkepang dua, pipi merah dan berkulit putih seperti bule'. Jika batu itu diputar 90 derajat, gambar anak kecil perempuan yang cantik itu akan berubah menjadi gambar seorang anak kecil laki-laki. Menurutku, ini akan menjadi cincin mustika yang mahal dan hebat di kemudian hari dengan tambahan hiasan beberapa butir berlian di pinggirnya. Saya telah membuat sebuah desainnya, tinggal menunggu menemukan berlian-berliannya saja!

Apakah makna dari kisah ini?

Saya adalah orang yang dikenal sebagai seorang yang berlimpah masalah, namun di masa lalu yang sama, saya tidak pernah mengajak seseorang, siapapun juga, untuk memecahkan, merundingkan dan menyelesaikan masalah-masalah saya. Saya selalu melakukannya dan menyelesaikan semuanya sendiri. Saya bertarung sendiri. Saya tidak pernah percaya dengan siapapun. Kemanapun arah tujuan saya, saya selalu berangkat sendiri. Jika anda memiliki jati diri, persoalan apapun, niscaya semuanya akan dapat anda kerjakan sendiri. we can wonder all alone!

Dengan kata lain....

Saya tidak membutuhkan siapapun untuk hanya sekedar memiliki sebuah batu mustika kuno. Saya bisa menemukannya kapan saja dan dimana saja, any time! Demikian pula dengan berlian, tembikar atau artifak-artifak antik dan bersejarah, menemukannya di jalan bukanlah sesuatu yang mustahil bagi saya. Ini persoalan yang sederhana, dengan prinsip-prinsip dan penyelesaian yang sederhana!

Ketika saya masih kuliah, salah satu hobi saya adalah mengklipping artikel-artikel yang terkait dengan penemuan-penemuan artifak dan benda-benda purbakala. Salah satu klipping terakhir saya yang terbaru adalah artikel dari sebuah Surat Kabar yang berbicara tentang ditemukannya 250ribu artifak kuno dari dasar laut Jawa. Di tengah halaman artikel itu, nampak potret Daniel Visnikar, kepala tim penyelam Prancis tengah memegangi sebuah piring antik dari perunggu.
Mustika yang saya temukan itu adalah sebuah artifak tunggal, kuno, antik dan dengan sedikit polesan serta proses kreatif yang baik, dalam sekejab dia akan menjelma menjadi sebuah cincin mustika yang antik dan bernilai tinggi. Bersama klipping koran itu dan mustika tersebut, pada selembar kertas, saya menuliskan sebuah catatan;

"Suatu penemuan purbakala yang hebat, bersejarah dan bernilai ekonomi sangat tinggi, tidaklah ada artinya sama seklai tanpa journal dan reportase yang hebat dan gemilang, yang ditulis dan diabadikan oleh seorang atau beberapa orang Penulis hebat dan berbakat. Dia hanya akan menjadi tumpukan artifak-artifak yang dengan susah payah dan tertatih-tatih berhasil dilelang di balai lelang Christi's dan Southeby's namun berakhir di pasar loak atau kedai-kedai mie, restoran-restoran china di pojok jalan. semua orang melupakannya, yang makan pun sama sekali tak mengetahuinya. Dia adalah artifak antik, kuno, mahal dan bersejarah dengan harga pasar loak."

Saya adalah seseorang pribadi yang mampu menemukan hal-hal tersebut dan melenggang penuh pesona bersama anak-anak saya, hanya mereka saja, di ruangan-ruangan lelang Christie's dan Southeby's, menyaksikan pelelangan barang-barang antik yang saya temukan sendiri!

Dagangan saya terjual, dengan harga yang pantas, mala, dengan harga yang mengesankan! Dan tidak lupa, anda bisa membaca jurnalnya, sebuah buku reportase entah novel.

Terkadang anda bahkan sama sekali tidak membutuhkan siapapun untuk hanya sekedar melakukan sebuah perjalanan yang hebat, selain dari pada hanya bersama dan ditemani oleh anak-anak anda, istri dan suami anda saja. Dengan demikian, anda akan menghasilkan sebuah jurnal yang hebat dan mengesankan, yang menggugah dan dapat dinikhmati oleh hampir semua kalangan, yaitu sebuah jurnal tentang perjalanan anda sendiri, jurnal perjalanan anda sekeluarga, bukan cerita bla...bla...bla tentang orang lain.

It's all such fun body!

Anda mungkin tidak perlu mencari. Anda akan menemukannya.

We can wonder all alone!
@ Erich Tinggi, Juni 2009.

Minggu, 21 Juni 2009

Pelukan.


Beberapa bulan lalu, saya merancang, medesain konstruksi sebuah kabin, sebuah pondok kecil dan sederhana yang rencananya akan saya buat suatu waktu kelak, tentu saja jika saya sudah punya uang yang cukup. Diatas rancangan tersebut, saya menulis; Apakah artinya rasa aman bagi anda?

Ada orang yang hanya akan merasa menemukan rasa nyaman yang sejati, yang sesungguhnya hanya apabila dia bisa berada di tengah-tengah kebaktian hari minggu dan yang semacamnya itu yang diadakan di sebuah ruangan kebaktian atau Gereja yang megah, modern yang mewakili arsitektur dan interior pada zamannya, seukuran stadion Soffball atau Baseball. Semangat rohaninya tersentuh dan meledak hanya dengan iringan seperangkat peralatan band lengkap dengan iringan paduan suara yang merdu sempuna. Dia senang melihat bagitu banyak orang, terlebih di hari minggu. Disanalah dia beriman.

Adapula orang yang menyukai kebaktian yang diliputi oleh semangat masa lalu, berabad lalu, dimana kesedihan dan air mata dari awal kebaktian hingga selesainya. Airmata menemani perjalanannya sampai ke rumah, Kothbah yang bersemangat, berapi-api dan lagu yang menyayat hati. Kotbah yang bersemangat, berapi-api, dramatis dan penuh luapan emosi. Mereka adalah komunitas Kristen melankolik. Iman mereka mengalir bersama air mata.

Jika tidak merasa nyaman berada di sana, saya tidak akan pernah masuk ke sana, sekalipun gereja tersebut menjanjikan atraksi minggua yang hebat dan modern, yang menjanjikan banyak keuntungan, manfaat dan kehidupan untuk bisa hidup di dunia ini, yang telah disesuaikan dan diseleraskan dengan kebutuhan jemaat masa kini. Demikian pula dengan geeja yang mampu menguras air mata saya secara sangat dramatis. Saya memerlukan air mata saya untuk hal-hal yang lain.

Jika saya merasa nyaman, saya akan hadir di sana sekalipun itu hanyalah sebuah kebaktian kecil yang di langsungkan di sebuah bangunan kecil yang terbuat dari rangka-rangka kayu yang sederhana, berdinding anyaman bambu, seukuran toilet pria atau ewanita di stadiun Football, saya akan dengan senang hati dan merasa gembira untuk hadir dalam misa minggu di sana yang mungkin hanya akan berlangsung selama tak kurang dari satu jam saja, dan sekalipun masih harus berjalan satu atau dua kilo meter lagi!

"Memangnya saat ini anda sudah berada di mana, berjalan sampai di mana?'

"Saya masih berada di sini, di rumah, di kamar saya, memikirkan gereja mana yang akan saya datangi!"

Rasa nyaman itu hanya seukuran pelukan seorang Ibu.

"Bagaimana perasaanmu nak!"

"Nyaman sekali, Ibu!"

Benar khan?

"Kalau begitu, naiklah ke pangkuanku lagi, akan kutunjukkan sesuatu kepadamu!"

Semangat natal telah merekah di mana-mana. Seperti salju, keajaiban natal ada di mana-mana, di setiap sudut jalan di DC.

"Apa itu mom?"

"Pandang sekelilingmu Kristen!"

Kristen, anak kecil itu mengikuti permintaan ibunya dengan penuh semanagat, dengan senang hati. Dia menyapu jagat di sekitarnya dengan pandangan kanak-kanaknya yang bersahaja, ke kini-ke kanan, depan-belakang, Utara ke Selatan, Timur ke Barat.

"Oh dunia yang sangat luas. Betapa indah dan mengaumkannya!" pikirnya

"Tuhan yang menciptakan semuanya itu khan Ibu?"

"Yep!"

"Itukah yang ingin Ibu katakan?"

"Ya. kristen....?"

"Ya, ada apa Mom?"

"Separuh dunia yang telah kamu lihat itu dari tempat ibu berpijak saat ini adalah dunia yang sangat indah dan luas, namun sayang, semua yang telah kau lihat itu bukanlah milik kita!"

Kristen memutar pandangannya dari kiri ke kanan, manatap satau persatu apapun yang dapat dilihat olehnya, yang bukan miliknya, bersama ibunya. Dia lalu mulai bersedih.

"Dan separuh dunia yang tersisa yang dapat engkau ketahui dari tempat ibu saat ini berada, berdiri saat ini, semuanya adalah milik orang lain!"

"Semuanya!"

"Yep!"

"Lalu milik kita mana Ibu?" tanya kristen dengan perasaan sedih dan gundah.

"Sayang..., kita tidak memiliki apa-apa. Kita adalah salah satu dari begitu banyak orang miskin di dunia ini. Tapi kau jangan bersedih dan berkecil hati, kau memiliki pelukan dari seorang ibu yang sangat menyayangimu, yang sangat mencintaimu."

Si Ibu mencium pipinya yang lambut lalu lanjutnya,

"Bagaimana perasaamu?"

"Nyaman sekali Ibu!" jawab Kristen.

"Kalau begitu mari kita melanjutkan perjalanan kita!"

"Ayo! balas kristen dengan bersemangat sambil membuka bungkus permen Lolypop. Masih banyak Lolypop yang lain di kantong ibunya, di pelukan ibunya.
@ Erich tinggi, Juni 2009.

(Tulisan ini terinspirasi dari Foto Berjudul Bretney Spers and her boys yang di terbitkan olhe PopSugar edisi 20 Juni 2009 dan foto Kristen steward berjudul lolyPop dan dakota Film, edisi 20 Juni 2009.)

Sabtu, 20 Juni 2009



The Juornal: A note From my Facebook!
Sebuah jurnal tentang: Aku, Titi Kamal, Bunga "Tari" Citra Lestari, Rida, Agnes Monica dan Sang Alang.




What is in your mind?

Hatiku diselimuti oleh........

... Bayang-bayang Titi Kamal dan Bunga Citra Lestari. Di
Facebooku ada Rida. Ada Agnes Monica di masa lalu, dan.... Demikianlah komentar yang saya berikan sebagai awal, prolog atas pesan pertama di jendela halaman interaktif Facebook Anward Cullen. Untuk selanjutnya, saya akan menyebutnya Qbro, dia adalah Sang Alang di masa pasir pantai, di masa lalu, dengan single hitsnya: Sendiri!

Lalu saya lanjutkan membuka album foto Qbro. Banyak, sungguh banyak teka-teki dan segudang pertanyaan yang tak satupun dapat saya mengerti di balik jurnalisme foto tersebut. Namun jelas dia sepertinya ingin berbicara banyak tentang sendiri, kesendirian, catatan tentang cinta di pasir pantai, dan mungkin bernyanyi. Sesuatu yang sangat kontemplatif dan spiritual. Apakah juga pesan tersebut datang dari sesuatu yang terhempas dan terbuang, dari orang-orang kalah di kehidupannya yang singkat?

Lagu sendiri, pertama kali saya dengar kurang lebih 14 tahun lalu. Sebuah lagu yang telah menemani saya melalui hari-hari yang panjang di sepanjang tahun 2002 saat sedang menulis novel hukum pertama saya, Pengacara Pilihan. Novel tersebut banyak terinspirasi dari sini!

Berapa banyak cinta yang ada di muka bumi ini? Berapa banyak yang dapat anda gapai dan yang telah anda lewati? Saya punya banyak cinta di masa lalu, Qbro pun saya yakin demikian. Tapi semua cinta tidak lebih dari catatan-catatan pendek yang terlihat mengesankan tentang aku & dia. Seperti pun juga dengan kehidupan, sebuah kisah semusim yang akan menghilang bersama gelombang laut yang menghempas pantai.
Berapa banyak cintakah yang telah anda lalui? Berapa banyak lagikah yang anda harapkan dan upayakan? Setelah lidah-lidah ombak menghempas pantai, semuanya itu tidak berarti apapun, hidup saya dan anda, cinta-cinta anda dan saya hanyalah kenangan semusim. Catatan-catatan yang lain baru saja ditulis di atas pantai yang sama, dan tak seorangpun akan mengenangnya, setelah ombak menghempas pantai.

Dimanakah catatan Sang Alang di atas pasir pantai itu? Semua orang mungkin sudah melupakannya, tapi catatan itu masih terekan, teringat, paling tidak di sini!

Di depan mata, itu Qbro di jurnal interaktif Facebook, sebagai Anward Cullen.

Untuk, Sang Alang!
@ Erich Tinggi, Juni 2009.
Cerita tentang saya dari kandang babi!




Salah satu nutrisi yang sangat bermanfaat bagi tanaman dan kesuburannya adalah pupuk yang bersumber dari kotoran hewan ternakan, semisal kerbau, sapi, kambing atau babi. Itulah yang saya lakukan 8 jam lalu, mengambil kotoran ternak dari tetangga, yaitu kototran ternak babi yang masih basah lalu mencampurnya dengan air. Airnya saya pakai untuk menyiramn bibit-bibit cokelat yang tengah saya semaikan.

Harapan saya, semoga pohon-pohon cokelat tersebut tumbuh dan berkembang menjadi besar dan semakin besar lagi, hingga pada akhirnya dapat terjual dan terjual dengan harga yang pantas.

Cerita tentang kotoran hewan tadi seketika mengembalikan ingatan saya pada pengalaman 15 tahun yang lalu, itu ditahun 1993-1994. Rentang setahun antara kelulusan saya dari SMA dan tahun pertma saya di universitas. Saya meghabiskannnya di kampung, dan pekerjaan harian saya selama setahun itu adalah mengangkut kotoran babi dari sebuah kandang babi yang jaraknya ke rumah hampir satu kilometer.

Sepuluh meter dari kandang babi tersebut, terdapat sebuah rumah, rumah pemilik kandang babi, berlantai dua, yang mana di lantai dasarnya merupakan petak-petakan kamar yang disewakan, yang dikontrakkan. Penyewanya beragam, dari pasangan suami-istri, anak-anak sekolah, Bidan-bidan dan Suster yang sedang magang.

di kandang babi itulah saya berkenalan dengan seorang perempuan, yang kemudian menjadi kekasih saya. Dialah cinta pertama saya.

Mengapa saya tidak bertemu dengannya di jalan? Mengapa saya tidak bertemu cinta pertama saya di warung, pasar, atau di toko? Mengapa pula tidak di gereja? Pada umumnya, orang-orang menemukan kekasihnya di lingkungan terdekatnya, di tempat-tempat yang sangat sering dia datangi, dan dengan orang yang sering berjumpa dengannya. Ini adalah aspek yang berbeda dari diri saya, dalam pengalaman saya, dari orang kebanyakan. Saya memang sangat dan senantiasa berbeda dari yang lain, dari yang pada umumnya. Saya adalah sesuatu yang unik dari mainstream. Dia adalah seseorang yang melihat duni dari konteks dan bertindak di luar kotak, di luar mainstram.

Saya menjalin percintaan dengannya kurang lebih setahun hingga akhirnya saya meninggalkan kampung halaman menuju Jakarta, untuk masuk ke Universita.

Cerita tentang saya dengannyapun berakhir.

Tahun pertama saya di Universitas, saya menemukan pacar baru, seorang buruh perempuan sebuah toko karpet, majikannya keturunan Arab, asli jakarta. Saya bertemu dengannya di sebuah rumah sakit depan kampus, dan tempat-tempat berpacaran kami, tempat kami memadu kasih adalah warung-warung kopi pinggir jalan, stasiun kereta api, bis kota dan tempat kost saya sendiri, yang jaraknya hanya beberapa langkah dari satsiun kereta. Saya pindah dari tempat kost tersebut pada suatu hari ketika saya kepergok anak pemilik kost tengah bercumbu mesra, saya berperan selayaknya baby di pangkuan seorang gadis belia.

Dia bukan seorang mahasiswa.

Demikianlah selanjutnya, seterusnya, tahun berganti tahun, kekasih-kekasih yang datang dan pergi dalam hidup saya, menghiasi hidup saya, menuliskan cerita dan catatan-catatannya yang masing-masing berbeda satu dengan yang lain, tidak satupun dari mereka yang mewakili kebiasan-kebiasaan dan pendekatan-pendekatan pada umunya. Saya senantiasa bertemu, mendapatkannya di tempat-tempat yang lain, yang jauh dan tak terduga.

Ada keuntungan di balik keunikan ini. Saya jadi lebih banyak mengenal orang, pergi ke lebih banyak tempat, dan melihat jauh lebih banyak hal, mengalami lebih banyak kisah kehidupan karena langkah saya lebih jauh, dan ruang gerak saya lebih luas dari kebanyakan orang.

Saya mengenal cukup banyak mahasiswa yang datang keKampus di pagi buta dan pulang paling larut malam, hanya untuk bertemu dengan kekasihnya, untuk mengahabiskan harinya yang panjang dari satu pojok kampus ke pojok kampus yang lain, memadu kasih bersama kekasihnya. Jika berbicara tentang sudut-sudut kampus, secara umum berarti berbicara tentang sisi-sisi gelap yang paling semarak dari peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang serta seks bebas di kalangan mahasiswa.

Kampus saya berbentuk persegi.

Saya tidak pernah terlihat di keempat pojok itu. Itulah sebabnya, saya tidak pernah bersentuhan sekalipun dengan narkoptika dan obat-obat terlarang. Soal seks? Jika hedonisme merupakan salah satu jalan dan pilihan hidup, itu jelas bukan jalan dan pilihan hidup saya, tapi saya mungkin melakukannya masih jauh lebih banyak dari mereka yang mendekam di pojok itu, jauh di luar kampus. Saya ada dan anda dapat melihat keberadaan saya di kempat penjuru mata angin Jakarta, menghabiskan masa muda saya mengukur panjang, lebar dan luas pulau jawa dengan bis kota antar propinsidan kereta api.

Saya memulainya dari kandang babi!
@ Erich Tinggi, Juni 2009.

Minggu, 14 Juni 2009

3rd book: AN OTOBIOGRAFI: Kami akan mengenangnya!

AN OTOBIOGRAFI; Kami akan mengenangnya!



"Tolong kau mendekat. Coba kau lihat. Perhatikan dengan seksama!"

"Mengapa bisa demikian?"

"Jika botol-botol Vodka Smirnov ini masih bergerak dari tong-tong raksasa pengisian, hingga ke kardus-kardus pengepakan, itu berarti bahwa;

"Kami masih ada di sini. Kita masih hidup, demikian pula dengan industri ini!"

"Seperti...?"

"Gelombang grafik di layar Cariograph. Jika dia tidak lagi bergerak naik turun, itu berarti....."

"Bahwa segala sesuatunya telah berakhir!"

"Jadi....."

"Apa yang mesti kami lakukan? Itu khan yang kau maksudkan?"

"Yep!"

"Ambil langkah cerdasmu yang paling mantap menunjukkan kehormatan dan integritasmu. Bergeraklah dengan langkah yang mengesankan dan penuh keberanian. Jangan ragu dengan ayunan langkahmu, kemanapun dia akan membawamu. Jika kata hatimu menuntun langkahmu, itu pertanda kau tidak akan pernah keliru. Sekalipun demikian, kau niscaya tidak akan terlalu kecewa. O ya..., kalau kau adalah tipe pribadi yang berkelas, tentu kita tidak akan punya banyak persoalan. Kau tidak perlu terlalu cerdas untuk menyandang atribut tersebut. Banyak pula orangorang bodoh dan dungu di sekitar kita yang jelas-jelas berkelas. Ini adalah sesuatu yang prinsip yang melekat pada mentalitas prestisius. Untuk itu, hematku, kau mungkin bahkan tidak perlu membaca buku ini. Kau bahkan bisa menulis sesuatu yang jauh lebih hebat. Saya percaya.
Sekarang, saatnya pilih mana yang kau suka, ambil mana yang kau butuhkan, and stay at your home!"

"Dan....

"Hingga akhirnya terdengar ayam berkokok yang membelah tabir antara malam dan pagi, kemarin, hari ini dan masa depan.

"Sudah pagi...., saatnya bangun pagi!"

"Lembaran baru telah dibentang. Babak baru kehidupan telah dimulai!"

"Ini berarti cerita baru dan pengharapan baru dalam hidupmu"

"Bersiaplah"


Dua orang amatir sedang duduk bersama, ditemani sebotol Smirnov.
Sebelum menjadi profesional, apakah artinya kehormatan dan integritas bagi mereka?"
Jika itu tidak ada di antara kita, kita tidak akan pernah mencuri bersama-sama. Saya akan berangkat sendiri!"

"Dhanny Boy, tunggu...., aku ikut serta denganmu?"

"Tidak John. Stay at your home!"









AN OTOBIOGRAGI;
Kami akan mengenangnya!


HUMOR SPECIES 2
AN OTOBIOGRAFI; Kami akan mengenangnya!
Oleh: Erich Tinggi, SH.
Desain cover dan lay out oleh Erich Tinggi.
Foto cover: Erich Tinggi.

Tentang penulis: Lahir di; Makale Tana Toraja, Sulawesi Selatan 15 Mei 1975. Pendidikan; SD Kristen II Makale, Tana Toraja. SMP Strada Budi Luhur Bekasi. SMA KAPIN Jakarta Timur. Fakalutas Hukum UKI Jakarta. Riwayat lain; Aktif dalam pergerakan mahasiswa 1997-1999. Pemred Bulletin kampus “Reformasi” dan “Colloseum”. Sekjen Forum diskusi Mahasiswa (FORDIMA FH UKI). KP. Bakhti sosial FH UKI 1999 dan KP Seminar bertajuk; Reformasi: antara cita-cita dan realita. Pemred tabloid “Panji Demokrasi” th. 2003. Membuka kantor advokad partikelir th 2002-2005. Karya tulis: Kompilasi essay dan artikel th 1997-2005. Novel hukum: “Pengacara Pilihan” (Indie, Jakarta 2004). FREE ATTITUDE; Manifesto kehendak bebas orang-orang merdeka! (2008 Belum terbit). AN OTOBIOGRAFI; Kami akan mengenangnya! (2009 Belum terbit).


Hak cipta atas karya tulis ini dilindungi oleh undang-undang tentang hak atas kekayaan intelektual tentang hak cipta RI. Hak cipta @ Erich Tinggi, Washington DC, 2008. Segala keberatan dan kepentingan yang terkait dengan isi dari buku ini termasuk pula kritik, saran dan komentar dapat menemui atau menghubungi langsung saya di; Buisun 101 Makale, Tana Toraja Sul-Sel 91811 Tlp. 0423-22300. Blog/Email: etlooke@yahoo.co.id


Cover dan isi, sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Beli yang asli, say no to piracy!
Againt plagiat!









Buku ini, untuk mengenang persahabatan saya dengan Kasman, seorang pembantu rumah tangga dari majikan yang kaya raya.
Dialah seseorang yang tidak saja memperkenalkan saya kepada Johnny Walker, Chivas Regal, Martel, Jack Daniels, Remy Martin dan Hennesy, tapi juga mengajarkan saya bagaimana menikmati minuman-minuman tersebut.
Sejak saat ini, tidak ada lagi yang tersisa dari saya dari kenangan di masa lalu. Kalaupun masih ada, untuk selebihnya.., mari kita bersama-sama melupakannya!





Kata pengantar

Apakah arti pentingnya sebuah biografi untuk anda?
"Jika anda merasa bahwa perjalanan hidup anda adalah sebuah kepingan-kepingan atau pernak-pernik yang berarti, dengan menggali hikmat dari setiap biografi, setidaknya anda akan menjadi lebih baik dalam hidup anda, bisa berpikir lebih kreatif dan inovatif dalam membuat halhal yang baik dan menjadikanya jauh lebih baik, serta melangkah lebih maju dari Figure pada cerita-cerita yang telah anda baca, yaitu membuatnya, menjadikan cerita kehidupan anda sendiri menjadi lebih baik, menjadi jauh lebih sempurna."
Semisalnya, jika anda adalah seorang pencuri atau seorang penjahat, akan lebih baik dan bahkan jauh lebih bermanfaat bagi lingkungan dan kehidupan anda sendiri jika anda menjadi jauh lebih baik dari penjahat-penjahat yang telah ada jauh-jauh hari sebelumnya, sebelum anda baru mulai belajar melakukan kejahatan kecil-kecilan. Paling tidak, ini penting, bahwa anda tidak akan tertangkap oleh karena hal-hal yang sepele atau tersandung pada hal-hal yang besar!
Mengapa?
"Karena another big one, karena yang besar itu adalah untuk anda bawa pulang, untuk anda nikhmati bersama teman-teman anda, dengan keluarga atau sendirian saja!"
"O ya...."
"Ada apa lagi? Apakah itu sesuatu tentang Future?"
"Yang berarti; Uang panas dalam jumlah besar, aturan main yang jelas dan hitung-hitungan yang benar? Tidak, tentu saja. ini adalah tentang sesuatu yang tertinggal!"
"Apa itu?"
"Berbagi dengan jujur dan manusiawi, itupun penting sekali dalam hidup, dalam pergaulan, sekalipun anda mendapatkan semuanya dengan jalan mencuri!"
"Itu adalah sesuatu yang lain tentang sensasi prestisius yang berkelas, yang mendebarkan dari seorang Sensei dari masa lalu, seseorang yang punya bakat, sejarah dan kehidupan pada tutup sebotol ketchup, bukan?"
"Yep!"
Buku yang saya sebut sebagai Humor Species ini karena sifatnya yang otentik dan orisinil adalah terdiri dari dua bagian yang saling terkait. Bagian pertama berjudul; FREE ATTITUDE; Manifesto kehendak bebas orang-orang merdeka! Bagian yang kedua berjudul AN OTOBIOGRAFI: Kami akan mengenangnya! Kedua bagian ini merupakan buah pilihan dari sebuah proses kompilasi yang saya mulai dari bulan Mei 2007 sampai dengan hari ini. Khusus untuk bagian yang kedua adalah merupakan bagian yang sebagian besarnya adalah rangkaian yang paling terakhir, oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa beberapa bagian di antaranya merupakan catatan-catatan yang sebagian besarnya paling mencerminkan situasi, kondisi dan keadaan saya, terkini!
Saya sudah sembuh!
Itu adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam hidup saya, dan juga penting untuk anda dan dunia ketahui.
Saya sudah sehat!
"Tolong ulangi sekali lagi!"
Saya sudah sehat!
Apakah ini sudah cukup bagimu, sudah cukup berarti bagi kalian?
"Gue makan anjing, Erich!"
"Aku tahu...itu adalah kau. Dan memang seperti itulah memang kau!"
"Apakah artinya kira-kira bagimu? Seperti apa penjelasan logisnya, dari penglihatanmu?"
"Apakah karena engkau mengerti arti pentingnya unsur pembeda dan sekaligus titik taut?"
"Sorry..?"
"Saya percaya bahwa salah satu hal penting yang membuat diri saya begitu berharga dan terhormat adalah karena hal pembeda. Kau mungkin merasa bingung dan terjebak? Kau mungkin, boleh jadi belum melihat dan menemukan jalanmu saja, ataukah sebenarnya kau sudah menemukannya, kau sudah berjalan di atasnya akan tetapi kenyataannya kau tidak menghayatinya dengan pengertian dan pemahaman yang terbaik, yang benar, yang dapat engkau lakukan di jalanmu saat ini! Ketahuilah, pada saat engkau menemukannya kelak, aku berharap semoga engkau akan dapat mengerti dengan baik akan apa artinya berbeda dan menjadi berbeda, karena pada saat itu engkau akan mendapatkan dirimu sendiri tertawa dengan gelinya pada dirimu sendiri karena penghormatan yang layak pada pusaramu, sementara yang lainnya masih terkatung-katung, masih terhuyung-huyung mengkaisnya dari tong sampah!
"Erich..?"
"Reira.., ya, saya sendiri, ada apa?"
"Menyenangkan sekali ya rasanya mengetahui bahwa aku bukanlah anak kecil lagi. Sebenarnya, aku tidaklah sehebat yang kau bayangkan, dan pada kenyataannya tidak juga seperti yang ‘ku harapkan tentang diriku sendiri, paling tidak untuk saat ini. Semoga kau dapat memahaminya. Ini adalah sesutau hal yang sebagian di antaranya adalah tentang permainan watak, akting atau sandiwara yang tidak berguna sama sekali. Namun saya percaya bisa keluar dari sana!"
"Utaitai..!"
[1]
"Yang memiliki banyak cerita, manfaat dan kegunaan!"
"Erich.., senang rasanya berkenalan denganmu, memakaimu dan memilikimu!"
"Rasanya seperti mempersiapkan, mulai membiasakan diri akan sebuah kenangan dari sebuah episode yang lain, sesuatu yang benar-benar baru dan sangat berbeda dalam banyak hal, adalah sesuatu yang lebih bersemangat dari masa depan. Untuk semua itu, tidak ada hal lain yang dapat ku katakana selain daripada; .....So God Help me!"
Apakah arti penting dari hari Senin, 21 Mei 2007 bagi saya?
Salah satunya akan menghiasi halaman kata pengantar ini. Dan selebihnya dapat anda baca, dapat anda temukan dalam rangkaian kedua edisi buku ini.
Berikut ini adalah sebuah ungkapan yang sebelumnya telah saya ketahui dari beberapa orang, akan tetapi, kata-kata tersebut baru memiliki jiwa dan makna di pendengaran saya ketika salah seorang teman kuliah saya, Aji' namanya, seorang Jawa peranakan Melayu mengatakannya, mengungkapkannya kembali dengan tegas kepada saya;
"Erich...., penyakit masuk lewat mulut. Malapetaka keluar dari mulut!"
Apa hubungannya dengan Senin 21 Mei 2007 tadi?
Tanggal tersebut adalah sebuah momentum, tonggak baru dalam kehidupan saya dalam banyak, teristimewa dalam hal hubungan kausalitas antara kondisi kesehatan saya terhadap gaya dan pola hidup saya. Sejak tanggal itu, saya tidak hanya mulai berpikir maju lebih jauh tentang arti pentingnya penyakit dan kesehatan diri saya sendiri dari apa yang selama ini masuk ke dalam mulut saya, dari apa yang selama ini saya makan. Lebih jauh daripada sekedar memikirkannya, perlahan-lahan saya mulai merubah pola dan gaya hidup saya.
Saya mulai dari apa yang saya makan, dari apa yang masuk kedalam mulut saya!
Sejak saat itu, perlahan-lahan namun pasti saya mulai mengganti makanan yang saya konsumsi dari nasi rames yang dijual umum, yang dijual bebas di warung-warung lokal menjadi roti! Pagi, siang, malam, tengah malam saya tidak lagi makan nasi rames, tapi makan roti. Roti yang saya beli dari beraneka macam ragammnya, dari roti gandum di Breadtalk, roti tawar biasa di gandy's dan Regina’s, Sari roti yang berlapis butiran-butiran cokelat, sampai ke roti tawar yang dijual keliling dengan sepeda. Yang penting roti, bukan nasi. Maksud saya adalah nasi yang dijual di warung-warung lokal
Selama periode itu, sebenarnya saya masih mengkonsumsi nasi yang saya kombinasikan dengan roti. Hanya saja kali ini adalah nasi yang saya beli khusus dari restoran Mc Donald.
Ada cerita disini.
Suatu malam, saya mampir di restoran Mc Donald, Sarinah. Biasanya kedatangan saya ke sana adalah untuk membeli nasi putih, satu porsi regular tiap malam, kalau tidak di sana, yah di Mc Donald Cikini, sekalian mengambil koran berbahasa Inggris, The Point yang saya langganan secara gratis.
"Promosi.., tidak untuk dijual!"
Demikian tertulis dengan stempel pada halaman depan.
Masih ada antrian beberapa orang di depan saya. Saat itu adalah bagian dari ritual rutin saya setiap malam, minum anggur, berjalan pulang ke tempa kost saya di Kwitang yang bersebelahan dengan Cikini. Sebuah sungai besar membelahnya dari tengah!
Tidak seberapa lama lagi giliran saya.
Tinggal satu antrian di depan saya, ketika terdengar sayup-sayup di telinga saya perbincangan dua orang karyawan di balik meja, di hadapan tidak jauh dari tempat saya berdiri, sebuah perbincangan tentang saya, yang diarahkan kepada saya sekaligus menyinggung perasaan saya. Saya juga protes.
Saya lupa seperti apa obrolan mereka, tapi yang pasti ini adalah moment yang kedua kali yang saya alami. Kejadian yang sama pertama kali terjadi di Mc Donald Cikini, beberapa minggu sebelumnya.
Saya tersingung, tapi tidak langsung mengumbar amarah.
Saat itu orang yang tersisa di depan saya telah selesai dengan pesanannya, saya mengambil beberapa langkah maju, mendekat, merapatkan tubuh saya yang letih ke tepian meja Kasir, lalu;
"Mas.., tadi kalian berdua tadi bicara apa tentang saya?"
Dia terdiam. Tak menjawab, hanya memelototi saya.
Cepat saya melanjutkan dengan suara berat, lugas dan meninggi;
"Nama saya Erich Tinggi, warga negara Amerika Serikat. Saya Kristen! Mengerti?"
Saya berhenti sejenak.
"Dan.., saya bayar dengan tunai!"
"Ada persoalan dengan itu?" lanjut saya mengakhirinya dengan lugas dan tegas.
Bersamaan dengan itu, di benak saya terlinas dengan cepat bayangan wallpaper, halaman depan di jendela Hotmail.com yang berbunyi;
"I'am Moslem..., American!"
Di latar belakangnya tulisan tersebut, dua orang laki-laki berperawakan melayu, Bapak dan seorang anak.
"Tidak pak...!" jawab salah seorang dari mereka.
Saya mengangguk-angguk kecil.
"Bapak pesan apa" lanjutnya kemudian.
"Con!"
Bergegas dia mengambil pesanan saya, lalu mengambil sisa kembaliannya dari mesin uang.
"Kembaliannya!"
Saya meraup koin-koin itu dari atas meja cepat lalu bergegas pergi. Uang kembalian tidak ada yang tidak berharga.
"Apa untungnya anda mengganti nasi dengan roti?"
"Yang terutama dalam dua hal, karena dua alasan!"
"Penjelasan pertama?"
"Lebih ekonomis. Dari pagi sampai tengah malam saya hanya perlu satu bungkus roti tawar ukuran jumbo yang setara dengan dua bungkus paket biasa. Lebih padat dan harganya saat itu cuma Rp.7.000,-. Kalau makan di warung nasi biasa, uang 7 ribu hanya cukup untuk 1 kali makan. Setengah porsi. Kalau Tuan mau paket nasi satu porsi penuh, dikali dua saja!"
"Penjelasan yang kedua?"
"Ini adalah penjelasan yang sangat sederhana tentang pengharapan bahwa dalam hal-hal tertentu saya cukup berbahagia dan bangga dengan diri saya sendiri karena masih ada sesuatu yang bisa saya yakini, saya percayai sekalipun belum terbukti manfaatnya, belum teruji kebenarannya. Keyakinan ini sebagaimana belakangan saya tuliskan di halaman belakang iklan Tod's wardrope, edisi 2008, perlengkapan busana wanita, yang telah saya lapisi dengan selembar kertas HVS polos, yang saya klipping dari sebuah koran.
"Apalagi yang anda simpulkan dari iklan Tod's tersebut?"
"Saya membayangkan punya anak dari paling tidak seorang perempuan bule'"
"Selanjutnya?"
"Saya percaya bahwa akan ada perubahan dalam diri saya, dalam hidup saya setelah hari itu. Saya sangat yakin akan harapan perubahan tersebut, tapi tidak tahu pasti akan dimulai dari mana dan dalam hal apa!
Akhirnya saya memutuskan mulai dari apa yang masuk ke mulut saya, pada apa yang saya makan!
"Apakah anda merasakan ada perbedaannya?"
"Tentu!"
"Dalam hal apa?"
"Kesehatan saya!"
"Maksudmu?" "Tujuan saya datang ke Jakarta adalah untuk mengejar visa masuk Amerika Serikat, Saat itu, saya sendiri masih berada dalam kondisi kesehatan yang sangat parah karena penyakit yang telah saya derita selama bertahun-tahun!"
"Apa yang anda lakukan di Kedutaan Amerika Serikat ketika itu?" "Pada kedatangan saya yang pertama atau yang kedua?" "Bagaimana dengan yang kedua itu?" "Saya cuma difoto beberapa kali, lalu sidik jari saya diambil, kemudian wawancara lima pertanyaan yang saya jawab dengan terbata-bata, dalam bahasa Inggris yang tidak fasih, yang prosesnya hanya berlangsung tidak lebih dari lima menit. Jadi kira-kira satu pertanyaaan satu menit! Itu saja!"
"Bisa saudara Erich melanjutkan penjelasan perihal tentang kesehatan anda tersebut!"
"Secara visual, pada apa yang terlihat secara nyata, secara fisik saya adalah orang yang sehat. Tidak ada kudis , kusta, atau borok pada tubuh saya. Bekasnya pun tidak ada yang merupakan bukti sekiranya saya pernah mengidap penyakit kulit yang parah. Akan tetapi, pada kenyataannya, saya adalah orang yang sakit, yang mengidap penyakit dalam yang sangat serius dan parah. Hal ini dapat dirasakan dari bau yang menyengat dari tubuh saya. Anda dapat mencium penyakit saya dengan jelas, dari bau busuk tubuh saya. Bau tersebut dapat anda cium dari jarak 10 meter, kala itu. Dengan hembusan angin ke arah anda, anda akan dapat menciumnya dengan cepat. Demikianlah orang-orang dan dunia selama ini mengenal dan bahkan mengejek saya." Yang terakhir tersebut adalah tambahan yang sangat serius, penderitaan yang hebat. Saya tidak tahu dan tidak mau tahu sampai sejauh mana anda mampu membawa diri dan menanggung beban tersebut jika anda sendiri yang mengalami serangan, situasi dan kondisi yang serupa dengan yang telah saya alami.
"Seperti apa sih baunya?" "Apakah anda pernah melihat seekor bangkai tikus got yang setengah membusuk?"
"Pernah! Benar benar sangat menjijikkan. Memualkan dan memuakkan!"
"Bau badan saya setara dengan bau amis dari setumpuk bangkai tikus serupa. Bisa anda bayangkan!"
"Saya pernah mendengar ada orang yang seperti itu berkeliaran menyeret tubuhnya yang berbau, keluar masuk gedung-gedung perkantoran di sepanjang Sudirman sambil menenteng surat lamaran pekerjaan dan cv atau resume!"
"Orang itu adalah saya!"
"Saya juga pernah melihatnya dari kejahuan di pelataran parkir Pondok Indah Mal, Plaza Senayan, Drive Range dan sepanjang perkantoran Sudirman." "Tengah menyemir sepatu bukan?"
"Benar sekali!" "Dan sekali lagi, Tukang semir sepatu yang berbau busuk bagai bangkai tikus itu adalah saya! Orang yang ada di hadapan anda saat ini!"
"Ya Tuhan.... Apa yang anda alami benar-benar mengerihkan!"
"Ya....Tuhan pasti melihatnya! Sekali lagi, ini adalah penderitaan yang sangat hebat. Saya menderita penyakit ini bertahun-tahun sebelumnya. Benar-benar pengalaman dan pergumulan hidup yang berat, teramat berat! Sekarang saya sudah sehat, akan tetapi bagaimanapun itu adalah kasus nyata tentang kehidupan saya yang membekas di masa lalu!"
"Mengapa waktu itu anda tidak mencoba pergi berobat ke Dokter?"
"Kalian jangan bergurau dong, Dokter atau Rumah Sakit mana yang mau menerima seorang Tukang Semir sepatu yang handal yang berbau busuk? Ini adalah cerita tentang seseorang yang miskin dan berpenyakit di hadapan anda."
"Anda sakit, berbau busuk, yang tidak punya uang. Jelas sekali bahwa anda benar-benar seorang tukang semir yang sekarat? Secara bersamaan, kesehatan anda, citra anda serta ekonomi dan penghidupan anda di serang secara sistematis? Ini benar-benar tragedi hidup yang menyakitkan! Kejahatan kemanusiaan yang serius."
"Jalan kehidupan tiap orang berbeda-beda. Itulah jalan kehidupan yang telah saya lalui di masa lalu! Kalaupun tokh itu bias dianggap sebagai kemanusiaan, banyak hal telah berubah dalam hidup saya hingga saat ini, dalam beberapa waktu terakhir, biarlah semua itu berlalu, dan kita bersamasama lupakan saja."
"Lalu apa hubungannya antara perubahan pola makan dan gaya hidup anda dengan itu semua?"
"Sejak mulai mengkonsumsi roti, hal pertama kali yang saya rasakan adalah badan saya terasa jauh lebih fit, stamina saya jauh lebih prima. Ini baru permulaan dari serangkaian kemenangan-kemenangan kecil, yaitu memenangankan kehidupan saya sendiri. Lambat laun terjadi perubahan yang lain, sedikit demi sedikit bau busuk, bau amis bangkai yang menyengat dari tubuh saya perlahan-lahan mengurang lalu mengilang sama sekali!"
"Dengan kata lain..."
"Roti-roti tersebut tidak hanya mengenyangkan perut saya, tapi juga di saat yang bersamaan menjadi obat yang sangatmanjur dan mujarab menyembuhkan penyakit saya!"
"Jadi..?"
"Selama bertahun-tahun sebelumnya. makanan yang saya makan, yang masuk ke mulut saya adalah makanan yang telah ditaburi dengan berbagai bibit-bibit penyakit, kuman-kuman dan bakteri, dengan penuh kebencian!"
"Ini adalah sebuah pa..."
"Masing-masing periode memiliki cerita yang berbeda dengan kebenarannya masing-masing. Sesuatu yang..." "Paradoksal!"
"Dan di tengah-tengah kehidupan, cerita seorang anak manusia, karya cipta sang khalik yang mencerminkan citra kreatif dan belas kasihan Ilahi, di situlah keyakinan dan pengharapan saya tersemaikan dan bertumbuh dengan suburnya. Bahwa jika kehidupan yang sementara dan singkat ini dapat diibaratkan sebagai sebuah lakon, sebuah panggung pertunjukan kehidupan yang dramatis, selain peran-peran antagonis, menjengkelkan dan bahkan peran-peran jahat, ada pula yang bersedia mengambil dan memikul beban protagonis, yang bersedia berbagi belas kasihan dan bermurah hati, sebagai penolong untuk saya!
Dalam situasi tanpa harapan sedemikian rupa itu, dimana anda hampir tidak punya pilihan, anda berhadapan dengan jalan buntu dalam mencari jalan keluar, hampir tidak ada yang dapat anda lakukan selain daripada menunggu seseorang menepuk pundak anda, memanggil nama anda dari belakang, atau menunggu hingga besok pagi!"
“Bersabarlah sedikit lagi.”
“Tidak.”
“Kalau demikian, tunggu saja penjual roti,.., atau paling tidak, pergilah ke took roti."
"Ha.., ha.., ha.., ha... Penjual roti dari Amerika Serikat?"
"Dan jangan lupa.., sebagian di antaranya adalah tukang-tukang jagal yang tidak pernah mendengar kata kemanusian dalam hidupnya!"
"Ya Tuhan!"
ha.., ha.., ha..!"

If you have not change your mind soba ni ite hosii yo toninght (I want you to be by my side tonight)
tsuyogaru koto ni tsukareta no osanasugita no (I was tired of acting strong, iwas too young) Everytime I think about you baby, ima naraieru (Now I can tell you that) I miss you, It's hard to say I'm sorry.

Tatoeba dareka no tame janaku anata no tame ni utaitai kono uta wo o waranai story tsudzuku kono kagayaki ni, Always tsutaetai zutto eien ni. (For instance, I want to sing this song not for someone else, but for you The endless story continues into this radiance, I always want to tell you always, forever)

Memories of our love together, kasanaide kono mama don't go away (Don't disappear, they stay like this, they don't go away) atatakaku tokedashite tashikameru no yasashisa no shizuku kono mune ni hirogatteku setsunai hodo ni I'm missin' you kasaneta te hanasanaide. (Beginning to melt & make certain, the drops of kindness spread on my chest I'm missin' you so much that I'm sad, don't let go of my hand upon yours)

Tatoeba kanau nara mou ichido anata no tame ni utaitai kono uta wo o waranai story taema nai itoshisa de tell me why oshiete yo zutto eien ni. (For inxtance, if the wish comes tue, Iwant to sing this song for you again The endless story with an endless love tell me why tell me always & forever)
[2]
Bagian singkat berikut ini adalah sebuah sisipan yang menggambarkan rasa kesal, keresahan dan kemarahan saya tentang, pada suatu hal di suatu waktu di masa lalu. Kerangka cerita, naskah awalnya saya tulis di sebuah catatan harian saya yang di bungkus dengan selembar kertas advertising Bloomberg University yang saya gunting dari majalah Bloomberg.
Tertulis di sana;
"Feed your mind!"
Entah apa arti dan maksudnya!
Tuan dan Nyonya ketahuilah bahwa;
"Di luar negeri, di negeri anda, dimanapun itu, rumah-rumah sakit juga dipenuhi oleh orang-orang sakit. Jadi, seharusnya saya memiliki paling tidak sedikit peluang, kesempatan dan kepercayaan untuk masuk dan tinggal di sana, sekalipun pada akhirnya saya akan menjadi salah satu dari sebagian orang yang akan berakhir di tempat yang sama. Bukankah untuk hal-hal yang demikian itulah, yaitu untuk para orang-orang sakit, rumah-rumah sakit didirikan dimana-mana? Salah satu hal yang membuat keadaan kesehatan saya kian memburuk dari hari-kehari adalah karena ketidakberdayaan secara ekonomi, ketidakberdayaan saya terhadapat kemiskinan saya!"
"Tenang..., coba dulu biasakan makan roti. Kita akan lihat sejauh mana perkembangannya!"
Bagaimana kelanjutan perasaan anda terhadap kesehatan anda?
"Semakin membaik. Dapat dikatakan bahwa saya sudah sembuh, tapi belum total. Dan rasanya itu tidak akan mungkin. Tapi bagaianapun, jelas sekali bahwa saya sangat berbahagia dengan semua pencapaian yang telah berhasil saya dapatkan sampai dengan saat ini."
"Seperti citarasa 0.99 tentang dana-dana kompensasi. 1 untuk kalian, 99 untuk kami. Yang satu itu kemana? Ditengah-tengah, untuk kita perebutkan beramai-ramai. Hidangan satu meja untuk banyak orang, untuk banyak peserta!"
"Ini tentang apa?"
"Sebentar..!" lalu tiba-tiba seorang anggota GAM yang berada di antara para OPM dari balik semak-semak berteriak dengan magasin terisi penuh siap menyalak kapan saja kepada Otoritas Daerah, kepada Pemerintah Pusat, di Jakarta.
Lanjutnya dengan suara lantang;
"Bagaimana jika hitungan-hitungannya kita balik, Meneer?"
"Kata pusat di Jakarta bagaimana setelah itu?"
"Ohhh.., tidak bisa. Aturan darimana pula itu? Nol juga khan adalah angka. Cukuplah itu untuk kalian!"
"Jadi?"
"Kalau begitu kami merdeka saja. Selamat berhitung meneer!" kata para Milisi sambil menembakkan senjata mereka ke udara!
Kembali ke persoalan tadi.......
"Menurut hemat pemikiran saya pribadi, biarlah semua itu tertinggal menjadi kenangan! Sesuatu yang menjadi angan-angan di siang hari, dan menjadi buah kenangan di malam hari. Sebagai cerita, dongeng pengantar tidur."
Saat ini, saya sudah kembali ke kampung halaman saya. Setidaknya ada banyak bibit cokelat untuk saya kerjakan, saya semaikan. Anda bisa bayangkan jika keseribu bibit-bibit tersebut masing-masing berbuah satu, dalam 4-5 tahun kedepan saya akan memanen paling tidak 1000 buah cokelat. Jika tiap pohon menghasilkan 2 buah yang siap dipetik, berarti ada dua ribu buah cokelat. Tiap buah biasanya terdiri dari tigapuluh sampai empatpuluh biji cokelat. Demikian seterusnya.
Hasil penjualannya kelak setidaknya dapat menambahi biaya-biaya yang saya perlukan untuk perjalanan saya keliling dunia bersama dengan keluarga saya, dengan anak-anak saya yang paling tidak sebagaimana rencana dan harapan saya jumlahnya setara dengan satu tim kesebelasan sepak bola.
Dalam skema program hidup saya, saya menyebutnya sebagai program traveling & writing. Menulis dan bertualang. Bertualang sambil menulis. Jelas, kelak hal ini akan menjadi sebuah perjalanan dan jurnal yang hebat. Ada beberapa negara dalam cacatan saya; Malaysia, Jepang, Shanghai, Rusia, New Zeland, UEA, Inggris dan tentu saja Amerika Serikat.
Yang penting saat ini adalah;
Yang pertama; Jangan asal makan. Jangan asal bicara.
Yang kedua; Kamu sudah sehat...., jadi silahkan lanjutkan kembali hidupmu! Sebagaimana ditulis oleh John Grisham dalam "The Testament" bahwa; Kesembuhan adalah serangkain langkah-langkah, kemenangan-kemenangan kecil. Satukan kemenangan-kemenangan tersebut tanpa sandungan dan halangan, maka kaupun sehat! Jangan lupa ya untuk merayakan semua hal, sekalipun itu adalah hal-hal yang kecil. Dengan demikian satu persoalanku setidaknya selesai.
"Ini adalah mujizat dari Tuhan!"
"Tidak. Sebenarnya otakmu ada di mana? Imanmu kau taruh di mana? Semua itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Tuhan! Tuhan yang manapun."
"Kau berkata seperti orang yang tidak beragama saja!"
"Sementara pembelaanmu itu adalah suara yang sama terdengar dari orang-orang yang kecewa karena selama ini mereka tidak melakukan apa-apa, yang memilih untuk tidak melakukan apa-apa, bahkan untuk secuil roti. Atau juga adalah suara-suara dari mereka yang putus asa karena memiliki kepentingan atas penyakitku. Kesembuhan ini adalah bagian dari kemenangan-kemenangan kecil milik saya, karena obat dari tukang roti yang berkepentingan atau paling tidak prihatin atas kesembuhanku. Dalam hal ini, obat masuk melalui mulut, yang tercampur dalam adonan terigu, ragi, gula mentega dan cokelat. Ketahuilah saya adalah orang yang percaya dengan Tuhan, sama seperti kau, mungkin saja. Keselamatanku, semata hanya karena belas kasihan Tuhan, itulah imanku. Kesehatanku tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan Tuhan yang kau maksudkan itu. Sebaliknya, kau jangan menjual nama Tuhan di sini. Tidak akan laku, kawan. Sama sekali tidak akan laku. Jelas? Karena kesehatanku kini sudah mulai membaik, tidak perduli bagaimana perasaanmu dan di posisi kepentingan mana kau bekerja, saya hanya bisa berkata, apa yang telah terjadi di masa lalu, mari kita bersama-sama melupakannya.
Yang ketiga dan yang terakhir adalah;
"Stay at yor home!"
"Apa maksudnya itu?"
Songsong masa depanmu. Tetap hidup dengan penuh semangat. Dengan apa yang bisa kau dapat hari ini, itu semua jauh lebih penting dari apapun yang ada di masa depan. Jika hanya sekedar ucapan selamat tinggal, akan ada saatnya untuk dirimu, dan untuk semua. Bersyukurlah dengan apa yang kau dapat hari ini, karena hari esok tidak seorangpun dari kita bisa mengetahuinya, meramalnya dan memastikannya; Akan seperti apa?
Lembaran baru telah dibentang. Kanvas baru telah tersedia. Mulailah dari sana, dengan catatan-catatan, dengan goresan-goresan yang baru, yang jauh lebih baik.
Mengapa?
"Karena di masa lalu, kaupun bukanlah seseorang yang sepenuhnya melangkah dengan langkah-langkah yang benar. Sebagian langkahmu bahkan adalah langkah-langkah pecundang. Kau seperti tong kosong yang cuek terhadap berbagai momentum-momentum penting dalam hidupmu. Entah telah berapa banyak hal yang kau rasakan menghilang dari dirimu, dan untuk semua itu ketahuilah bahwa, seberapa banyakpun yang kau rasakan hilang dalam hidupmu saat ini, sebanyak itu pulalah yang telah engkau lupakan dan lampaui di waktu yang lalu, serangkaian hal-hal baik, momentum-momentum terbaik dan peluang-peluang penting yang telah kau lewati di masa lalu. Namun bagaimanapun, saya berharap, kau jangan pernah menyesalinya. Itulah yang terbaik buat kau dan semua, saat itu, dan seperti yang kau rasakan saat ini.”
Saya adalah seorang laki-laki yang punya begitu banyak cinta di masa lalu. Dari sana, seharusnya saya telah menikah, paling tidak sekali, sejak sepuluh tahun yang lalu. Suatu hari salah satunya nyaris saja terjadi. Ketika itu ada seorang perempuan yang mau kawin dengan saya, tinggal menentukan hari dan tanggalnya dengan jaminan dia akan membiayai saya membuat sebuah kantor Pengacara sendiri, saat itu saya masih duduk di bangku kuliah. Saya lupa jalan cerita selanjutnya mengapa itu berantakan. Jika saja salah satu dari antaranya ada saja yang jadi, paling tidak saat ini saya sudah punya beberapa orang anak dan istri. Ini adalah kehilangan terbesar yang saya rasakan saat ini. Percayalah, saya ingin sekali punya anak, paling tidak menikah!
Bagaimana dengan anda?
Jangan buang banyak waktu. Jika umur anda saat ini 20an tahun, percayalah, anda akan sangat menyesalinya di umur 34 tahun, seperti saya saat ini jika tidak melakukannya. Saat ini saya adalah, hanyalah seorang laki-laki yang memiliki beberapa orang anak yang sehat dan makmur, anak-anak yang hebat dalam bentuk tulisan, anak-anak yang keberadaanya seperti mendengar cerita tentang roti dan anggur di telinga, kabar dan cerita dari seorang kawan. Anda atau siapapun tidak akan pernah kenyang dan mabuk karena semua itu. Saya sangat kecewa, terus terang sangat kecewa dengan diri saya sendiri, mereka ada dalam kenyataannya, namun tak bisa saya sentuh, tangan saya tidak bisah menggapai dan menjangkau untuk memeluk, membelai dan mencium mereka! Saya hanya bisa berdoa untuk mereka, semoga hal yang terbaiklah yang mereka dapatkan dalam hidup mereka! Semoga itu cukup untuk mereka. Anak dan perkawinan bukanlah sesuatu yang pantas untuk diargumentasikan, diperdebatkan, dan dikaji, yang mana yang benar, yang baik dan yang pantas secara mendalam, tapi untuk dijalani.
Jika kau merasa tersandung dan terjatuh, hei kawan Erich...., banyak sekali orang yang seperti itu, yang sepertimu saat ini dalam kehidupan ini. Ini adalah hal yang sederhana; Jika seseorang bisa berkata yang ini manis dan yang itu pahit, tentu dia pernah merasakan perbedaan rasanya. Paling tidak, dengan mencicipinya, dia tahu bagaimana rasanya manis dan pahit. Hanya orang yang tidak pernah tersandung yang bisa berkata;
"Tersandung, terjatuh itu rasanya menyenangkan sekali, ya?!"
Jadi sekarang, saatnya kau memulai dengan yang baru, dengan sesuatu yang lebih baik. Kau bisa, aku tahu itu!”
“Baiklah George.”
Waktu itu saya tengah menonton siaran jaringan TV CNN di ruang tamu tempat kost saya di Setibudi Jakarta yang berbentuk paviliun, ketika jaringan TV tersebut menayangkan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush tengah menyampaikan pidato kenegaraanya tentang The Feed & dan anggaran perumahan, katanya:
"Stay at your home!"yang dalam pemikiran dan sudut pandang saya kira-kira adalah merupakan sebuah pidato pra perpisahan Presiden dengan Gedung Putih dan Stafnya.
Waktu itu, malam, 31 Maret 2008, saya baru pulang dari kantor.

Ternyata 'ku salah menilaimu, sebenarnya aku yang bersalah, oleh karena mata'ku ini silau melihat indah dunia, aku campakkan cinta yang suci, menyesal diriku kini menyesal.

Cinta di manakah kini, cinta kini aku kecewa, walau berhias intan baiduri, bumi beralaskan permadani, sejak berpisah darimu kasih hidup 'ku ini terasa sunyi. Nasi ku makan terasa racun, air ku minum terasa duri, bertanya-tanya dalam hatiku, masih sempatkah untuk kembali.

Andaikan engkau masih sendiri, sudikah kau menerimaku lagi, ibarat piring terbelah dua, begitulah nasib yang menimpa, diriku bukan yang dulu lagi, semoga dirimu akan mengerti!
[3]

Kawan............
Aku tidak akan menuntunmu, kau sudah dewasa!
Akupun tidak akan menyesatkanmu, kau sudah bukan anak-anak lagi!
Kau sudah cukup tua untuk tahu arti hidup, untuk mengerti bahwa hidup ini singkat. Jauh lebih singkat dari yang kau bayangkan dan yang kau harapkan. Tidak ada nasehat apapun yang dapat saya katakan yang lebih berarti untuk menghiburmu selain;
"Jalani hidupmu dan manfaatkan sebaik mungkin waktu yang tersisa padamu. Cepat atau lambat, denyut jantungmu yang berdetak di nadimu akan berhenti berdetak. Waktumu habis dijemput ajal. Hidupmu pun sia-sia tinggal cerita, pepesan kosong tentang orang-orang mati! Tak satupun yang kau kejar, dan kau kumpulkan dengan bersusah payah, atau bahkan dengan penuh tipu muslihat, kau bawa serta ke liang lahat, ke dalam kuburmu. Tidak dengan kebahagiaan, tidak juga kepedihanmu.
Nyut.., nyut.., nyut...
Dag.., dig.., dug.., der.., dor...
Tak.., tik.., tak.., tik.., tuk...
Tak.., tik.., tak.., tik.., tuk...
“Kakak.., koq kata-katanya masih yang itu-itu saja?”
“Keretanya khan belum sampai.”
Tapi dunia ini akan tetap tinggal abadi
Kau tidak akan pernah bisa menjangkaunya!
Kau, saya, kami, mereka, kita semua hanyalah seorang manusia biasa.
Kepedihan dan duka lara datang dan pergi silih berganti. Demikian pula dengan kebahagiaan, dan dengan kegembiraanmu.
Tapi siapakah di antara kita yang benar-benar menghayatinya?
"May God help me!"
“O ya.., kau tahu jalanmu khan?”
“Tentu saja body. You know I will bukan?”
“Aku berharap demikian!”
“Absolutly!”
Tapi.....
"Hei tunggu dulu!"
"Ada apa?"
"Itu Tinggi bukan?"
"Suaranya seperti seorang gadis muda. Tentu saja itu adalah dia..!"
"Di sisi yang lain. Dia adalah kegagalan yang menyedihkan pada sisi yang lain!"

...Farewell....


Kwitang-Setiabudi Jakarta, Sept-
ember 2007-Toraja, April 2009.
Hormat saya;
(Erich Tinggi.)










"Inilah citraku yang kutinggalkan pada dunia!"
(Tony Soprano: The sopranos seasons V)


Ada suatu ketika dalam hidup ini dimana kita, anda dan saya dihadapkan terhadap aneka berbagai tawaran yang sarat dengan ketidakpastian, ketidakjelasan, yang diselimuti oleh kabut misteri yang pekat dari masa silam, serta penuh dengan teka-teki yang tak kunjung terjawab, tak kunjung sampai pada titik terang. Di headline bulletin Montblanc edisi Juni 2006 tertulis sebagai misterius; A mistery of us!
Namun sampai pada suatu masa, semua misteri niscaya, tentunya akan terungkap, semua pertanyaan dan teka-teki terjawab, semua yang samar, gelap dan pekat menjadi terang dan nyata, dan pada akhirnya semua kebenaran pun tersingkap, menjadi kunsumsi semua orang, semua pihak!
Saya adalah seorang manusia yang selama beberapa waktu yang telah berlalu seperti senantiasa berada di balik kabut misteri, selubung pekat teka-teki yang gelap dari masa lalu, paling tidak seperti itulah perasaan saya. Buku ini khusus saya peruntukkan sebagai jawaban atas semua teka-teki tersebut. Inilah kebenaran dari saya, terhadap serangkaian misteri, dari sudut pandang dan kepentingan siapapun.
"Sejauh mana anda mengenal sosok dan sepak terjang seorang Erich Tinggi?"
"Dia adalah seorang yang bebas dan merdeka, dalam ide, pemikiran-pemikiran , di langkah-langkahnya, konsepsi dan kenyataannya. Di sudut manapun anda berada, anda akan senantiasa mendengar beragam cerita tentang dirinya. Mengapa? Karena dia menenrjang kemana-mana, itu tidak diragukan lagi. Selebihnya apa yang kami ketahui dan sekaligus pantas untuk anda sekalian pun ketahui, selebihnya dapat anda temukan dalam karya-karyanya. Terakhir, dia menulis sebuah Otobiografi, dan semuanya yang ada di sana adalah tentang dirinya, segala jawaban untuk semua pertanyaan anda, yang paling muskyl sekalipun. Bagi mereka yang pernah mengalami hari-hari kebersamaan dengannya akan bertutur; Masih banyak cerita yang tertinggal yang tidak terungkap. Anda mungkin akan sedikit akan kecewa, tapi yang pasti, segala apa yang dapat anda temui di sana tak ada satupun yang dilebih-lebihkan. Itulah dirinya yang sesungguhnya. Kami telah membacanya!"
Dari sekarang;
Saya adalah seorang manusia, seorang laki-laki yang memiliki masa lalu dimana sebagian besar di antaranya adalah merupakan catatan, coretan-coretan kehidupan yang cemerlang, yang mengesankan di atas kanvas kehidupan yang polos, sederhana dan bersahaja.Sebagian lain di antaranya, dari pada catatan-catatan itu, dimana di dalamnya anda dapat melihat dan mendengar dengan jelas, bagaimana saya tampil begitu buruk dan sungguh sangat mengecewakan.
Buku ini, adalah merupakan komposisi, rekaman atas berbagai hal, peristiwa, ide, nilai dan pemikiran terakhir saya yang khusus saya tuliskan sebagai sebuah memoar, kenangan, biografi dari sebuah babak, di masa lalu saya, di seretas penggalan dari kehidupan saya yang sesungguhnya.
Di salah satu seri dalam serial The Soprano's, John Sacrimoni, melontarkan satu pertanyaan terbesar yang mungkin pernah terdengar di kehidupan kita, di sepanjang abad keberadaan dan peradaban umat manusia, dia bertanya kepada Tony Soprano, kepada anda dan saya, dia bertanya kepada dunia, dia bertanya kepada sorga dan neraka hidup, kepada kehidupan dan kematian dia bertanya;
"Bagaimana orang-orang akan mengenangku?"
Sama pentingnya dengan jawaban seperti apa yang dapat saya berikan kepada anda atas pertanyaan berikut ini; Mengapa sangat penting artinya bagi saya untuk membuat, untuk menulis biografi saya sendiri?
"Karena penting artinya bagi saya untuk menjelaskan diri saya dari sudut pandang saya sendiri! Seperti apa saya?"
"Saya adalah manusia dengan reputasi yang mengesankan dengan citra yang buruk!"
Begitulah gambaran sebagian dari diri saya akan dikenang di seretas perjalanan hidup, di dunia, yang singkat ini..!

"Did you know what it takes to reach higer performance, achive better technology to back you up, leave behind all worries and doubts. I0N offres the most realible IT product at the right price. It's time to blast and win the race!" (Narasi iklan ION Computer edisi 2007)

Setiap fase dari kehidupan seseorang terdiri dari dirinya sendiri serta lingkungan social dan pergaulannya, pergumulan-pergumulan hidupnya, kemarahan, kesenangan dan kepedihannya, serta sikap dan pemikirannya terhadap suatu atau berbagai hal. Pada sebuah bayangan, anda dapat mengetahui bahwa di balik itu ada wujudnya yang asli, manifesto fisik dan eksistensi. Tapi seperti apa rupanya, keaslianya, cantik atau buruk rupakah dia, raut wajah dan bentuk tubuhnya seperti apa, lihatlah, menolelah, berpaling atau meliriklah pada wujud aslinya. Bayang-bayang hanya sebatas mengisyaratkan sebuah wujud, sebuah eksistensi. Wujud aslinya akan menampakkan rupanya. Bayang-bayang keberadaan saya dapat anda ketahui dari beragam cerita, isu atau desas-desis-desus tentang saya. Namun itu baru bayang-bayang. Seperti apa rupa saya? Meliriklah ke sini. Paling tidak, sekalipun anda tidak menyukainya, anda setidaknya dapat melihat seperti apa rupa saya yang sebenarnya, saat ini dan di masa lalu.
Apa yang anda pikirkan tentang kesuksesan? Apakah buku ini semata-mata hanlah merupkan sebuah cermin harapan yang memantulkan kerinduan saya untuk memiliki seperangkat notebook sendiri? Semoga ini bukanlah cermin yang buruk, demikian pula dengan rupa saya.
Seperti apa terminology yang berhasil anda simpulkan pada setiap kasus perjuangan hidup yang anda temui?
Apakah anda memiliki contender-contender dalam hidup anda?
Bagaimana sikap anda terhadap mereka? Terhadap mereka yang pulang hanya dengan hadiah hiburan dan yang pulang dengan hadiah utama dari sebuah ivent besar?
Apakah sebelumnya kalian pernah melihat iklan notebook ION ini?
Apapun kesan kalian, saya akan senantiasa tidak berada pada posisi yang memiliki kapasitas yang cukup untuk mempertanyakan ataupun terlebih jauh menilai bagaimana kesan kalian akan iklan tersebut, ataupun seperti apa sikap kalian terhadap produknya. Sayapun bahkan belum memilikinya. Akan tetapi, pesan yang ingin saya sampaikan melalui buku ini adalah bahwa; Dalam rangka mengoptimalkan dan memaksimalkan kemampuan daya cipta (Invensi) dan proses karya kreativ inovativ, dukungan akan seperangkat peralatan IT yang memadai menjadi sangat penting artinya. PC desktop, laptop atau notebook misalnya!
Selanjutnya saya dapat menambahkan berbagai macam ilustrasi, analogi ataupun contoh-contoh dengan aneka rupa penjelasan-penjelasan retoris yang panjang lebar yang tidak berrarti apapun, tapi semua itu sesungguhnya adalah sesuatu yang telah anda ketahui. Paling tidak bisa dianggap demikian. Daripada hanya mengulanginya berkali-kali dengan serangkaian retorika yang berpanjang lebar, bukankah akan lebih baik mewujudkannya?
Pemikiran ini kiranya senada dengan philosopy kesuksesan yang rasanya ingin disampaikan oleh pabrikan computer ION melalui iklannya tersebut, dimana dikatakan bahwa persoalan menjalani kehidupan tidak ubahnya seperti proses berlangsungnya sebuah race, sebuah arena perlombaan, pacuan yang bermula dari sebentangan garis start dan berakhir di suatu garis finish tertentu. Sebuah tempat dimana hasil akhir dalam pengertian yang luas, yaitu kesuksesan itu berada.
Ini adalah sebuah wacana, diskursus yang problematik tentang orientasi, terlebih jika kita mencermati paragraph pertama dari narasi iklan ION yang berbicara dengan lugas tentang arti penting performa tertinggi dari sebuah race. Akibatnya, pemahaman terhadap terminology kesuksesan menjadi subjektif, multiprespektif dan intrepertatif. Pendek kata, dari sudut pandang, kepentingan dan situasional manapun anda menilai dan menyikapinya, adalah sah adanya. Pada kemungkinan-kemungkinan yang terbuka demikian itu, anda bisa melihat dan menilai kesuksesan itu pada hasil akhir, menilainya dari proses selama berlangsungnya race, ataukah pada gabungan dari kedua peluang dan kemungkinan tersebut. Dari sudut pandang hasil akhir, kata sukses semata adalah merupakan suatu pengertian yang masih perlu diuji dan terbuka untuk diperdebatkan lebih jauh, sedangkan kata better succes mewakili suatu pemahaman bahwa sukses dari sudut pandang hasil akhir digaris finish baru merupakan sebuah titik pencapaian yang belum selesai. Pada kwalifikasi dan sudut pandang manapun anda akan menempatkan atau memproyeksikan diri anda, dan segala harapan-harapan anda, tiga ubnsur dari performa akan banyak memperngaruhi upaya, target dan pencapaian anda yakni; Kecepatan (Speed), Power, energi, atau stamina dan yang terakhir adalah akselerasi.
Bagaimanapun, dimanapun, pada race manapun, podium pemenang tersedia hanya untuk pemenang pertama, pemenang kedua dan ketiga, serta beberapa pemenang hiburan.
Lalu apakah persepsi anda terhadap pemenang di podium juara?
Iklan ION memperingatkan sekaligus memberi dorongan kepada kita, kepada anda, dan kepada para peserta race bahwa sukses yang anda peroleh saat ini adalah sukses yang terbuka terhadap harapan-harapan serta cita-cita tertinggi anda pada suatu targetan. Jika anda menganggap bahwa sukses yang anda capai saat ini baru merupakan sukses-sukses kecil, dengan demikian, setidaknya anda masih memiliki cukup banyak peluang untuk mencapai yang lebih besar. Sukses yang anda capai saat ini bukanlah sukses yang tidak berarti apa-apa, ataupun seperti sesuatu yang akan berakhir pada hal dan situasi tersebut. Akan tetapi itu semua adalah sukses yang belum selesai. Itu adalah sukses yang tengah berproses. Kesuksesan anda masih bisa di perbaiki menjadi kesuksesan yang lebih baik, dan pencapaian yang lebih hakiki yang mencerminkan tingkat terbaik dari orientasi dan pencapaian anda masih tersembunyi di belakang panggung juara, podium para pemenang. Kesuksesan yang benar-benar mencerminkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas anda sukses anda masih bisa diperbaiki. Sesuatu yang ada sekarang adalah sesuatu yang akan bergerak lebih maju dan semakin lebih baik.
Menjadi peserta lomba sebagai bagian dari sebuah terminologi yang tuntas tentang kesuksesan tentu saja memerlukan serangkaian kesiapan, ketersungguhan dan persiapan yang matang secara fisik, mental serta sejumlah peralatan dan perlengkapan pendukung. Anda mungkin satu dari seratus orang yang berani mengambil peluang partisipasi yang mewakili unsur pengalaman. Dalam hal ini, anda akan terlihat sangat berbeda dan bahkan terlihat sangat asing dari yang lain. Disini, jumlah hanyalah sebuah pengandaian, dimana banyak orang telah melihat, mendengar dan melewati sekian banyak hal dalam kehidupannya, namun tidak memiliki pengalaman terhadap itu semua. Ada sejumlah hal dalam hidup ini yang memang harus dimulai dari persoalan dan mempersoalkan perkara mentalitas, dari diri sendiri. Tapi anda jangan berputar-putar di sana. Bagaimanapun, anda siap atau tidak dengan diri dan mentalitas anda, perlombaan pasti di mulai. Mau tidak mau anda harus ikut serta bergerak. Sampai sejauh mana pencapaian anda? Disitulah arti pentingnya mentalitas. Yaitu, bagaimana sikap, determinasi dan apresiasi anda atas pencapaian tersebut!
Mengapa?
Karena dia tidak menceburkan dirinya pada kedalamannya. Dia tidak meleburkan dirinya menjadi bagian darinya. Dia tidak berhasil menangkap semangatnya, yaitu semangat sportivitas dan kompetisi. Dia bukan merupakan peserta ataupun pemain pada pemahaman yang sebenarnya. Dia idak berpartisipasi, dia tidak mengambil bagian dan menjadi bagian dari pastisipasinya. Dia hanyalah peserta pelengkap yang dari dirinya tidak diharapkan apapun.
Dimanapun anda berada, pada perlombaan tersebut, sebagai peserta penggembira semata, ataukah sebagai seorang yang kemudian pada akhir perlombaan naik ke podium para pemenang, anda setidaknya memiliki gambar yang sama kusutnya, sama bahagia dan letihnya dalam album kenangan.
Dan.......
Setelah race berakhir, anda berhak membanggakan foto anda kepada ke 99 orang lain yang tidak ingin menjadi bagian dari race!
"Saya bagian dari cerita!"
Apakah penonton juga bagian dari cerita?
"Ya! Bahkan di beberapa moment dan race, pertunjukan menjadi kehilangan sebagian dari artinya tanpa kehadiran dan keberadaan para penonton. Dalam hal ini, mereka berposisi sebagai saksi-saksi."
Apakah anda pernah mendengar seseorang berkata kepada anda;
"Ini pengalaman yang hebat. Sungguh membahagiakan. Ini adalah salah satu kenangan terbaik dalam hidup saya!"
"Persoalannya kenapa?" "Saya ada di sana, dekat dengannya. Saya ada di sana, salah satu dari sekian banyak penonton saat dia memenangkan kejuaraan itu. Penampilannya sangat mengangumkan. Tahu mengapa?" "Seperti apa?"
"Dia bukan pemenang di akhir permainan. Dia memenangkan permainannya dengan mengumpulkan satu demi satu point dari awal permainan dengan penampilannya yang terbaik!"
"Jadi, dia....." "Menang bukan karena angin, atau karena tangan Tuhan!"
Sekarang apa yang anda pikirkan?
Untuk saat ini, saya bahkan sama sekali tidak berusaha memikirkan secara mendalam dan membabi-buta tentang kesuksesan ini. Sepertinya terdengar janggal dan bahkan dangkal. Sayapun merasakan demikian. Akan tetapi, dengan membebankan pengertian dan ukuran-ukuran yang terlalu berlebihan dan tidak pula sepantasnya, apresiasi tanpa kenyataan pada terminologi tersebut dapatlah dikatakan sebagai sebuah kedangkalan dalam bentuk dan varian yang lain. Dan, dari kedua situasi tersebut pada akhirnya kita akan sampai dan dihadapkan pada suatu titik yang paling kritis, yang paling gradasi dan distorsif dari makna sebuah kedangkalan, yaitu pendangkalan makna!
Saya setidaknya telah mengikuti beberapa race dan apa kira-kira anda pikirkan dan bayangkan tentang semua hal tersebut?
Hei kawan.., sekalipun pada saat itu saya melewati bendera start dengan nomor start dua pada gelombang pertama, dan kemudian menjadi orang pertama yang menyentuh garis finish di akhir race dari ribuan peserta, akan tetapi saya bukanlah pemenangnya. Saya bukanlah juaranya!
Lalu siapa? Pada akhirnya bagaimana?
Saya sendiri tidak tahu, tapi mungkin dia adalah orang, peserta race yang telah menampilkan performanya yang tertinggi, yang terbaik di lintasan yang panjang dan berlika-liku. Bukan tidak mungkin, dia adalah peserta yang berada dibelakang saya di garis start atau bahkan peserta yang start di urutan yang paling akhir.
Dan saya?
Saya cuma bisa berharap, semoga peserta yang menjuarai race fun bike tersebut tidak melihat keluguan serta ketidakpedulian saya akan hasil akhir, keputusasaan saya, demikian pula dengan keletihan fisik yang luar biasa ketika menikmati dua Bento, dua nasi kotak dari panitia race di beranda restoran Hoka-Hoka Bento, tidak lama setelah race berakhir, di Kartika Plaza. Saya terlalu letih memikirkannya!
Bagaimana kira-kira sikap saya secara keseluruhan saat itu?
"Yang pasti saya belum terlalu tua dan bijaksana untuk tidak kecewa. Sambil melahap sampai habis makanan saya, saya coba merenungi pencapaian yang telah saya peroleh, dan inilah yang membuat saya menjadi saya sangat-sangat kecewa karenanya!"
Selanjutnya apa kira-kira yang saya pikirkan?
"Nasehat Aji', salah seorang teman,membesit dan seketika terngiang-ngiang di kepala saya. Katanya kepada saya beberapa waktu setelah race yang mengecewakan itu berlalu;
"Erich......, yang start duluan, belum tentu finish duluan!"
Ungkapan inilah yang yang memberi sedikit kekuatan kepada saya untuk menerima dengan berlapang dada semua hasilnya. Membantu saya untuk melepas semua kekecewaan dari ingatan saya.
"Paling tidak, saya punya sedikit cerita dan pengalaman untuk dibagi dan diceritakan kepada anda, dan kepada dunia!" pikir saya menghibur diri. Jelas inilah yang membuat saya menjadi mampu berbesar hati dengan semua kekalahan dan kegagalan saya tersebut.
Dengan demikian, kesuksesan dengan hanya sekedar menyentuh garis finish masih belum merupakan sebuah gambaran terakhir dan final dari sebuah terminologi kesuksesan. Prestasi tertinggi sebagai sasaran pencitraan yang paling ideal masih merupakan sebuah bagian, kepingan terkecil yang tak jauh lebih berarti dari kepingan-kepingan yang lain daripada mata rantai sebuah proses menjadi, yaitu menjadi lebih baik, dan menjadi lebih sukses. Dan hal ini berarti bahwa kita tengah berpacu tidak hanya dengan waktu, menunjukkan kita sekaligus menyadarkan kita akan tempat dan ruang gerak yang kian sempit, stamina untuk daya jelajah yang ikut serta menjadi penting artinya karena ketersediaan dan keterbatasannya yang kian terbatas, orang-orang dan.., segala kemungkinan tentunya!
Selebihnya, apa yang kau cari? Dalam konteks buku ini....
"I am lokking for a notebook. Sebuah notebook, atau sebuah laptop dari sebuah lintasan yang menuju ke puncak tertinggi, a lap to the top!
Dan ini berarti menjadikan perjalanan petualangan dan furoshiki saya, travel bag saya menjadi sebuah buntelan yang bonafid."
Bonafid di tas.., Brother!
Melangkah ke masa depan dengan isi tas yang bonafide.
Saya tidak tahu apakah harapan-harapan yang saya tuangkan dalam surat ini dapat dipahami secara positif sebagai sebuah bentuk langkah penting dalam rangka mengapresiasi masa depan dengan langkah-langkah yang lebih nyata, dan optimis sebagaimana yang saya pikirkan.
Menata hidup, berpikir lebih banyak dan jauh lebih maju tentang masa depan yang lebih baik merupakan perpaduan antara proses dan momentum. Momentum dapat muncul secara alamiah, bersinergi secara mutualis, aktif dan kreatif dengan proses, namun juga jika anda merasa bahwa posisi anda tidak pas untuk menunggu tercetusnya, terluangnya, dan terbukanya sebuah momentum di hadapan anda, maka hal ini tidak lain berarti bahwa anda perlu secepat mungkin membanting stir, merubah sikap pasif anda secara revolusioner menjadi denyutan-denyutan atau bahkan dentuman-dentuman aksi proaktif yang atraktif, sinergis dan strategis terhadap sasaran ideal anda. Ciptakan momentum. Inilah yang saya lakukan dan yang kemudian membuat kehidupan dan hari-hari saya begitu hidup, cemerlang dan penuh dengan cerita, di masa lalu. Disuatu kesempatan, saya terbuka terhadap terluang dan mengalirnya momentum. Dan di kesempatan yang lain saya menciptakan momentum, untuk diri saya sendiri! Dalam kondisi seperti itu, tidak ada hal yang lain yang lebih pantas untuk dilakukan selain daripada bertindak kreatif dan inovatif dalam menciptakan, mengkreasi dan atau mengkondisikan segala sumber daya anda untuk sebuah momentum, sebuah ruang dan wacana, sebuah lintasan untuk anda bermain.
Bila kapasitas diri anda tidak mungkin untuk kedua situasi tersebut, jika anda merasa cukup agresif dan reaktif terhadap lingkungan situasional anda, tidak ada salahnya untuk melakukan kemungkinan yang lain, pilihan terbuka lainnya, yaitu bermanuver secara cerdas dan terukur di kedua situasi tersebut. Didalam situasi ini, manuver akan memberi arti tidak hanya sebatas pada sebuah ekspresi impulsif yang merdeka, penunjukan eksistensi diri yang sifatnya sesaat. Anda muncul sejenak, orang-orang melirik anda sekilas, lalu menghilang sama sekali! Anda melupakan, dan dilupakan.
Artinya?
Tempat baru dan cerita baru!
Panggung terbuka bukan untuk anda. itu adalah panggung pertunjukan orang lain. Jika pilihan yang ketiga itulah yang kemudian terjadi, oleh karena aksi-aksi tersebut adalah aksi terukur dalam batas kesadaran mental dan jiwa anda, maka setidaknya anda cukup memiliki kemampuan untuk menerangkan, menjelaskan beberapa kata dengan pengertian dan penjelasan yang benar yang kadang-kadang ditempatkan dan didefenisikan secara salah kaprah, yaitu; Manuver, Blunder dan Melebur!
Lebih dari pada itu, jika anda tidak mampu melakukannya, jangan pernah berharap mendapatkan sedikit ruang untuk berkata;
"Saya tidak tahu apa-apa. Seperti bintang yang jatuh dari langit entah bernatah, tiba-tiba saja saya sudah berada di sana. Ini benar-benar menakjubkan!"
Itu tidak tersedia untuk anda!
Dengan kata lain.....
"Seperti saya dengan novel Pengacara Pilihannya dan John Grisham dengan The Runaway Jurynya di antara perseteruan dan perdebatan panjang lebar antara LSM-LSM anti rokok dengan industri rokok dan tembakau!"
Percayalah, waktu dan momentum tidak akan pernah mengenal dan mencumbu anda dari dekat. Waktu tidak akan perduli sedikitpun dengan segala macam tetek bengek persoalan anda. Dia akan terus berjalan, melaju, berputar dan pada akhirnya berlalu dari hadapan anda.
Apakah dunia akan berhenti hanya karena kematian anda dan saya?
Drama dan pertunjukan kehidupan dipagelarkan, dipentaskan berseri tanpa henti dari masa ke masa. Proses pergantian dan peralihan dari generasi ke generasi terus berputar, berganti, timbul dan tenggelam, datang dan pergi.
Kehidupan tidak akan pernah berakhir!
Pohon cokelat di kebun kami sudah berbuah kali berkali-kali sebelum orang tua saya merasakan air susu ibunya untuk yang pertama kalinya. Saat ini saya sudah berumur 34 tahun, dan pohon-pohon itu masih ada di sana pada tempatnya, bertambah semakin tua. Leluhur-leluhur di atas Ibu saya dan beberapa derajat sebelummnya telah habis. Tapi, saya percaya, jika tidak ditebang, pohon-pohon cokelat itu masih akan berbuah kali berkali-kali saat anak saya berumur sama dengan saya saat ini.
"Umur manusia tidak sepanjang yang anda duga dan harapkan, tapi pohon-pohon cokelat siapa yang tahu?"
Persoalannya; "Dimana anda sekarang, saat ini?
Anda mungkin harus berpikir cepat, bertindak cepat mengambil keputusan yang cepat antara; Apakah anda harus menunggu atau menciptakan momentum. Menepis ataukah meraih peluang yang terluang, yang terbuka di depan mata!
Paling tidak, saat ini saya sudah dalam proses memikirkan 1000 pohon cokelat di kebun saya sendiri. Bagaimana kelanjutan dan peluang serta kemungkinannya?
"Ini seperti sebuah rumus, formula terbaik yang sedang diuji kemungkinannya! Dari sini ke masa depan. Saya terpikirkan akan sesuatu yang hebat di balik versi yang dramatis dari kenangan, petualangan dan regenerasi dalam serial film Oshin!"
Mungkin kita semua pernah mengalami pengalaman kehilangan dalam hidup ini. Bagi pribadi saya, tidak ada yang lebih menakutkan dan meyakitkan, yang rasanya begitu menyesakkan dada lebih daripada kehilangan waktu, peluang, kesempatan dan momentum. Entah kalian percaya atau tidak, hingga saat ini, saya telah kehilangan begitu banyak hal-hal tersebut.
Peluang dan kesempatan bagi setiap orang untuk melakukan banyak hal menghilang satu persatu, sedikit demi sedikit, seiring dengan bertambahnya umur dan berkurangnya tingkat harapan hidup. Anda mungkin adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mencoba menyiasati hidup dengan tabung-tabung gas, selang dan botol-botol insulin, tapi tidak dengan ajal anda, tidak dengan umur anda. Siasat tersebut mungkin akan bisa berhasil untuk sesaat, tapi tidak untuk jangka panjang, untuk waktu yang lama dan permanen. Tapi ada pula kalanya seseorang berusaha berjuang, bertahan memang tidak lebih hanya untuk yang sesaat itu!
Pertanyaanya....
Apakah anda masih hidup sampai sekarang demgan semua hal itu?
Saya ragu, anda masih bisa menjawab;
"Sungguh.., saya sangat menikmati hidup saya!"
Dengan kata lain, penjara tetaplah penjara, menu makanan apapun yang disuguhkan ke hadapan anda!
Apakah saya terlihat sedang merencanakan masa depan saya dengan semua harapan-harapan itu?
Tidak!
Jika anda memahami betul hakekatnya, ini bukan bagian dari proses ke arah sana, atau sketsa dari dan bentuk yang utuh dan sempurna dari masa depan ideal sebagaimana yang diimpikan oleh sebagian besar orang. Ini adalah gambaran dan bagian, kepingan-kepingan mozaik dari sebuah sketsa dari apa akan saya lakukan di masa depan.
Disini, anda dapat melihat saya bukanlah seseorang yang sedang terlihat berjalan tergopoh-gopoh dengan ayunan langkah bergegas menghampiri panitia pendaftaran lomba fun bike dengan bayang-bayang jaket kuning Tour de France di benaknya.
Dia adalah seorang pria yang santai, yang berjalan tenang ketujuan yang sama dengan harapan-harapanya yang sederhana, yaitu foto-foto yang mengabadikan kehadirannya, eksistensinya, dan jika tidak berhasil menggapai podium juara, setidaknya dia bisa mendapatkan doorprice yang tidak terduga.
Setelah membaca bagian ini, bukan tidak mungkin ada sementara orang dari kalian yang kecewa lalu bertanya dengan sekian beban rasa putus asa; Mengapa saat itu saya tidak ada di sana? Saya ada di sana, tapi mengapa saya tidak berusaha berada di dekatnya? Saya adalah seseorang yang sangat sering bertanya-tanya sendiri pada diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang serupa. Dari sekian banyak peluang dan momentum yang berhasil saya tangkap, saya juga adalah seorang yang terlampau banyak, yang menepis dan melewati begitu banyak hal, peluang, momentum serta peristiwa-peristiwa penting dalam hidup ini, dimana pada saat itu seharusnya saya berada di sana.
"Itu tandanya anda mengidap Emily Syndrome!"
"Saya hanya sedikit lebih baik dari Emily, yang hampir tidak pernah melakukan apa-apa dalam hidupnya, selain berlari bersama Stumpy."
Lebih daripada itu, tidak terlintas sedikitpun di benak saya, di pikiran saya lebih dari sekedar kesenangan dan kegembiraan di arena fun bike yang singkat! Tidak apa-apa khan? Keberadaan ION Portiva MS 12 tidaklah lebih dari keberadaan sebuah sepeda Federal di arena fun bike untuk bersantai, sebagai alat pendukung dan pelecut motivasi.
Portiva MS 12 dapat dipandang sebagai tak ubahnya seperangkat cinderamata dari panitia lomba saat melakukan pendaftaran, seperti kaos yang bertuliskan sponsor dan nomort start anda, kupon door price dan kupon makan siang. Kelihatannya begitu sederhana untuk terlampau di pikirkan dan diperhitungkan, tapi proses selanjutnya, dan tidak tertutup kemungkinan tanpa kesemua pernak-pernik yang terkesan sederhana itu anda tidak akan pernah dapat diperkenankan ikut serta mengambil bagian, menjadi peserta lomba, apapun niat dan target yang terbentuk dan tercetus di benak anda sebelumnya.
Hanyalah untuk sekedar bersenang-senang ataukah podium para pemenang, podium juara!
Bagaimana dengan Bento, sekedar kotak makan siang dari panitia?
Jangan berharap banyak dan berpikir terlampau jauh akan hal-hal tersebut. Pada prinsipnya, sebenarnya anda tidak pernah melakukan apa-apa sebelumnya, demikianpun ke depan!
Dengan Portiva MS 12, semoga anda tidak terlalu berpikir lebih jauh dari yang sewajarnya sekedar tentang kesuksesan dalam memenangkan race kehidupan. Ini baru satu unsur, satu element dan prasarat minimum. Di setiap tingkatan pencapaian, prasyarat tersebut memerlukan pengkondisian yang dinamis dan terbuka. Tapi di derajat ini, setidaknya saya dapat terus berada dalam lintasan kehidupan sambil mencoba berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang lebih jauh, lebih maju dan untuk menjadi lebih baik, lebih mendalam dan realistis tenang prinsip dan arti penting garis finish pada tahap pencapaian minimal, yakni bahwa; "Setidaknya, saya bisa menyelesaikan lomba dengan baik dan menyentuh garis finish.
Bagaimana dengan urutannya?
Apa dan siapakah yang perlu menunjukkan kepeduliannya?
Banyak hal bisa bermula dan terinspirasi dari sini. Setidaknya, sekedar menyentuh garis finish dapat juga dipahami dan diterima sebagai salah satu tahapan dari proses kemajuan, suatu sisi lain dari konsepsi tentang kesuksesan. Sebuah pencapaian yang tidak kalah terhormatnya dari prestasi yang diperoleh oleh para pemenang yang berdiri berjejal di atas tribun kehormatan para pemenang lomba.
Sekalipun hadiah pertama yang menggiurkan di hari minggu itu dibawah pulang oleh orang lain, paling tidak ada suatu kondisi dimana para pemenang yang menghiasi podium para pemenang dan para peserta finish di urutan terakhir atau bahkan mereka-mereka yang sama sekali tidak menyelesaikan perlombaan yang tidak membawa pulang apapun seperti saya, dapat menikmati hiburan dangdut, keroncong Melayu dan santapan makan siang yang sama dari Hoka-hoka Bento.
Takaran nasi kotak setahu saya tidak ada yang lebih banyak satu dari pada yang lain, sesuap sekalipun.
Bukankah kita melewati track race yang sama dan merasakan keletihan yang sama? Paling tidak kita bisa bersama-sama menikmati santapan yang sama di akhir permaianan, di akhir race yang melelahkan.
Saya pikir itu cukup adil bukan?
Sampai sejauh ini, saya berharap pemikiran yang saya tuangkan dalam buku ini, cukup untuk menjelaskan dan memberi gambaran yang cukup baik dan bahkan jauh lebih baik tentang prinsip-prinsip yang menjiwai setiap konsepsi tentang kemungkinan (Posibility), tentang peluang dari setiap kemungkinan dan konsepsi tentang kesuksesan.
Seiring dengan umur yang terus berlalu dan berpacu dengan waktu yang ketersediaanya terbatas, bagaimanapun situasinya, dimanapun kita masing-masing berada, saya akan senantiasa yakin dan percaya bahwa jika kita semua tetap memelihara konsepsi dan konstruksi positif dari setiap nilai-nilai tentang kemungkinanan yang melekat pada sebuah konsepsi tentang kesuksesan, maka kita semua niscaya akan menjalani race kehidupan ini dengan upaya-upaya individual ataupun kolektif yang maksimal, sepenuh hati, dan sepenuhnya mempusatkan fokus perhatian kita dan pemanfaatan sumber daya diri kita masing-masing pada hasil akhir yang maksimal. Sebagian besar dari hidup kita, paling tidak hidup saya adalah serangkaian kemungkinan, setidaknya beberapa hal berawal dari sana sebelum sampai pada hal-hal yang penting dari kenyataan, dari realita.
Peter Burrows di Business Week, mengemukakan dalam bahasanya sendiri; "Pentingnya memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting (Menguntungkan: Pen.), dan membatasi jumlah proyek, serta pentingnya memiliki pengertian yang mendalam tentang bagaimana sebuah produk dibuat!"
[4]
Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan oleh sebutir telur untuk menetas menjadi pitik-pitik, bakal ayam-ayam dewasa sebelum akhirnya masuk ke dapur kedai-kedai cepat saji, di Texas, California atau kentucky Fred Chikken dalam potongan-potongan daging segar yang siap untuk di sajikan ke hadapan anda?
Ataukah metamorfosis kepompong menjadi kupu-kupu dewasa yang liar nan elok, cantik nan aduhai?
Atau sel telur dari sejak dibuahi hingga menjadi seorang bayi munggil James Watt?
Kesuksesan bagi siapapun bisa bermetamorfosis dan menetas lebih cepat dari sebutir telur atau kepompong, tapi juga bisa lebih lama dan jauh lebih rumit dari seluk beluk dan riwayat kehamilan dan kelahiran Thomas Alfa Edison yang jenius, atau orang-orang jenius yang lainnya! Kawan...

...Bicycle race are coming in your way, so look out of your duty...

"O yeah?"
Kring.., kring.., kring..!
Harapan saya, bagaimanapun situasi kehidupan kita masing-masing saat ini, kita semua dapat menghayati semua proses dan hasil sementara yang berhasil kita gapai dan lalui hingga saat ini, dengan penuh penghayatan. Kineja yang maksimal untuk mencapai prestasi terbaik. Bekerja dan berkarya dengan lebih baik dalam upaya mencapai tahap pertumbuhan dan pencapaian kemakmuran dan harapan masa depan yang jauh lebih baik. Kita semua adalah peserta-peserta kecil dari sebuah race besar yang berjiwa besar. Itulah harapan serta keyakinan saya terhadap diri saya sendiri dan terhadap diri kita semua satu dengan yang lain.
Saya dapat berkata demikian oleh karena saya juga pernah mengalami saat-saat kalah, saat-saat kehilangan besar dalam hidup ini. Dan saya menerimanya dan menghayatinya dengan berjiwa besar. Bahwa, ada sementara kehilangan yang memang murni disebabkan oleh karena kesalahan, kekeliruan-kekeliruan dan bahkan kesilapan saya sendiri. Terbuka 1001 macam cara bagi seseorang untuk terjatuh, untuk kehilangan dalam hidupnya. Bisa karena jalannya yang licin, bisa juga karena tersandung, atau bahkan karena dengan segala tipu muslihat jahat dia di jegal. Saya tidak menyalahkan diri saya terlebih orang lain. Ada saat dimana kita memang harus kalah dan kehilangan, setidaknya terlihat demikian, untuk mengerti artinya menang dan berada. Di kehidupan beberapa orang, hokum ini berlaku, dan untuk sebagian lainnya tidak.
Saya adalah orang-orang yang kalah.., yang bersikap sebagaimana orang-orang kalah pada umunya, yang semestinya!
Bagaimana dengan pembunuhan karakter serta pemiskinan sistematis yang diperlakukan kepada kehidupan anda dengan kejam itu?"
"Itupun tidak lain adalah sesuatu hal yang lain dari proses kehidupan, dari sebuah perputaran roda kehidupan. Demikianlah saya memaknainya. Saya percaya bahwa suatu waktu semuanya akan berangsur-angsur membaik kembali."
"Hanya saja...."
"Kalian harus melihat saya terjatuh di saat saya baru mulai merintis dan menata kehidupan saya. Saat saya baru merangkak menggapai beberapa anak tangga permulaan dari kehidupan. Pada umumnya.., kejatuhan seseorang teruji dari puncak kehidupannya, di puncak karirnya, di anak tangga teratas dalam kehidupannya"
"Ini adalah sesuatu yang luar biasa yang tak biasa"
"Yep"
Apakah ada di antara kita yang telah bergerak lebih jauh dan lebih cepat dari yang lain?
Kalau ada yang demikian, saya sungguh berharap demikian!
Saya tidak pernah dapat membayangkan bagaimana jadinya hidup ini jika kita semua harus menjalani dan melewati perjalanan hidup yang sama. Siapa yang akan saya temui dan datangi jika kalian semua bernasib sama dengan saya saat ini, terlebih secara ekonomi? Saya miskin...., sangat miskin saat ini. Saya mengakuinya, dan semua orang juga tahu! Tak ada yang tersembunyi dalam hidup saya tentang hal tersebut.
Pernah membayangkan sesama orang susah, orang miskin, sesama orang kere saling bertemu?
Saya sudah mengalaminya, bahkan sangat sering. Lucu!
Ingin tertawa?
Tertawalah sepuas-puasnya, selebar-lebarnya, sebahak-bahaknya, karena ini memang kronika, bagian kehidupan yang keunikannya mampu membuat siapapun dapat tertawa terbahak-bahak, yang miskin maupun Si kaya itu sendiri.
Tapi awas.........!
Jika hal itu benar-benar sudah menyangkut soal uang yang real, sebagaimana surat yang saya tuliskan sebagai pengantar 5 naskah humor yang saya kirimkan kepada redaksi majalah Good Housekeeping, di bulan Agustus 2007, sebulan setelah 5 naskah humor saya yang lain saya kirimkan ke redaksi majalah Reader's Digest, bahwa;
"Saya tidak hanya dapat berlari dengan cepat. Kalian bahkan dapat melihat saya tiba di tempat tujuan jauh lebih cepat!"
Kawan....., ada yang ingin ikut serta berlari?
Untuk yang kedua kalinya, Aji', teman saya itu berpesan;
"Hati-hati.., jalan licin kawan!"
"Jangan sampai Tertodo, Tertobang dan Terpelumbang
[5]..., itu khan maksudmu?"
"Yep!" "Oppps....”
“Kenapa?”
“Kawan, Sialan, saya sudah! Ini adalah situasi yang sangat berat buat saya."
Frente, ini hanyalah ungkapan biasa dalam kamus bahasa Inggris, yang pendek. Dalam banyak hal, ungkapan bahkan sama sekali tidak lebih berarti dari janji-janji manis dan muluk dari seseorang peminum anggur yang tengah menyeret tubuhnya yang berat dan tambun mendekati ranjanganya, mencoba menggapai tepian kasur spring bad, Dreamlinenya.
Pada suatu sore, dalam bus kota yang membawa saya meninggalkan kantor hukum SM & Associate tempatnya bekerja menuju ke salah satu toko buku di pusat Jakarta, dalam bus dia bercerita banyak tentang beberapa orang teman.
"John..., mana mau lagi naik bus kota lagi. Setiap kali janjian dengannya kalo gak dijemput minimal naik taksi!" katanya.
Pernyataan itu seketika membawa saya menerawang ke masa silam, saat masih kuliah. Sekalipun saya belum pernah melihat John, yang aslinya bernama Jesse, naik bus kota. Kalau tidak naik sedannya yang punya cerita unik di Jl. Imam Bonjol di minggu pertama kehadiran saya di sana, pasti dengan motor Honda Tigernya.
"Percaya atau tidak kedatangannya tidak pernah diketahui. Dia selalu muncul secara tiba-tiba!"
"Hal tersebut berarti pertanda bagus!" kataku pada Tim.
Semua orang tengah menata hidup dan masa depannya sendiri, dan kiranya itu merupakan pertanda sebuah kemajuan. Bila ini yang terjadi, adalah pertanda bagus. sesuatu yang hebat untuk dirayakan. Selebihnya dia mungkin ingin mengatakan;
"Kawan..., saya telah mendapatkan sesuatu dalam hidup, dari pekerjaan dan semua jerih payah saya selama ini. Ini mungkin kecil dan sepeleh, tidak seberapa, tapi tidak mengapa. Nikmatilah selagi kau bisa, sedapat yang kau bisa!”
Dia adalah pekerja keras yang ulet dan gesit melirik peluang. sangat tepat dengan profesinya saat ini sebagai seorang Advokad.
“Mungkin kau tidak akan pernah ada di sana setiap saat untuk merasakan kenikmatannya, akan tetapi kau tokh dapat melihatnya sesekali. Semoga itu cukup bagimu!"
Dia memiliki kemajuan yang nyata. Dia sangat merasakannya. Jika saja engkau mau menyadarinya, sebenarnya dia ingin kau melihat prestasi tersebut, sekalipun belum seberapa, jika diandingkan dengan orang-orang lain di sekelilingnya.
"Tapi hidup bukan untuk dibanding-bandingkan bukan? Setiap orang memiliki jalan hidupnya sendiri-sendiri, dan rejekinya masing-masing!"
Sebuah Nissan Terano 2nd hand memang belum cukup berarti banyak untuk menunjukkan banyak hal tentang kemajuan-kemajuan dan pencapaian-pencapaian di hadapan ukuran-ukuran yang kian meluas, bertambah dan berkembang dengan cepat dan pesat. Dari apa yang ada pada dirinya saat ini, dia ingin kau ikut serta mengambil kenikmatan daripadanya. Sebenarnya, dia dapat saja mengajakmu lebih dari sekedar mengendari taksi atau sekedar Terano, sebagaimana yang kau keluhkan itu.
Belum seminggu saya tinggal di sana, suatu malam dia mengantar saya pulang dengan mobilnya. Keadaan di dalam rumah, di Imam Bonjol no. 3 itu belum beres, belum bersih betul.
Belum ada air.
Baru lampu dan listrik saja yang beres.
Halaman masih dipenuhi oleh puing-puing partisi serta pohon-pohon liar yang belum sepenuhnya habis di tebang.
Saya mengajaknya masuk.
Dia ikut serta, Lihat-lihat sebentar lalu tak seberapa lama kemudian dia minta pamit pulang.
"I.., i.., i.., seram!" katanya.
Dia adalah teman kampus pertama yang datang ke sana.
"Dapat ijin dari siapa kamu bisa tinggal di sini?" tanya dia kemudian.
"Privaleges kawan..! Ijin yang diberikan secara diam-diam adalah pembenaran secara diam-diam! Disini, saya mencoba menggunakan kosntruksi logika hukum yang sederhana, untuk menyederhanakan persoalan yang rumit. Cari celah yang menguntungkan saja."
Sejauh mana itu kemudian menguntungkan saya?
Ketika itu, saya punya banyak jawaban dalam versi yang beragam, kepada setiap orang berbeda, tergantung kepada latar belakangnya, motivasinya, daya serap dan kemampuan penerimaannya. Saya tidak menepis kemungkinan ada yang senang dengan kehadiran dan keberadaan saya di sana, ada yang tidak senang, dan ada pula yang iri hati....!
Tapi saya tidak perduli. Saya sepertinya terkondisikan untuk bersikap demikian. Terkondisikan untuk menerima kenyataan bahwa betapa dunia ini memang aneh rupanya, beragam bentuk, selera dan kemauannya yang rumit. Jalani saja hidupmu sendiri!
"Maksudmu?"
"Selama saya belum diusir, sepanjang itu pula berarti saya diijinkan untuk tinggal di sini!"
"Sampai kapan?"
"Jika tempat ini adalah milik kepunyaan saya pribadi, saat ini juga engkau akan mendapatkan jawaban. Tapi sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam tata pergaulan, hubungan dan hukum internasional tempat ini adalah merupakan wilayah kedaulatan ektrateritorial The Royal Kingdom of Saudi Arabia, maka biarkanlah waktu yang menjawabnya! Ini bisa berarti dalam hitungan detik dan jam kedepan, bisa juga dalam hitungan bulan dan tahun. Kita lihat saja!"
Dia hanya menggangguk, entah apa yang dipikirkannya!
Saya mengantarkannya sampai ke pintu mobilnya, dia stater sekali, tidak ada reaksi pengapian. Mesin mobil sedannya yang masih mulus tidak mau menyala....
Dia coba lagi yang kedua kali, ketiga kali, beberapa kali akhirnya dia mengalah terhadap keganjilan yang terjadi di balik seperangkat konstruksi mesin berteknologi yang sederhana itu.
Mesin mobil tetap tidak mau menyala.
"Kenapa Jess?" tanyaku tidak kalah bingungnya dengan dia. Ini adalah kejadian baru yang aneh yang memberi pengalaman pertama bagi kami, yang rumit untuk dimegerti dan dipahami dengan mudah dengan pikiran dan dan logika sederhana.
"Entahlah.., yang pasti rumah ini seperti banyak jinnya. Mungkin ada di antara mereka yang tidak suka dengan saya!" jawabnya kesal.
"Cari jalan lain!" saranku.
Demikianlah akhirnya mobil itu didorong oleh saya dari belakang. Tidak seberapa jauh melewati putaran balik arah yang ada di sepanjang ruas jalan itu, tiba-tiba mesin. mobil menyala dengan hanya sekali sater!
Kenyataanya yang sederhana!
Aneh khan?
Cerita tersebut dan yang berikutnya ini adalah juga merupakan salah satu cerita yang menghiasi sedikit halaman dalam surat olografis saya!
Beberapa malam setelah itu, seorang teman datang dengan mengendarai motornya yang belum sebulan keluar dari show room, masih baru. Kejadian yang sama menimpa motornya. Mesin tidak mau menyala, meskipun telah dicoba beberapa kali.
"Bagaimana ini Erich. Ini motor masih baru?"
"Apa mungkin dari depan?" lanjutnya.
cepat saya mengangkat tangan, melambai-lambaikan tangan ke arah lantai 2 rumah residen resmi Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia. Teman itu mengikuti apa yang saya lakukan.
Setelah merasa cukup;
"Coba di stater!"
Dia mengikuti.
Dan sekali stater saja, mesin motor langsung menyala!
Saya sedang tidur siang dengan nyamannya, bobo'-bobo' siang, dalam pengertian yang sesunguhnya, yang sebenarnya, ketika bom meledak di depan Kedutaan Besar Australia, di Kuningan, di Jakarta.
Saya terkejut, tersontak kaget dari tidur lelap saya di atas sofa panjang yang empuk, berwarna cokelat yang terbungkus dari kulit asli yang lembut.
Suara ledakannya dahsyat, membuat dinding dan kaca-kaca jendela yang mengelilingi kamar saya bergetar hebat, sangat hebat, membuyarkan mimpi-mimpi siang saya yang indah, sekaligus meluluhlantakkan gedung Kedutaan tersebut..
Malamnya saya kesana, berjalan kaki. Jaraknya dekat, lagipula hampir semua orang melakukan hal yang sama.
Saat ini, kita semua tengah meniti tangga kehidupan menuju ke puncak kehidupan, yaitu kesuksesan yang entah kapan dan akan seperti apa. Sebagian lainnya baru atau bahkan belum setengah perjalanan ke sana. Paling tidak, dapat dianggap demikian. Dan, ada sementara lainnya dari antara kita yang telah meniti lebih dari separuh anak tangga kehidupannya. Sisanya, adalah mereka yang telah finish! Ada beberapa kawan yang kabarnya sampai ke telinga saya. Sebagian besarnya karena narkotika! Saya sendiri tidak pernah memakainya.
Lebih dari pada itu, saya tidak berani menduga-duga.
Lebih lanjut timbul serangkaian pertanyaan-pertanyaan hakiki yang jawabannya saya serahkan kepada masing-masing anda secara pribadi, yakni; Bukanlah telah sampai sejauh mana anda berjalan? Pada anak tangga keberapakah anda saat ini berada? Apa saja yang telah anda dapatkan pada setiap anak tangga yang telah anda pijak, yang telah anda lalui selama ini? Tapi apa saja yang telah anda capai, yang telah anda lakukan dan yang telah anda peroleh di anak tangga yang anda pijak saat ini?
Apakah anda berhasil menemukan jawabannya?
Jika tidak, tidak ada salahnya mencarinya. Jika kemudian anda tetap tidak berhasil menemukannya, mungkin inilah saatnya bagi anda untuk mencari jawabnya di langit atau di awang-awang. Masih juga tidak ketemu?
Saatnya mencari Jawabannya dalam diri anda masing-masing. Dia mungkin ada di sana. Dan yang terpenting, anda sendirilah yang harus menjawabnya, menunjukkannya, bukan orang lain yang melakukannya untuk anda!
"Erich.., saya baru melakukan!
[6]" niscaya anda akan mendengar jawaban yang berseloroh yang bermakna ganda demikian itu dari C'sar!
Apapun jawaban anda, tidak jadi soal, sepanjang kaki-kaki kalian tetap tegak berdiri, bergerak maju kearah kemajuan.
Bagaimanapun judul dan ceritanya, it's your life!
Apapun yang anda temui, tokh segala suka dukanya, segala nestapa, perih dan penderitaannya, segala kesenangan dan kegembiraaannya, anda sendirilah yang merasakannya, menjalaninya, mengalaminya. Orang lain paling banter hanya bisa melihat, bergembira dan bersedih sekedarnya untuk anda, menaruh iba, kasihan atau lebih daripada itu, sedikit memberikan bantuan sekedarnya kepada anda.
"Sekedarnya..? Kedengarannya itu tidak berarti apapun bagimu?"
"Ya, untuk sebagiannya. Yang lainnya telah menjadi darah dan daging dalam tubuh saya, telah memperpanjang kehidupan saya sampai detik ini. Selama beberapa tahun terakhir ini, saya hidup dari serangkaian pengertian-pengertian dan belas kasihan orang-orang yang ada di sekeliling saya. Selain daripada membeli roti, selebihnya dari makanan dan minuman yang saya konsumsi sehari-hari dua puluh empat jam selama bertahun-tahun belakangan ini, kesemuanya adalah buah pemberian dan belas kasihan serta pengertrian yang saya peroleh dengan cara yang sederhana; Menunggu dan meminta!
Secara moral dan etik, ini adalah perilaku individual yang buruk dan tidak terpuji sama sekali. Tapi disinilah semestinya saya memberi sebagian apresiasi yang positif yang penting dibalik hal pengertian-pengertian tersebut. Karena, saya masih hidup samapi saat ini semata hanya karena kelas kasihan dan pemberian.
Saya mencoba menepis kemungkinan tentang upaya-upaya menciptakan suatu kondisi ketergantungan yang terekayasa secara sistematis di belakang saya sekalipun hal tersebut mungkin saja nyata terjadi, di balik itu semua, lebih daripada kebaikan hati semata.
Belas kasihan pada tahap tertentu memang dapat meringankan tanggung jawab pribadi saya untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri, dengan upaya-upaya sendiri, dari hasil keringat saya sendiri. Tapi, di sisi yang lain, situasi ini kemudian menghantarkan saya kepada suatu situasi yang lain yang jauh lebih buruk imbasnya, efeknya bagi diri saya, tubuh saya, kesehatan dan kehidupan saya dimasa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang. Ini adalah situasi merengek yang berakibat buruk dan fatal.
Ada argumentasi dan penjelasan yang sangat mendasar bagi saya dan bagi setiap orang untuk memiliki trauma dan ketakutan serta kengerian tersendiri terhadap bayang-bayang nyata kemiskinan.
Sidney Seldon, dalam Master of the game, menyederhanakan komplikasi rumit tersebut dengan mengatakan;
"Uang akan membuat hidup senang di kala sehat, dan menutupi semua kebutuhan di kala sakit!"
Dan tidak diragukan lagi, kemiskinan sayalah yang telah menyebabkan saya bergumul berlarut-larut dengan berbagai macam hal, terlebih penyakit!
Pahit manisnya pergumulan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang menjalaninya.
Orang lain tidak lebih dari sekedar penonton, penggembira, pesorak. Ini adalah konsekwensi lain dari sebuah kemunduran.
Tapi ingat, berjalan mundur sangat berbeda pemahamannya dalam segala hal dengan berjalan menuruni anak tangga. Ini adalah permainan kata yang kiranya perlu dipahami dan ditelaah lebih jauh, lebih mendalam dengan bijak, arif dan seksama. Jangan sampai terbolak-balik.
Jika anda melihat seseorang yang tengah berjalan mundur pada anak tangga kehidupannya, ini berati bahwa ada yang salah dalam kehidupannya. Penyebabnya bisa bersumber dari diri sendiri, tapi juga karena faktor-faktor eksternal, causa musabab yang datang dari luar dirinya, dari luar kemauan dan tidak dikehendakinya! Dia bisa datang kapan saja, darimana saja, dari apa dan siapa saja!
Jika anda cukup kuat dan mampu melawannya, anda akan menang. Jika tidak, anda akan hancur lebur.
Apakah anda akan tertolong?
Mungkin ya, mungkin juga tidak. Dalam situasi ini, hampir tidak ada yang pasti.
Yang penting adalah;
"Apakah semua hal itu tepat waktu?"
"Chui.., jijik gw melihat loe pada. Bisanya cuma merusak!"
Sementara itu, jika anda bertemu dengan seseorang yang tengah berlari menuruni anak tangga, pastikan penilaian anda tetap berada pada jalur positif. Mungkin, itu adalah jalan dia untuk keluar masuk ke sana. Bisa berarti bahwa ada sesuatu yang tertinggal dan mungkin terjatuh di belakang. Kaki-kakinya bergerak karena kehendaknya yang bebas dan rasional. Dia naik dan turun atas kehendaknya sendiri, bukan karena dadu nasib, terlebih karena paksaan, dorongan dan pekerjaan orang lain.
Saya pernah tinggal di sebuah tempat kost yang adanya di lantai . Untuk bisa kesana, jalan satu-satunya adalah tangga di samping kamar yang memang di peruntukkan untuk itu, untuk naik dan turun.
"Awas.., jangan sampai kau menginjak ular"
"Hup.., kenapa?" tanyaku bingung sambil melompat kecil ke udara. Di tempat seperti itu, nyaris anda tidak akan pernah melihat ular, sampai kapanpun.
"Kau bisa turun sangat jauh"
Saya, di waktu yang baru terlewatkan, di detik yang lalu yang baru saja berlalu, di hari kemarin, di masa lampau, saya adalah insan khalik, yang mulia pemilik kehidupan dan masa depan saya sendiri, tapi bukankah tidak ada salahnya menoleh sejenak ke belakang?
"Ada apa lagi di sana?"
Apapun itu, tidak jadi persoalan sepanjang tidak lebih dari sekedar bernostalgia atau untuk mengambil sesuatu, milik anda yang terjatuh, sesuatu yang tertinggal atau bahkan terlupakan! Kehidupan tidak pernah kembali ke masa silam. Hanya ingatan dan kenangan yang melakukannya. Jika kaki anda melakukannya, pastikan anda tidak salah menjawab pertanyaan berikut ini; Berapa banyakkah waktu yang akan saya habiskan untuk kembali? Seorang Noonan tahu benar berapa besar nilai yang dia pertaruhkan antara melakukan serangkaian pencurian-pencurian baru dengan kembali ke masa lalunya.
"Karena di sana, ada berlian yang sangat besar kawan. Berlian yang sesungguhnya!"
Jadi sekarang mengapa?
"Karena sungguh jauh lebih penting apa yang ada di depan mata, sekalipun samar-samar ataupun bahkan belum terlihat sama sekali, yang kejelasannya belum Nampak dan terdengar!"
Sedetik yang baru saja berlalu dalam hidup anda dan saya, adalah kepingan dari beribu bahkan berjuta jam yang telah anda lalui hingga saat ini dalam bangunan masa lalu di kehidupan anda. Dalam situasi-situasi tertentu, sebagaimana pernah saya tekankan kepada Tim;
"Anda bisa bercumbu dan bernostalgia dengan manisnya masa lalu tersebut, tapi di saat yang bersamaan, itu semua bisa menjadi jerat dengan potensi dan kecenderungan yang sangat kuat merusak diri anda, apabila anda mengelolahnya dengan keliru atau bahkan berada di tangan orang yang salah, di pihak yang salah. Di sini, masa lalu tidak hanya bisa merusak keseimbangan dalam hidup anda, tapi juga dapat digunakan untuk merusak anda dan masa depan anda. Oleh karena itu, saya berharap anda tidak ceroboh dalam memaknai dan mengapresiasinya, mengolahnya untuk kepentingan pribadi anda? Paling tidak, anda cukup cermat dan cerdas dalam mempetakannya, dengan yang mana anda akan bernostalgia, dan mana yang harus anda lupakan. Mengapa?
"Salah satu jawaban yang dapat saya berikan adalah bahwa selain anda, ada juga orang lain di sana bukan? Kalau itu adalah teman atau sekutu, tentu anda tidak akan bertemu dan berhadapan dengan banyak persoalan. Tapi bagaimana jika dia adalah lawan anda atau orang yang potensial berposisi pada posisi tersebut. Anda mungkin akan melakukan proses cover both side yang rumit. Sebagian cerita dalam hidup ini have two sides of stories, memiliki dua sudut pandang kebenaran!"
Saya tambahkan lebih lanjut kepada dia;
"Kalau saya perlu, saya akan mendatangi kalian dimanapun itu kalian berada. Pertemuan dan basa-basi di pinggir jalan tidak akan berarti apapun buat saya!"
Apakah kalian kecewa?
"Saya adalah orang yang bebas dan merdeka, manusia yang berkehendak bebas dengan hidup saya. Di jalan, saya tidak akan ambil pusing dan melirik kepada anda, jika anda tidak sedemikian pentingnya buat saya. Semua saya pukul rata, tak ada yang penting untuk dilihat dan diberi perhatian di jalan, di Republik ini! Yang saya temui secara sadar saja belum tentu berarti!”
"Itu artinya?"
"Inilah saya dengan ukuran-ukuran saya sendiri! Saya tidak punya urusan dengan masa lalu. Sedangkan masa depan saja bahkan belum terlihat. Saya baru berada pada tahap meraba-raba hakekat hari ini; Apa yang akan saya dapat di masa depan? Akan seperti apa saya nanti? Kehidupan seperti apa yang akan saya jalani? Sperti apa orang-orang akan mengenangku?"
Al Gore, mantan Wapres Amerika Serikat di suatu periode lalu, dalam sebuah film documenter tentang pemanasan global yang tayangkan di HBO beberapa waktu lalu, bertanya; “Seperti apa hidup yang akan aku jalani di dunia ini?”
“Seperti yang kau lihat, itulah yang aku jalani! Dan sebagian besar di anataranya adalah yang aku pilih dan yang aku kehendaki sendiri. Ini sangat menyenangkan, berbicara tentang sesuatu hal yang penting dari kehidupan ini kepada hamper semua orang, kepada dunia!” "Itu semua bukan bebanmu hari ini. Yang penting untuk saat ini adalah, bagaimana dengan hari inimu?"
"Bagi saya pribadi, it's daily concelation. Artinya, kemungkinan apapun bisa terjadi dan berkembang dengan cepat dalam hidup saya, di setiap detik dan menit yang terlewati. Ini adalah tentang sesuatu yang bisa santa baik artinya, bisa juga berkembang menjadi sesuatu yang sangat buruk. Sesuatu yang membangun atau bahkan yang merusak sama sekali!" Dalam situasi sedemikian itu, urusan saya tidak lebih dari sekedar melakukan apa yang dapat saya lakukan hari ini. Menulis sedapatnya yang saya bisa, sekalipun sebenarnya ada banyak hal yang ingin dan dapat aku lakukan lebih daripada itu. Mengerjakan sekedar pekerjaan yang dapat saya jangkau. Saya rasa itu lebih dari cukup daripada tidak ada sama sekali, daripada tidak melakukan apapun!"
"Mungkin kami belum membaca seperti apa tulisan terakhirmu, tapi setidaknya kami telah banyak melihat di masa lalu. Menurutku, kau harus mulai berpikir sedikit tentang kebutuhan kreatifmu, kebutuhan harianmu dan uang rokokmu sendiri. Kau tidak sepantasnya terus mengiba dan meminta-minta semua itu dari kami, dari orang-orang yang ada di sekitarmu. Ada banyak sekali hal penting dalam hidup ini lebih dari sekedar makan dan minum hari ini. Tidak bisakah kau mengupayakannya sendiri?"
"Kawan..., itu semua benar, hanya saja saya belum memiliki sumber daya yang memadai untuk mengikuti hemat pemikiran tersebut. Semoga kalian bisa mengerti! Terkait dengan persoalan menulis, saya hanya coba menyederhanakan prinsipnya, mencoba member sedikit hiburan untuk diri sendiri dengan senantiasa berharap dan beranggapan bahwa karya-karya tulis yang saya buat saat ini mungkin akan serupa dengan karya-karya banyak penulis hebat dunia lainnya sebelum saya yang tertumpuk di rak buku dalam gudang bawah tanah sebelum karya terbaruya mencetuskan perubahan besar dalam hidupnya, melecut karya-karyanya yang hampir terlupakan itu menjadi sederetan karya-karya tulis yang paling ditunggu-tunggu penerbit, pembaca dan penggemarnya.
Saya pernah membaca riwayat singkat Dan Brown. Buku pertama dan keduanya hampir saja membusuk dalam lipatan sejarah jika saja tidak ada Code Da Vinci. Hasilnya, kedua buku sebelumnya menjadi barang antik yang menjadi buruan para kolektor. Demikianlah yang saya baca. Sayang sekali, sesiang ini saya belum membacanya.
Cerita tersebut hanya merupakan sebuah contoh yang kasuistik. Artinya; Bahwa situasi dan prinsip tersebut tidak pada tempatnya, juga pada posisinya untuk di berlakukan terhadap semua penulis. Ada memang sementara penulis yang memulai debutnya dengan sederetan karya-karya pertama, kedua atau ketiga yang gemilang. Demikianpun karya-karya selanjutnya. Ada yang memulainya dengan bagus, atau bahkan dengan kehebohan lalu perlahan-lahan menghilang dan dilupakan sama sekali. Pada kemungkinan yang kedua ini, penulis yang bersangkutan boleh jadi hanya tersentuh dengan karyakarya awalnya, setelah itu perlahan-lahan dia kehilangan sentuhan dan pijakan. Seperti senja yang perlahan-lahan, yang berangsur-angsur menghilang di kaki langit. 12 jam kemudian, haru baru lagi untuk semua, dalam hidup, yang dalam deretang angka dan hitungan umur anda berarti bertambah sehari, anda bertumbuh semakin besar, semakin tua dan semakin dewasa. Tapi dalam hitungan umur, anda baru saja kehilangan satu hari, dan untuk yang yang baru bermula di pagi itu, adalah hari yang bersiap untuk anda lupakan!
Disekeliling kita, tidak sedikit pula karya-karya tulis yang berlabel berbeda dengan label penulis aslinya, yang sebenarnya. Hal ini bisa jadi terjadi karena praktek pencurian dan penggelapan naskah tulisan dan ide, bisa juga karena perdagangan. Seperti sebuah demo lagu yang dibeli secara putus oleh perusahaan rekaman kepada si pencipta asli untuk di bawakan dan di atasnamakan karya penyanyi lain. Dalam hal karya tulis, saya percaya praktek-praktek demikianpun banyak terjadi karena berbagai alasan dan kepentingan.
Dengan perkataan lain, ada penulis yang menghasilkan karya-karya hebat di sepanjang hidupnya. Ada yang memulainya dengan grafik tertinggi, lalu beranjak ke dasar yang paling dalam, lalu dilupakan sama sekali. Ada yang memulainya dari nol lalu beranjak naik secara perlahan-lahan, menjadi semakin lebih hebat dan lebih baik hingga akhirnya dia mampu menghasilkan rentetan materpiece, karya-karya terbaiknya. Adapun penulis yang muncul dengan mengejutkan dari serangkaian kejutan dengan karya tulis yang tak pernah keluar dari otaknya. Saya rasa masih ada beberapa kemungkinan-kemungkinan tersisa.
"Dia adalah seorang penulis yang dikenal sebagai penulis yang terkenal, yang tidak pernah menulis satu buku sekalipun"
Orang demikian banyak berkeliaran. Karya-karya tulis yang di atasnamakannya kalau bukan karya-karya tulis orang lain, hasil curian dan penggelapan, pembajakan dan plagiat, salinan atau terjemahan, tentu dia adalah bagian dari suatu komunitas bisnis yang kerjanya memang hanya itu, yaitu mencari penulis penulis berbakat, membeli karyanya, menciptakan sosok komoditas baru, yaitu sosok penulis yang di perdagangkan.
Saran saya, jangan pernah anda mencuri atau menggelapkan ide dan naskah karya tulis orang lain. Akibat hukumnya jauh lebih parah daripada yang bisa anda tanggung dan bayangkan. Penulis-penulis besar plagiat banyak bertebaran dalam sejarah, tapi siapa yang pernah mengingat mereka karena buku yang mereka atas namakan diri mereka, selain karena kejahatan mereka?
Jangan pula membiarkan karya tulis dan ide kreatif origin anda dicuri dan digelapkan oleh orang lain. Karena hal tersebut adalah karya intelektual anda, yang mencerminkan peradaban umat manusia di jamannya dan di kehidupannya, yang bernilai ekonomis tinggi buat anda dan diwariskan secara turun temurun kepada anak dan cucu anda. Disini ada manfaat ekonomis dan psikologis buat mereka. Siapa yang tidak mau menjadi anaknya John Grisham, Hemingway, Sydney Seldon atau cucu John Stainback, menjadi pewaris dari karya-karyanya terjual dalam ratusan juta kopi di seluruh dunia, dari waktu ke waktu?
"Saya juga mau."
Saya berharap, suatu waktu kalian akan melihat karya tulis saya akan terjual jutaan copy di seluruh dunia. Saya percaya, daya cipta dan kreatifitas saya mampu menulis novel-novel best selller internasional ke depan. Mungkin, saya hanya perlu belajar dan membaca sedikit lagi. Namun bagaimanapaun, saya tetap harus melihat lebih banyak. Kalaupun terbit dan terjual di sini, kami akan berusaha untuk tidak menghitungnya!"
Paling tidak seperti itulah yang dikatakan oleh Geri Halliwel
[7]; "Kita semua memiliki bakat dan seharusnya bisa memanfaatkannya. Aku adalah komunikator alami, seorang pendongeng yang hebat!"
"Geri..?"
"Yes?"
"Menyenangkan sekali ya bisa memberi kontribusi yang positif pada dunia!"
"ha.., ha..., Seperti itulah wahai kawan penulisku!"
Dan...
"Terkait dengan persoalan di seputar kemiskinan saya saat ini hanyalah bagian dari sebuah siklus dan perputaran roda kehidupan. Di masa lalu, saya pernah mengalami berada di ketinggian, jauh di atas rata-rata orang semuran saya. Sekarang saya hanya sekedar terjatuh...., saya pasti akan bangkit, berdiri kembali pada suatu waktu. Dan di kemudian hari, kita akan mengetahui semua ini benar-benar semuanya hanyalah sebagian dari sebuah proses kehidupan kawan! Debu-debu jalanan yang menempel di tumit dan tapak sepatu kuda anda, menjelma menjadi permata, berlian dan batu-batu mulia lainnya.
Yang penting adalah bergerak maju, sembari menghayatinya sambil memetik satu persatu buah yang masak dari pohonnya. Mendapat sedikit demi sedikit jauh lebih berarti, daripada tidak sama sekali. Pernah membayangkan sesuatu yang besar di depan mata perlahan-lahan meredup, menjauh, lalu menghilang sama sekali dari hadapan anda, dari hidup anda?
"Oh John..., mengerihkan sekali!"
"Lalu dimana kami berada?"
"Sedetik yang lalu, kalian adalah sahabat-sahabat saya, kawan sejati saya di masa lalu. Kita telah melalui banyak hal, dan semoga masih tersisa lebih banyak hal lain lagi ke depan. Menjadi bagian dari lingkungana persahabatan dengan kalian benar-benar adalah masa-masa dengan pengalaman penuh arti. Yang pasti tak seorangpun dapat melupakan masa lalunya. Yang dapat kita lakukan adalah memaknainya. Ini sudah lebih dari cukup, dari pada tidak ada sama sekali.
Seperti apakah pemaknaan anda terhadap masa lalu anda?
Masa lalu adalah serangkaian kepingan-kepingan kehidupan, beberapa di antaranya begitu berharga, begitu bernilai untuk dikenang tapi tidak sedikit dari antaranya yang wajar untuk dilupakan sama sekali. Saya adalah pribadi yang kejam terhadap masa lalu.
"Anda tidak memiliki ikatan apapun dengan asal-usul anda!"
Demikian surat penjelasan yang diberikan, dibagikan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta sebagai nota penolakan permohonan visa kepada setiap pemohon yang permohonannya ditolak, juga kepada saya beberapa waktu silam."
Itu adalah kali yang kedua saya masuk ke Keduaaan Besar Amerika Serikat.
Di layar kaca flaat berukuran persegi panjang, nampak siaran langsung wawancara Madonna di jaringan TV CNN, langsung, eksklusiv dari London.
Sebuah wawancara yang hebat!
Saya sangat menikmatinya.
Satu hal lagi...., terimakasih karena tersedia tempat yang terbuka untuk hak-hak individu para perokok. Di sini juga terselip, melekat hak-hak korporasi dan industri dimana di dalamnya melekat, menyatu dan membaur beragam manusia-manusia, yang mewakili hak-hak serta kepentingannya masing-masing.
Itu adalah bagian daripada hak kemanusiaan saya.
Terimaksih telah menghargainya!
Hari itu saya berhasil melakukan wawancara visa, berkat kiriman uang dari adik saya sehari sebelumnya.
Beberapa minggu kemudian, dalam perjalanan dari warung jamu, salah satu langganan saya di sepanjang jalan itu, dalam kondisi sebagaimana biasanya, saya mampir sebentar di depan Keduataan.
Saat itu, mendekati tengah malam.
Hari dan tanggal serta bulannya tidak saya ingat, tidak pula ada catatannya hanya peristiwanya saja yang terekam abadi di ingatan saya.
Solo demo!
One man show!
Saya berunjuk rasa sendirian, seorang diri, tepat di pintu masuk, di hadapan kamera dan aparat keamanan yang menjaga Kedutaan.
Sejam.., ya, kira-kira tidak selama itu!
“Menghentak seorang diri, sebagaimana yang biasa dilakukannya.”
“Untuk memastikan bahwa masih ada denyutan dan kehidupan yang tersisa di setiap langkah dan pengharapannya.”
Sekitar dua minggu kemudian, edisi terbaru majalah pria Man Esguire terbit dengan thema kejadian malam itu!
This is my last dance!
Itu adalah tarian terakhir saya;
"Seorang pria tanpa harapan, dari kehidupannya yang gagal!"
"Orang-orang kalah dalam kehidupannya yang singkat!"
Sambil berunjuk rasa, dalam hati dari kedalamannya saya melantunkan sebuah tembang lawas Guns and Roses, i don’t have you;

I don't have plans and schemes, And i don't have hopes and drams, I don't have anything, Since I don't have you.., u.., u...

And I don't have fond desires, And I don't have happy hours, I don't have anything, Since I don't have you.., u.., u...

Happiness, and I Guess, I never will again, When you walked down (Out) on me, In walked of misery, And he's been here since then.

Yeah.., we were fucked! (Spoken)

I din't have love to share, And I don't have one who cares, I don't have anything, Since I don't have you.., u.., u... You, You, you, oh, oh! You, you, you, oh, oh! You, you, you, oh, oh! You, you, you, oh, oh! You, you, you, oh, oh yeah!

"Orang-orang kalah?"
"Dan pertunjukan tunggalnya?
"Itu adalah manifesto yang paling murni!"
"Dia adalah seorang pria terhormat, yang berjuang untuk hidupnya, mimpi-mimpinya dan keyakinan-keyakinannya, bagaimanapun keadaan dirinya saat ini!"
"Dia telah melakukan banyak hal sebelumnya, dan di kehidupannya yang sekarang, dia adalah seorang pria sebatang kara yang letih, yang telah kehilangan banyak. Dia seperti lipatan ombak-ombak kecil menghempas karang!"
"Orang-orang kalah..? Di dunia?"
"Ya.., Seperti yang diungkapkan oleh John Grisham dalam Majelis; Dia yang telah kehilangan begitu banyak, dan terjatuh begitu dalam, di kehidupannya. Ini yang ketiga kalinya di sini dia melakukannya, di sana!"
"Ya?"
"Ya.., di dunia!"
Saya adalah pemilik masa lalu saya, dan ada saatnya dalam hidup ini dimana anda dituntut untuk bersikap sebagai seorang tiran yang tegas terhadap beberapa di antaranya. Saya mempetakan masa lalu dalam nilai-nilai, kadar dan ukuran-ukurannya masing-masing. Disini hukum generalisasi tidak berlaku sama sekali. Mungkin inilah sebabnya, pengalaman ini merupakan pengalaman yang kasuistik dan hanya dirasakan oleh orang-orang yang pernah hadir di sana, yang pernah ikut serta mengalaminya.
"Pengalaman seperti apa yang pernah anda alami dengan saya?"
"Apakah pengalaman-pengalaman tersebut terkadang menghantui dan menyiksa anda?"
"Harapan saya, jangan berkecil hati. Dunia yang sesungguhnya ternyata jauh lebih luas, lebih menyenangkan dari pada yang dapat kita, saya, anda bayangkan, dan daripada yang dapat anda jumpai dan gapai dengan tangan dan kaki-kaki kecil anda! Percayalah!"
"Erich.., saya percaya!"
Apakah semua itu masih menghantui kalian?
"It's yours problem!"
Situasi yang sama juga berlaku terhadap orang-orang yang memposisikan dirinya pada sikap pro dan kontra dengan diri saya dan kehidupan saya secara utuh ataupun parsial, dengan mereka-mereka yang mencoba memilih dan menempatkan diri mereka pada sikap berposisi dan beroposisi dengan persoalan-persoalan saya, dengan sikap-sikap dan pilihan-pilihan saya. Saya sama sekali tidak perduli dan tidak ada urusan dengan anda, terlebih sikap anda. Saya tidak berada pada posisi bertanggung jawab terhadap segala sikap, pendapat dan penilaian anda tentang diri saya, terlebih kemudian menceburkan diri ke sana.
"Itu adalah kolam yang lain, kolam comberan untuk lele, mujaer ataupun sapu-sapu. Semoga kalian telah melihat, menguji dan merasakan bagaimana sikap tegas dan final saya pada situasi-situasi demikian itu di masa lalu."
Saya berdiskusi banyak dan memiliki cukup banyak pengalaman dengan persolan-persoalan demikian rupa itu. Tapi semua itu tidak lebih dari sekedar diskusi. Kami tidak punya sikap, terlebih sikap emosional yang tidak pada porsinya dan mengaikat satu dengan yang lain.
Mengapa?
Karena itu memang bukan makanan kami. Itu adalah sesuatu yang keluar dari lubang jamban, makanan untuk segenap makhluk hidup atau yang merasa hidup, yang tinggal di empang!"
"...Plung..!" "Bahwa siapapun anda, apapun pilihan sikap anda, apakah itu pro atau kontra, berposisi ataukah oposisi secara subjektif, objektif atau bahkan secara emosional dengan saya, bagi saya semua hal itu tidak berarti apa-apa. Mungkin masih jauh lebih baik dan berarti jika hal tersebut anda bungkus kembali, anak-anak, suami atau isteri anda, kaum kerabat atau bahkan tetangga anda mungkin saja membutuhkannya!"
“Jangan libatkan perasaanmu. Ini adalah bisnis, kawan, you know?”
Mengapa demikian?
"Karena saya adalah Erich Tinggi, warga negara Amerika Serikat, warga dunia yang bebas dan merdeka, anak Tuhan penghuni duniaNya. Namun disinilah saya lahir hidup dan berkembang selama beberapa saat!"
Ini adalah suatu hal yang sangat prinsip. Dan jika anda ingin tahu lebih banyak tentang saya, masa lalu saya, pikiran, khayalan-khyalan, angan-angan, mimpi-mimpi dan harapan saya, sikap serta posisi saya terhadap berbagai hal di sini, Saya di masa depan, kalian harus mengusai terlebih dahulu yang prinsip tersebut. Dari sanalah segala sesuatunya, di nilai......!
"Kau sudah merasa bangga dan besar dengan menambahkan atribut Amerika dalam hidupmu?"
Ini adalah klaim yang memiliki sejarah.
Saya lahir dari leluhur yang berlatar belakang Zending mula-mula, salah seorang pendiri sebuah denominasi Gereja lokal yang banyak bergaul dengan Misionaris-Misionaris dari Amerika Serikat dan Kanada di bawah payung CMA, Christian misionary and Alliance, di tahun-tahun awal pendiriannya.
Dari sanalah saya berkenalan dengan Amerika pada kali yang pertama, paling tidak, dengan orang-orang Amerika. Selanjutnya perkenalan tersebut berkembang menjadi perhatian yang intens dan serius didorong oleh reputasi dan prestasi individu saya pribadi.
Tanpa reputasi tersebut, saya rasa tidak ada pentingnya pada diri saya untuk diperhatikan. Amerika tidak akan pernah kehabisan orang-orang bermental prestisius. Orang-orang cerdas yang mampu menerbangkan Chalenger ke orbit luar angkasa hingga ke titik terdalam antar galaksi, dengan otaknya. Sebagian dari anak-anak yang lahir di Amerika hari ini dan setiap harinya adalah anak-anak yang akan mati karena usia, sebagiannya lagi akan mati di jalan-jalan, di peperangan, di laboratorium-laboratorium, di kapal-kapal induk dan dalam perjalanan pulang pergi ke bulan, ke bintang-bintang, ke Neptunus, ke Jupiter, ke Saturnus, atau bahkan ke Matahari.
"Masalahku mungkin tidak akan pernah ada habisnya. Hidup mungkin tidak akan jauh lebih baik dari sekarang, akan tetapi aku sangat bangga dan berbesar hati dengan atribut tersebut. Kau tahu betapa susahnya mendapatkannya?"
"Kau terlalu terobsesi dengan egomu sendiri, menurutku!"
"Aku? Tidak..! Kau hanya perlu sedikit berkaca, seperti apa rupamu?"
"Aku? Berkaca? Rupaku?"
"Ya, Tepat sekali! Jika kau sudah melihat dirimu sudah lebih besar atau paling tidak sama besarnya dengan Saddam Husein, baru kau bebas berceloteh, memandang sebelah mata atribut tersebut. Tapi tunggu...., itupun belum berarti bahwa nasibmu akan jauh lebih baik dari Saddam. Terus terang saya mengaguminya. Di bangku SMA, saya mengolkesi fotofoto dan berita sama banyaknya dengan foto George Bush dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari pemimpin dunia manapun saat itu dan sesudahnya. Tapi kau tahu bagaimana ceritanya harus berakhir khan?"
"Ya.., aku baca koran!"
"Kau mungkin bahkan akan berakhir jauh lebih buruk dan mengenaskan dari yang kau baca. Semoga kolong ranjangmu, tempat pembaringanmu lebih luas dari bunker-bunker persembunyian bawah tanah. Mungkin, itulah makna membentangkan "The stars spanngled banner" ke seluruh dunia, sebagaimana diungkapkan oleh Nick Munroe dalam suratnya kepada Presiden George Bush Senior, kala itu!"
Banyak hal telah berubah di sana, hamper di semua aspek kehidupan. Babak baru telah dimulai berhari-hari yang lalu. Sebuah awal baru yang baik, dari balik puing-puing perang dan kehancuran. Sebuah bangsa dan peradaban mulai menyulam cahaya penghidupan dan pengharapan masa depan. Masa lalu adalah sejarah, tempat dimana kita bercermin, bertafakur, dan belajar banyak hal dalam melangkah ke depan. Soal perbedaan? Anda bisa mulai belajar melihat dari dalam rumah anda sendiri. Jika ternyata anda belum bisa melihatnya, jangan pernah coba melangkah ke luar. Hidup di luar rumah, sungguh beragam bentuknya, dan aneh sekali rupanya.
"Kau hanya kesepian setidaknya itu menurutku!"
"Mungkin saja kau benar untuk sebagiannya!"
"Seorang Americana yang miskin dan kesepian, jauh dari gemerlap LA atau hiruk pikuk di DC?"
"Sam..., aku sangat merindukan secangkir cokelat panas dan Hot Dog dari Super Dog di stasiun bawah tanah Chicago, di musim dingin! Sebuah bisnis dan konglomerasi Franchise yang mendunia, yang bermula dari peron yang gelap dan menakutkan."
"Sam moment, dont' you?" "Berselimutkan saham-saham, kasur Forex, berbantalkan option, obligasi dan interest. Mimpi-mimpinya diliputi oleh denyut grafik, point dan investasi. What more you expect from this?"
"Fuckin estate dirty rotten ratten tears overpolite sanababitch!"
"Energy from the swap? Sliding from the top? Seperti salah seorang pria di Man Esguire; Berada di puncak pembiayaan di balik puing-puing keterpurukan!"
"Melangkah di antara pilihan-pilihan yang dramatis!"
"What you rope, what you hope?" "Bell godam impact. Impact of the rising, droop Anda stack price. Grafik denyutan dimana jari telunjuk saya hanya memerlukan sekali klik, atau jari manis saya dapat memencet tuts enter pada keyboard tanpa syarat dan tanpa ketentuan apapun. Saya adalah seorang Trader dan investor yang beritikad baik di pasar global yang tidak hanya bisa menggigit, tapi juga mencabik-cabik kehidupan siapapun yang bersikap serakah. Click enter button without condition! Dan dalam sekejab mata, limaratus point dari Forex market masuk ke kantong anda. setelah itu, anda dapat memulai harapan baru dengan satu atau beberapa lot di pasar yang terbuka untuk umum tersebut!"
"Making maney in volatile market...?"
"Seperti debu-debu di udara, yang bertiup ke arahmu!"
"Wacth out..., close your eyes baby!"
"May i accompany you sir? Do you need an assitante, Miss?"
"Dasar buaya. Oxy.., take a breathing!"
"No.., it's show time. My advertising space on. Run point in the spotless room...." "It's mean; Sex, money, rat and the city!"
"Homo venalis
[8]. Berada di tengah orang-orang korupt. Tambah, kali, kurang, bagi, matematika bebas dan zero decimal, tidak pernah ada yang benar dan manusiawi. Point Zig & zag, pertumbuhan point dan account? Serta orientasi bertingkat antara uang dan karir? White coral crime dan empire quantum deliquate delictum? dimana anda berada?"
"It's America Mom! Gambatte kudasai Brother. Tanoshinde irashai my Friend!"
"Oh no..., tidakkah itu semua terlalu tinggi?"
"Tidak sister. Sekali lagi ini Amerika! Pengharapan adalah aset terbesar kami. Hope is our greatest asset
[9]. Semua memang serba Tinggi di sini. Kau tahu, aku harus menghitung banyak hal dari titik nol, tentang kemiskinan dan kemakmuran dari Peak Empire.... Bisa kau bayangkan anak tangga yang harus aku turuni setelah naik sejauh ini?"
"Kawan.., Future only serve in first class!
[10] Ini adalah bisnis di dunia nyata, dimana ada aturan mainnya. Sebagaimana hidup di dunia ini, kau tidak boleh berbuat seenaknya atau mengambil semaunya!"
"Good day.., good year, good will, dan pilihan-pilihan yang paling dramatis di antara momentum dan peluang. Get the feelling. Get the story. It's our time. Let's play baby!"
"Okh.., God bless America!"

Deck the halls with boughs of holly, It's the season to be jolly,And be thankful for all that we have, All the lights and decorations, Put up in the anticipation, Of the joyful celebration, That's on its way, We're counting the days, 'Til it's time for Christmas day.Oh and God bless us everyone, The good and the bad, The happy; the sad, Oh and God bless us everyone, Here's to family and friends, It's good to be here again.On the streets there's children laughing, People smile as they are passing, Christmas time is here, our waiting is done, Wishing it could last forever, Not just twelve days in December, Through the year let's try to remember, That special way, That everyone feels, It's the magic of Christmas day.Oh and God bless us everyone, The good and the bad, The happy; the sad, Oh and God bless us everyone, Here's to family and friends, It's good to be here again.So fill your heart with love and joy, And through the eyes of girls and boys, Share their wonder, live through their joy, It's easy to do, just open your heart, The spirit will come to you.Oh and God bless us everyone, The good and the bad, The happy; the sad, Oh and God bless us everyone, Here's to family and friends, It's good to be here again.
[11]

Sam dan Oxy, adalah dua pria Americana yang memiliki pengaruh dan daya tarik yang luar biasa mengharukan pada dirinya, pada kehidupannya, pada setiap langkah-langkahnya. Peter..., Mungkinkah mereka adalah salah satu dari orang-orang yang tersesat dalam perjalanan ke kedai Starbuck?
Sam berjulukan; The dirty gentlement.
Sedangkan The wrong side gentlement, adalah julukan untuk Oxy!
"Apakah ada perbedaan dari kedua frase tersebut?"
Mereka adalah masing-masing seorang individu yang senantiasa berada pada posisi the wrong side atau the dirty dozen, yang dianggap adalah biasa, yang senantiasa dianggap sebagai tidak pernah melakukan sesuau yang benar, dengan benar dan tidak berkapasitas untuk itu!
Jawabnya tidak!
"Sebuah pembunuhan karakter tanpa batas dan the last man standing di depan anda! Sebuah garis dramatis yang tipis berwarna merah, the thin red line, di tengahnya, yang memisahkan antara cerita dan kenyataan, antara catatan-catatan, reputasi dan cita rasa prestisius dengan stigma, dan pencitraan negatif yang berlangsung secara sistematis, sebagaimana ungkapan serta wacana yang tidak pernah tuntas yang senada dengan yang pernah diungkapkan oleh First Lady Amerika, Laura Bush, di suatu waktu tentang efek samping yang dramatis dari; Tatoo!"
"Excuse me..! Sir, anda sedang bertemu dengan seseorang yang telah bertarung banyak sebelumnya..., jauh sebelum tuan mulai belajar untuk berpikir tentang apa, siapa dan bagaimana! Sir.., where are you going?"
"Come back!"
"For what?"
"For the best. To find out the best, John!"
"To find something?"
"And to apreciae more, to ferivicate something!"
"Where you have been these days?
Kemana saja kalian selama ini?
Kalaupun itu adalah untuk yang terbaik seperti katamu, tapi terbaik untuk siapa?
Dalam hal apa?
Tentang apa?
Bagaimana dengan batasan dan ukurannya?
Bagaimana dengan tingkatan umur dan kedewasaan?
Bagaimana dengan keleluasaan dan pengekatan atau pelonggaran?
Tentang ukuran-ukuran kepantasan, kepatutan, unsur-unsur serta alasan-alasan pemaaf dan pembenar?
Bagaimana pula dengan itu semua? Apakah semua itu dimaksudkan sebagai bagian atau bentuk dari sebuah keberpihakan?
Apakah anda sudah menimbang dengan cermat dan seksama sebelumnya bahwa; Apakah semua hal-hal tersebut adalah sesuatu yang harus, pantas, yang layak dan tepat waktu, tepat pada tempatnya untuk dilakukan?
Bagaimana dengan kemungkinan-kemungkinan yang lain?
Seberapa besar peluang dan kemungkinan anda salah kaprah dalam semua hal tersebut?
Terbuka peluang yang sama besarnya bagi setiap pilihan untuk prematur, untuk terlambat atau bahkan tepat waktu?
Seberapa besar kemungkinan dan peluang anda untuk benar, salah atau keliru mengenai hal atau persoalannya?
Mengenai tempatnya?
Metode, prinsip-prinsipnya dan mengenai ukuran-ukurannya?
Bagaimana dengan waktu dan tempatnya?
Objek dan subjeknya?
Maksud dan tujuan serta latar belakangnya?
So..., what a soup price? Maksud saya dari semua itu adalah.......
"No body perfect. Tidak ada seorangpun kawan!"
"Yep! Tentu saya sepakat. Something can be repair and recognize with some understanding. Compromizeable term. Toleranable condition, and absolutisme redaksional. O ya.., beberapa saat lalu, secara tidak sengaja saya melihat sebuah foto yang menghiasi sudut kiri paling bawah halaman depan Kompas edisi suatu Minggu di bulan Juli, yaitu sebuah foto yang menggambarkan The Upstairs di sebuah panggung besar sbuah pertunjukan akbar sebulan sebelumnya, di bulan Juni. Artikelnya sendiri berbicara tentang pertunjukan lain yang tidak ada hubungan dan sangkut pautnya sama sekali dengan yang akan diadakan dalam beberapa minggu ke depan, di bulan Juli itu. Sebuah pertunjukan besar lain, dimana The Upstairs mungkin tidak akan hadir di sana!
"The Upstairs, di bulan Juli? Bagaimana jalan ceritanya sampai dia bisa ada di sana?"
Julia say; "She doesn't know what it's all about!"
Daripada berdebat yang tidak karuan untuk sebuah jawaban yang belum tentu akan memberi manfaat yang positif dan kontribusinya yang berarti, biarkanlah dia ada di sana. Mungkin akan ada manfaatnya. Setidaknya buat mereka. Atau mungkin untuk kita di Redaksi, di kemudian hari! Half can't be! How far you have been walking?"
"So close. Uno mille.., tapi pandangan kami terang seperti Abe Linconln menyapu jagad di sekitarnya. Seperti Jim Boone membentang belantara Amerika dari Minnesota! Seperti wanita pioner, yang melahirkan di ladang jagung. Yang menembak ular di beranda rumahnya saat suaminya menggiring ternak di ladang.
[12]

...People mistake, i want to know..,

"Tok.., tok.., tok. Mom.., i am coming home!"
"'O..,'o..!"
Komposisi tersebut merupakan rangkuman catatan-catatan yang saya buat sambil menonton siaran TV Bloomberg, di ruangan breefing sebuah perusahaan pialang dan investasi, di Sona Topas Jakarta, tempat saya pernah bekerja selama beberapa waktu, di masa lalu! Di hari terakhir itu, pertama saya memenuhi jadwal wawancara personal loan di Citi Bank Sudirman untuk sebuah paket pinjaman yang menurut rencananya akan saya pergunakan untuk berinvestasi, untuk sebuah contract size di bursa berjangka. Siangnya, jabat tangan perpisahan, saya resign dari sana. Beberapa jam setelah makan siang saya mengikuti wawancara kerja di perusahaan yang bergerak di bidang yang sama untuk pekerjaan yang sama di Sarinah Thamrin! Di terima with some conditional terms Apakah masih banyak yang terlewatkan?
Prinsip utama dari persoalan masa lalu dalam koneks ini merupakan sebuah kaidah dengan jawaban yang sederhana. Apakah anda mengerti prinsip yang terkandung dalam rangkaian 3 angka, 567? Dengan prinsip ini, anda dapat membuat sebuah atau bahkan beberapa buntelan uang, Furoshiki, sekaligus Garetto, tali jerat di leher anda.
Sekarang anda sudah sampai sejauh mana?
Saya berharap tidak menaruh apresiasi yang tidak sepantasnya terhadap masa lalu, terlebih bernostalgia dengan sebagian masa lalu yang semu. Jika anda telah memahami dengan tepat prinsip 567, anda tidak perlu terlalu khawatir sekalipun telah terseret cukup jauh dalam pusara masa lalu. Kendali masih menjadi milik anda. Kedua ujung tali masa lalu ada di dalam genggaman anda.
Apakah anda ingin meretasnya, merentangkannya, atau mempermainkannya?
Apakah anda ingin menggunakannya untuk menjerat ataukah untuk membuat buntelan uang?
Terserah anda mau yang mana.
Jonathan Ive, direktur kreativ Apple penemu iPod inovatif yang menawan mungkin dapat bercerita lebih jauh, lebih banyak dari siapapun tentang prinsip 567 tersebut, lebih luas dari sekedar penerapan terhadap persoalan masa lalu. Hubungan percintaan anda, keluarga anda, karir atau bahkan mungkin perusahaan anda memerlukan prinsip tersebut.
Tidak ada salahnya memikirkannya.
Saya rasa, orang-orang di negara ini perlu sering-sering membicarakan prinsip ini. Negara ini jelas memiliki masa lalu, tapi bagaimana tentang masa depan, saya tidak tahu. Saya hanya bisa memberikan komentar sekedarnya, bahwa apapun orientasi anda dari titik ini, tak banyak yang akan berarti di masa depan. Terlalu banyak yang rusak, membusuk dan salah di sini dari awalnya. Dan, jika anda benar-benar menghargai kehidupan generasi baru di depan anda, saya berharap anda dapat cukup merasa puas dengan apa yang anda peroleh sekarang.
Peta baru geopolitik Indonesia dan masa depan generasi baru pemilik masa depan bukan tidak mungkin sedang dalam proses bermetamorfosis, mencari bentuk dan persekutuan terbaik, untuk merancangbangun tatanan geopolitik baru tersebut.
Kemerdekaan adalah hak yang lahiriah, dan ketika setiap orang ingin mendapatkannya kembali, yang dapat kita lakukan hanyalah menyesuaikan diri. Sebagaimana kita, anda dan saya, negara inipun memiliki catatan di masa lalunya sendiri. Sebagian di ataranya akan merupakan tumpukan puing-puing kenangan yang tidak berarti, dan sebagianya yang merupakan masa depan yang tersisa yang berakhir sama, sebuah tempat dalam bentangan sejarah umat manusia dimana Republik ini ada disana menghitung hari-harinya. Apakah ini tentang sebuah arus, sebuah gelombang kerusakan dan pengrusakan yang maha dahsyat?
"Tidak tahu pasti, tapi niscaya sebuah bentuk tatanan geopolitik baru yang lebih baik dan lebih manusiawi akan berdiri satu demi satu di atas puing-puingnya sebagai sebuah kawasan, regional-regional yang merdeka dan berdaulat. Isak tangis, ratap dan nestapa telah membumi di tanah ini, bahkan jauh-jauh hari sebelum negara ini ada."
Lalu bagaimana dengan hari ini?
Hari ini dan besok yang mungkin masih ada tidak lebih hanyalah merupakan hari-hari yang sedang berjalan dan bergulir pada sekeping mesin waktu yang tersisa dari puing-puing reruntuhan masa depannya.
"Apakah anda menggantungkan banyak harapan di sana?
Hingga waktunya segala sesuatunya akan bergulir sebagaimana adanya. Ada yang datang dan pergi, silih berganti. Itu biasa. Ada yang untung ada yang rugi. Tidak ada yang luar biasa. Ada yang mendapatkan dengan berlimpah dalam jumlah yang banyak dan tidak terhitung jumlahnya, dan ada yang mendapatkan sekedarnya, sedikit untuk hari ini saja, bahkan ada yang tidak mendapatkan apapun, sama sekali. Itu baru luar biasa. Tapi seberapapun itu, semuanya akan berakhir sama, di lumbung kesia-siaan. Percayalah!
Pada kelompok manakah anda tergolong pada pergumulan ini atau di pergumulan saya? Itu adalah dua hal yang sama sekali berbeda.
Pro atau kontrakah? Posisi atau oposisikah? Apakah anda adalah simpatisan yang radikal ataukah antipati kiri, yang tidak punya apapun dalam benaknya selain bersikap kiri? Pada akhirnya, semua itu tidak akan berarti apa-apa. Semua akan digiring dan dilemparkan ke dalam kantong sampah yang sama untuk diayak pada ayakan yang sama. Belas kasihan andapun tidak akan berati apa-apa.
Berapakah yang telah anda kumpulkan sampai dengan hari ini?
Berapakah harga kemanusiaan anda?
"Hei.., hei.., bahkan belalang yang tidak memiliki lumbung, yang tidak mengumpulkan apa-apa pun menyeret tubuhnya keluar dari sana!"
Kawan-kawan dalam ikatan persaudaraan dan persahabatanku, berapakah yang telah kalian kumpulkan hingga hari ini?
Berapapun itu, kamu sekalian adalah bagian dari kepingan masa lalu yang berharga.
Ini adalah kehendak alam dan manusia. Kehendak sang khalik dan dunia akan keselarasan dan keseimbangan serta keharmonisan yang baru. Kehendak kosmik di balik lipatan alam semesta. Demikianlah saya menafsirkan setiap kesenangan, keriangan, kebahagiaan dan segala kepedihan, penderitaan dan ratap nestapa yang telah saya lihat, saya dengar, dan saya alami sendiri. Dan semua itu lebih dari siapapun yang ada di sini! Ini adalah aspek, sisi lain dari masa lalu.
Masa lalu di benak organisasi-organisasi atau komunitas-komunitas think thank atau kelompok-kelompok strategis yang berbasis ideologis dan politis, ataupun afiliator-afiliator intelejen atau organisas-organisasi strategis swasta yang berada di bawah binaanya, organisator-organisator partisan dan sektarian, dikenal dan dipahami sebagai salah satu elemen, unsur penting dari sebuah proses dan praktik klasik cuci otak (Brainwashing!)
Sampai dengan saat ini, setidaknya saya pernah mengenal dan menggeluti secara intim dua hal yang dimulai dengan suku kata Is; yaitu seorang perempuan di penghujung sebuah malam yang singkat.
"Semua benar-benar becek malam itu. Bukan begitu Iis? Malam yang sangat menyenangkan. Saya kira, kita sama-sama menikmatinya! Semoga."
"Entahlah!"
"Is, apakah kita masih bisa mengulangi sekali lagi?"
"Tarifnya tidak berubah body, termasuk kamar. Apa uangmu masih cukup?"
"Entahlah. Apakah tidak ada sedikit belas kasihan di dadamu untuk orang-orang seperti aku?"
"Biadab! Enak benar kau berbicara tentang belas kasihan. Kau pikir bedak, lipstik, Maskara dan isi perut ini di subsidi oleh negaramu?"
".....Sadis!"
Dan yang kedua adalah sebuah buku klasik, salah satu dari sekian buku-buku yang merupakan referensi penting yang mengupas tuntas segala macam hal ikhwal tentang ideologi-ideologi, isme-isme dalam sejarah panjang peradaban dan pemikiran umat manusia.
Buku tersebut berjudul; Isme-isme!
Buku tersebut merupakan salah satu isi tas saya, yang kemudian saya tinggalkan, saya titipkan di ruang screaning Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, pada Senin 21 Mei 2007, beberapa bulan silam. Di sana, ada pula kamus bahasa Jepang yang telah saya modifikasi, dan berisi beberapa tulisan dan catatan harian saya. Beberapa berkas essay dan artikel yang saya tulis semasa masih di bangku kuliah, serta master novel "Pengacara Pilihan, edisi revisi yang belum pernah terbit. Dan yang terpenting dari semua itu adalah surat olografis, surat dalam tulisan tangan saya, yang saya layangkan kepada Presiden Amerika Serikat; George Walker Bush, setebal 18 halaman folio, serta surat kepada duta besar Amerika Serikat di Jakarta setebal 1 halaman.
Surat tersebut merupakan salah satu dari serentetan surat yang pernah saya tulis, khusus kepada beberapa orang. Itu merupakan sebuah surat yang indah dan jenaka menurutku! Tapi sebenarnya ada beberapa hal pula yang saya tulis dengan keliru. Disana misalnya saya menulis seolah-olah Lily Allen itu adalah penyanyi Amerika.

...Up wash....

"Erich...., ini benar-benar merupakan kargo,antaran yang istimewa!"

When i'am was small and christmas tree are small, We used to love wild others used to play, Don't ask me why, The time has passed us by, someone else who moved from far away

Now we are tall, And christmas tree are small, And you don't ask, The time of the day, But you and i, Our love will never die, But Guess who'll cry, The come firts of may.

The upper trees, That cruell for you and me, Wacth the apple falling one bye one, Yeah..., And i recall, The moment of them all, The day i'll kiss you cheak and you where gone.
[13]

Sore, dua hari sebelum tanggal 21 Mei 2007, saya mencoba memutuskan apa yang selama ini saya anggap sebagai upaya mendekatkan diri kepada salah satu artis idola, kala itu.
Upaya ini dapat dikatakan sebagai puncak dari luapan emosi, perasaan menyukai yang menggila terhadap seseorang. Saya pernah mencoba mengirimkan beberapa SMS, sayangnya ada mesin penjawab otomatis yang menjegal. Via e mail, namun tidak ada respon.
"Seperti apa rupanya mengalami perasaan mencinta yang menggila itu?"
Saya punya sebuah koleksi foto Raja Malaysia bersama kedua ratunya. Sebelum tidur, saya saya senantiasa menyempatkan diri memandangi dirinya tersenyum hangat kepadaku, seperti do'a sebelum tidur yang tidak pernah aku lupakan atau tinggalkan. Saya selalu berharap, jika dia tidak sempat bisa hadir dalam hidupku, paling tidak dia bisa masuk dalam mimpi-mimpiku. Itulah, Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong, Tuanku Nur Zahira! Saya percaya, itu akan menjadi mimpimimpi yang indah.
Saat bangun pagi, yang pertama terlihat adalah senyumnya yang menawan kepadaku. Senyum selamat pagi yang benar-benar penuh gairah, benar-benar bersemangat. Begitu bergairahnya untukku, hingga saya harus merelakan diri saya larut dalam percintaan yang penuh emosi dan mendebarkan di pagi hari, dengan diri saya sendiri! Entah sampai kapan kenyataan yang membosankan ini berakhir.
"Kalau ini menjadi kenyataan, semoga kau cukup hebat dari yang aku kira! Ok?"
"Nyonya, aku akan melakukan, memberikan yang terbaik dari yang dapat dan pernah aku lakukan!"
"Paling tidak, saya tidak salah bertemu orang. Saya juga tidak mendengar diri saya sendiri bertanya; Siapakah kita ni? Lalu kemudian kau Erich berkata, menjawabku; Kita hanyalah sepasang manusia biasa yang sedang dimabuk cinta. Nyonya sadar bahwa kita sedang bercinta, bukan? Erich..., semuanya itu berarti bahwa kita berdua mengarah kepada serangkaian perkembangan dan kemajuan-kemajuan dalam bahasa dan tuturan yang sarat dengan kalimat-kalimat yang diplomatis, dengan sederetan kata-kata bersayap yang kau sendiri tahu, kita bersama-sama berdua tahu, itu semua tidak akan pernah menerbangkan kita berdua kemana-mana, kemanapun di kehidupan ini. Kau tahu, seperti kata sepakat di hari Sabtu, dimana di sana, masih ada satu hari, yaitu hari minggu yang panjang, yang bisa berisi banyak hal, yang bisa berati banyak hal, yang bisa berkembang meluas kemana-mana, sebelum akhirnya kita sampai ke hari Senin, yaitu hari Minggu yang panjang untuk melupakannya! Dengan demikian, semua kata sepakat di hari sabtu tidak lebih adalah sesuatu yang merupakan kata sepakat yang tidak berarti apa-apa, apapun, yang tidak akan beranjak ke mana-mana. Seperti sesuatu yang masuk ke tangan kanan kawanan Dalton Bersaudara dengan penuh semangat, dan oleh semangat dan kekuatan yang sama kemudian lenyap bagai ditelan angin di tangan kiri Gerombolan Si Berat, sambil berucap mengulangi perkataan Sekjen WTO, Keith Rockwell; Pertemuan akan berakhir jika kami sudah menyelesaikan pekerjaan!
[14] Kau sendiri tahu khan Erich, pekerjaan di mata Dalton bersaudara dan Gertombolan Si Berat tidak lebih adalah pekerjaan yang tidak akan pernah berakhir, kita sama-sama tahu, yang tidak akan pernah membawa mereka ke mana-mana. Erich.., kau berjanji tidak akan menyiksaku seperti itu khan, sayang....!"
"Nyonya, Ratu yang jelita, i have told you, paling tidak kau tahu, saya sudah beberapa kali berhasil melakukannya!
[15]"
Saat meninggalkan kamar, saya membayangkannya masih tersenyum kepadaku, sambil berbisik;
"Apa yang akan kau lakukan? Terserahlah.., semoga berhasil!"
Akhirnya pada sore itu, tekad saya bulat untuk bertemu dengannya. Tidak menunggu moment ataupun berharap akan pertemuan-pertemuan tidak terduga baik yang sifatnya insidentil maupun yang terekayasa, di Mall, Plaza, konser, cafe apalagi di jalan.
Saya mengharapkan pertemuan pribadi dengannya.
Sesuatu yang sensasional di batas imajiner akan sebuah pengalaman puncak.
Saya mendatanginya langsung!
Berbekal alamat yang saya peroleh dari berbagai situs internet yang mengatasnamakan dirinya, saya berangkat dari Kwitang, tempat kost saya menuju ke Pluit Sakti V.
"Glek.., glek.., glek...!" setengah botol anggur ukuran besar dalam sekejab mata habis, untuk menghangatkan tubuh selama perjalanan. Langit agak mendung, semendung perasaan saya yang sedikit nerveous, sedikit tertekan karena gejolak ambisi.
Tidak susah menemukan tempatnya.
Menurut rencana, setelah memperkenalkan diri dengannya, saya akan mengajaknya ke pertemuan malam minggu yang direncanakan oleh teman-teman seangkatan saya semasa kuliah, di Bogor, malam minggu itu.
"Sekalian bermalam minggu di sana dengannya!" pikir saya praktis.
"Lagipula, jika hari Senin saya berhasil mendapatkan Visa masuk Amerika Serikat, saya rasa ini akan menjadi malam pertemuan yang sangat sempurna. Sepanjang malam dan sepanjang perjalanan saya selalu terbayang-bayang tentang sesuatu yang luar biasa, sangat dramatis, dan sedikit mengharukan.
"Ini mungkin adalah pertemuan terakhir, malam terakhir bagi kita, kawan!" lanjut pikir saya terbuai
Sampai di Pluit Sakti V segera saya mencari nomor rumah sebagaimana yang saya peroleh dari internet.
Ketemu! Tidak seberapa lama.
Tapi tidak sebagaimana yang saya bayangkan. Setahu saya, dia adalah seorang atris wanita pertama yang menggunakan, yang memiliki Jaguar, tapi sore itu, batang hidungnya si Jaguar yang gembor itupun tidak terlihat sama sekali.
Di balik pagar yang berkarat, berdiri sebuah rumah tua, kosong, model lama yang nyaris ambruk... Dibatang pohon jambu entah pohon mangga terpaku sebuah papan pengumuman. Tertulis di sana;
"For sell!" Ray White.
Saya terkaget setengah mati, tidak percaya dengan apa yang saya lihat, yang saya saksikan sendiri. Saya coba tanya sana-sini-situ, ke beberapa tetangga, ke semua orang yang saya temui disana, tidak terkecuali Satpam komplek tersebut.
Tapi jawab mereka semua hampir sama;
"Orangnya sudah lama pindah!"
"Tapi benar khan ini rumahnya?"
"Benar.., waktu belum menjadi artis ‘ngetop!"
"Busyet..!" kataku sambil merobak-robek kertas yang berisi alamatnya hingga ke pecahan terkecil yang dapat aku lakukan.
Saya sangat kecewa!
"Kalau sempat ketemu dengan Agnes Monica, tolong bilang sama dia, ada orang dari kampung mencarinya!"
"Bapak siapa?"
"Saya Erich Tinggi, fans beratnya!" kataku pada Satpam yang berjaga di sebuah pos jaga tidak jauh dari rumah itu, menuangkan perasaan hati saya yang tersisa sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah itu saya langsung mengkonfirmasi kelanjutan pertemuan yang telah direncakan di Bogor.
"Batal Erich..., sory!" jawab salah seorang dari beberapa orang teman yang saya telpon untuk konfirmasi. Saya sempat sedikit emosi di telpon, dan mengucapkan beberapa perkataan yang menghujat, yang belakangan saya sesali, yang menurut saya ternyata tidak pantas untuk saya ucapkan. Akan tetapi saya ralat malam itu juga.
"Di mana?"
"Di telpon tidak lama berselang setelah itu dari waktu dan tempat terpisah!"
"Mengapa?" "Karena hanya dia yang tahu apa isi percakapan antara saya dengannya, tentang dia!" lanjut saya.
"O ya.., mengapa sampai bisa batal?"
"Erich.., sama seperti kau, kami juga mengharapkan tentang sesuatu yang dahsyat, sesuatu yang mengharukan dan dramatis pada malam ini!"
"Tapi......."
"Karena kau gagal.., pertemuan malam ini menjadi tidak penting lagi!"
"Oh begitu ya?"
Dari sana, waktu sudah sejam lewat waktu Magrib, saya menuju ke Menteng dengan bus kota, membeli roti untuk makan malam saya dan buat sarapan besok pagi, lalu ke sebuah warung jamu pinggir jalan, langganan saya, yang letaknya di seberang jalan gedung Sampoerna, arah menuju Ambasador, Mega Kuningan.
Cukup lama saya berada di sana.
Cukup banyak pula anggur yang saya minum malam itu, lebih banyak dari takaran-takaran sebelumnya.
Menjelang larut malam, saya meningalkan tempat itu, warung jamu itu menuju ke sebuah tempat lokalisasi PSK di bantaran kali Ciliwung, depan Hallmark. Itu Tanggul, dan di sana ada Tinggi, ada Bangsat di sana!
"Tapi apa yang saya cari dengan penuh semangat, rupanya tidak ada yang cocok harganya."
Dasar perasaan menggila sudah sampai di kepala, perjalanan cepat saya lanjutkan ke tempat pemberhentian yang lainnya, selanjutnya, ke sebuah lokalisasi lain di bantaran sepanjang rel kereta api Jatinegara.
"Untungnya.....?"
Di sana dengan cepat saya menemukan apa yang saya cari, yang pas, yang cocok dengan selera dan daya beli saya.
Gesek-gesek sebentar, beberapa menit..., hasilnya adalah; Semua keletihan, rasa penat dan kecewa saya terobati dalam sekejab. Setumpuk perasaan menggila terobati.
Dan mungkin juga seorang baby, sembilan bulan kemudian. That is my baby!
Tidak terkecuali tentunya persoalan dengan artis idola!
"Mas.., kau siapa namanya?"
"Saya John!" kataku.
"Malam ini kamu hebat!" katanya sambil mengedip-ngedipkan mata.
"Itu berarti Erich.., bukan John!"
"Maksudmu?" "Akh..., dilupakan saja! Jangan dipikirkan sayang, tapi dinikmati saja!"
"Terimakasih mas John....!"
"You are wellcome. Tapi ngomong-ngomong...., kembaliannya mana?"
"..?..."
"Hei Kacur, rupanya kau tidak sendirian di dunia ini. Kau punya teman!"
"Hm.., saya? Punya teman?"
"Kau benar!"
"Siapa?"
"Bangsat!"
Itu khan saya juga, itu adalah saya semuanya! Itu semua adalah cerita dari saya tentang diri saya.
Keesokan malamnya, malam yang paling terakhir menjelang jam o7.00 pagi waktu Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, dalam perjalanan pulang dari tempat yang sama, warung jamu yang sama, dengan berjalan kaki, sebagaimana malam-malam biasanya, malam-malam sebelumnya, saat tepat berada persis di depan rumah kediaman resmi Duta Besar Amerika Serikat di Jl. Imam bonjol, Menteng, saya mengeluarkan gulungan kertas Folio yang berisi surat olografis saya kepada presiden Bush yang telah selesai saya tulis, mengacungkannya ke arah kamera-kamera kemamanan yang ada di sana sambil menciuminya berkali-kali. Dalam hati saya berkata;
"Seseorang yang benar-benar jahat sepertinya menggambar lingkaran setan di telapak kaki saya. ini benar-benar tentang sesuatu yang jahat dalam hidup saya, yang membuat saya berputar-putar seperti orang bodoh dengan langkah-langkah linglung, dan tenggelam semakin jauh, terpuruk semakin dalam di kehidupan ini. Yang membuat saya kehilangan semakin banyak. Besok saya akan datang.., bersama surat ini, dan beberapa kargo lainnya. Paling tidak, ini akan mengakhiri satu persoalan!"
Dari kejahuan, di depanku, seorang Satpam Resident yang berdiri tepat di pintu masuk mengikuti langkahku dengan cermat dan seksama, bukannya dia curiga, tapi sepertinya dia berusaha menebak-nebak apa kira-kira yang akan terjadi besok!
Pukul 08.00, Senin 21 Mei di tahun 2007 saya memasuki halaman Kedutaan Besar Amerika Serikat dengan tas yang padat berisi, berisi kargo istimewa dari saya.
Dua jam kemudian saya keluar dari sana.
Paket antaran saya tiba di tempat tujuan dengan lancar, di tempat yang semestinya!
Dari sana, saya istirahat sebentar, minum kopi sejenak di salah satu warung pinggir jalan di Kebon Sirih, lalu makan pagi di salah satu warung nasi yang ada di halaman gedung sekretariat organisasi Angkatan muda Mujahid Indonesia. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan saya menuju ke sebuah restoran Pizza di Menteng, Boutig Pizza yang berada satu gedung dengan hotel F1, mengantarkan berkas lamaran pekerjaan sebagai "Delivery service!" Tidak ada telepon wawancara untuk saya hingga akhirnya saya meninggalkan Jakarta, pulang kampung setahun kemudian setelah merantau kurang lebih enam belas tahun, via Kuta, Denpasar Bali.
Di kuta, Bali, saya coba berwiraswasta, berusaha hidup mandiri untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan saya dengan jalan berjualan kopi keliling di sepanjang Legian dan Kuta. Tapi hanya bertahan seminggu!
Mengapa?
Karena dari hari ke hari, hasil yang saya peroleh kian berkurang sedikit demi sedikit, bertolak belakang dengan biaya hidup yang diperlukan. Bagi orang yang punya banyak uang, perubahan penghasilan tersebut tentu tidak akan berarti apa-apa.
Suatu malam sebelum meninggalkan Kuta Bali, saya masuk kepantai Legian, duduk termenung, merenung seorang diri di atas hamparan pasir putih di depan hotel Legian yang romantik.
Minggu depan saya dijadwalkan wawancara kerja sebagai Portfolio Officer, di sebuah perusahaan pialang dan investasi yang ada di Jalan Kuta Raya. Tapi rasanya, saya tidak bisa menunggu selama itu, meskipun hanya dalam hitungan hari dalam seminggu ke depan.
Satu demi satu kopi gingseng dagangan saya ludes, untuk saya minum sendiri, ditemani oleh deru gemuruh ombak menghempas pantai, udara malam yang terasa dingin sambil tiada hentinya melantunkan lagu Queen;
"These are the days of our lifes!"
Kepada ombak, kepada malam, kepada kemerlap-kemerlip bintang-bintang, kepada lampu-lampu di Legian yang menawan, kepada pantai Legian dan Kuta, yang melewatiku melewati malam ini, yang akan kutinggalkan besok;

Sometimes I get to fellin I was back in the old days - long ago. When we were kids, when we were young things seemed so perfect - you know, The days were endless we were crazy we were toung, The sun always shinin - we just lived for fun, Some times it seems like lately - I just don't know, The rest of my lifes been just a show.

Those were the days of our lives, The bad things in life were so few, Those days are all gone now but one fhing is true; when I look and I find I still love you.

You can't turn back the clock, You can't turn back thi tide , Aint that a shame, I'd like to go back one time on a roller coaster ride when live was just a game no use in sitting and thinkin on what you did, When you can lay back and enjoy it throuh your kids sometimes it seems like lately - I just don't know better sit back and go with the flow.

'Cos these are the days of our lives, They flown in the swftness of time, these days are all gone now but some things remain, When I'm look, and I'll find no change.
Those were the days of our lives - yeah, The bad things in life were so few, Those days are all gone now but one thing is true, when I'm look, and I find, I still love you.., I'll still love you.

"Perjalanan saya masih panjang!"
Kedua edisi kompilasi humor ini lahir dan dijiwai oleh semangat Senin 21 Mei 2007 . Tidak heran jika pada halaman pertama konsep awal edisi pertama adalah dalam bentuk corat-coretan tulisan tangan pada halaman print out jadwal wawancara visa yang pertama untuk saya di Keduataan Besar Amerika Serikat di Jakarta, yang dimulai dengan sebuah catatan pendek;
"Humor-humor ini.., saya tulis pada suatu periode waktu, di hari-hari terakhir saya di Indonesia. Jakarta, Juli 2007!"
"Kawan-kawan.., saya keluar dari halaman Keduataan Besar Amerika Serikat dengan langkah ringan, menari riang di depan gerbang, dengan gembira, penuh semangat, tanpa sempat mengikuti wawancara Visa dengan tas yang telah kosong, tidak berisi apapun.
"Mengapa?"
Titipan tersebut merupakan urusan saya satu-satunya yang membawa saya datang ke sana, jam 09.oo pagi itu. Lagi pula, biaya untuk mengambil nomor wawancara baru dikirim oleh kakak saya, dua jam setelah saya keluar dari halaman Kedutaan, di sebuah warung kopi pinggir jalan di Kebon Sirih! Jiwa saya tidak lagi berada di sini. Sedangkan tubuh dan raga saya yang dapat anda lihat, dapat anda sentuh setiap saat sesukanya ini sedikitpun tidak berarti apa-apa!
"Lalu mengapa kau masih ada di sini?"
"Saya percaya bahwa segala sesuatunya akan menjadi indah pada waktunya!

...U.., u.., u.., U.., No need to hight, No need to run, 'Cause only endless come right one by one, That day will never be over, Becouse we will keep it, The dream still alive! I love you.., i need you.., u.., u.., u.., u.., u...

"Dream.., mimpi? Apa maksudmu kawan?"
"Di warung-warung jamu dan warung-warung kopi pinggir jalan, kosa kata tersebut adalah olok-olok. Apakah pernah membayangkan bagaimana rupanya seorang yang tengah berkumur-kumur dalam keadaan tertidur lelap, sambil berguman; I have a dream... !"
"Kawan, bangun cepat, sepertinya kau menggigau!"
"Oh tidak kawan, kau keliru!"
"Sebaiknya demikian!"
"Impian saya terukur, berakar dan sangat relevan. Indah dan tentu saja berarti banyak. Saya telah mengalami serangkaian-serangkaian pengalaman yang dahsyat dalam hidup ini, hanya karena beberapa mimpi-mimpi kecil".
Ketahuilah bahwa..,
"The power of dream. Kekuatan sebuah impian. Percayalah dengan kedahsyatan kekuatan, pengaruhnya dan semangatnya."
"Kekuatan sebuah impian katamu?"
"Jika anda memiliki sedikit pengetahuan dan sekeping kecerdasan, anda akan percaya bahwa kekuatannya telah merubah banyak hal dari jalannya dunia dan peradaban manusia dari sejak awal diciptakannya sampai dengan saat ini, seperti yang ada sekarang ini. Dan, oleh semangat serta kekuatan yang sama telah menginspirasi Honda, salah satu raksasa otomotif dunia, menjadikannya sebagai motto!"
Suatu hari, di awal tahun pertama saya menginjak Jakarta, saya berkeliling Jakarta bersama adik saya. Ketika memasuki kawasan pemukiman elite Menteng, saya tertegun, terkagum-kagum dan terasa terhipnotis oleh aura mistisnya. Dalam hati saya memendam sebuah resolusi untuk diri saya sendiri. Setelah sampai di rumah yang kami kontrak untuk bertiga, kepada kakak dan adik saya, saya berkata;
"Suatu waktu, saya pasti tinggal di Menteng!"
Tidak ada reaksi responsif yang positif di wajah mereka. Hanya beberapa garis senyum ringan, bersahaja. Wajar saja, hampir tidak ada waktu memikirkan persoalan mimpi-mimpi. Selain belajar dan kuliah, tak ada yang lebih penting lagi untuk dipikirkan dan dipersoalkan, melebihi persoalan perut.
kami bergelut dan bergumul panjang lebar dengan semua itu.
Dan percaya atau tidak, kontrakan kami bubar karena persoalan yang merembet dari sana! Tapi bagaimanapun akhir ceritanya, setidaknya kami telah melewati sepenggalan masa lalu, dengan ceritanya sendiri!
Seiring perjalanan waktu, jam, hari, minggu hingga bulan berganti tahun yang berlalu dengan cepat, hingga tiba pada suatu waktu di awal 2004, saya memberanikan diri, seorang diri melompati pagar rumah di Jl. Imam Bonjol No. 3 Menteng. Sebuah rumah kediaman yang kosong setengah melompong, menghadap tepat ke rumah kediaman Duta besar Amerika Serikat di Jakarta.
"Sendiri?"
"Benar. Saya memang selalu berjalan sendiri dalam hal-hal yang penting dalam hidup ini."
Hanya tersisa beberapa furniture.
Hari-hari selanjutnya, rumah yang secara fisik nampak tidak terawat dan terawasi tersebut, akhirnya saya putuskan dengan niat yang bulat untuk saya jadikan sebagai kediaman, tempat tinggal selama beberapa waktu sebelum ada yang mengusir atau melarang saya tinggal di sana, kemudian saya bersihkan dan saya rapihkan.
Instalasi listrik yang telah rusak saya perbaiki kembali dan sisanya, yang tidak terpakai untuk keperluan saya, saya kumpulkan lalu saya jual unuk biaya hidup di minggu-minggu awal saya tinggal disana, seperti untuk membeli pompa air listrik. Dalam sekejab, rumah kosong itu menjadi sebuah kediaman baru untuk saya yang mewah, mentereng, megah, yang layak huni dan yang pastinya terang-benderang! Tempat itu belakangan saya ketahui adalah rumah dinas Atase Militer The Royal Kingdom Of Saudi Arabia!
Tidak pernah terlintas dipikiran saya sebelumnya bahwa ternyata saya dapat bertahan tingal di sana selama lebih dari satu tahun. Serangkaian pengalaman-pengalaman yang hebat, menarik, manis dan cerita sebagai kenangan terindah yang saya alami dan rasakan selama tinggal di tempat tersebut.
Disanapulalah, novel pertama saya, sebuah novel hukum "Pengacara Pilihan" terbit secara independent, untuk pertama kalinya, atas bantuan seorang teman, junior saya semasa kuliah!
Apakah ada persoalan dengan itu semua?
"Tidak! Semuanya dimulai dari serangkaian mimpi-mimpi yang kecil dan sederhana. Saya jalani secara bersahaja dengan semangat tersebut, dan berakhir di suatu waktu dengan manis!
"Apa maksudmu?"
Salah satu kebiasaan saya ketika masih tinggal di sana adalah naik ke atas atap rumah saat tengah malam sambil minum anggur. Duduk-duduk di atas atap genteng memandangi langit, jalanan, lampu-lampu dan gedung-gedung di sehamparan Jakarta.
Saya sangat suka merenung sendirian, berefleksi di atas sana.
Suatu malam;
Bulan purnama saat itu dalam bentuknya yang sempurna, saya menyeberang masuk ke dalam rumah tetangga di sebelah, rumah nomor 5 lewat atap, kemudian meniti pagar tembok setinggi empat meter pembatas kedua rumah yang bertaburan pecahan-pecahan kaca sebelum melompat ke teras di lantai dua.
Tujuan saya adalah berenang di kolam mereka.
Sejak hari-hari pertama kedatangan saya di sana, hasrat saya sangat tergoda untuk merasakan bagaimana nikhmatnya berenang di kolam tersebut, di kolam orang-orang kaya, di kolam keluarga konglomerat!
Malam itu saya berhasil masuk ke sana hingga ke lantai satu, namun tidak langsung menyebur ke dalam kolam renang.
Aneka lukisan yang terpampang di dinding menggoda saya terlebih dahulu. Setelah itu baru kemudian berenang. Salah satu lukisan yang ada di sebuah tiang entah pilar yang ada di sana, bahkan sangat dekat dengan image saya ketika itu!
Tapi tidak lama. Saya berenang hanya beberapa menit saja.
Minggu berikutnya, saya melakukannya lagi. Untuk yang kedua kalinya. Kali ini saya jauh lebih lama berendam di kolam. Saya berharap malam itu ada yang menemani saya. Tapi angsa-angsa bercat putih yang terbuat dari tembikar tidak dapat berbuat banyak Kucium angsa pertama yang pertama kali dari kedua malam itu, lalu angsa kedua, hingga akhirnya semua angsa-angsa yang ada di sana, di pinggir kolam renang itu.
Tapi mereka tetap tak bergeming.
Mereka masih ada di sana, tak beranjak kemana-mana hingga kedatangan saya yang ketiga kalinya.
Kali ini suasananya jauh lebih tenang, saya lebih rileks. Sepertinya saya sudah mulai merasa terbiasa. Makin lebih banyak pula gaya berenang yang ingin saya coba.
Masih tersisa beberapa gaya penting lagi sebelum perhatian saya kembali tergoda untuk melihat lebih dekat, dengan lebih seksama pernak-pernik yang mendekorasi ruang baca pemilik rumah yang letaknya persis di samping kamar tidur tuan rumah yang hebat, menghadap persis ke kolam renang. Di dalam sana, dari bilik jendela kaca yang disekat oleh tirai kain nyaris transparan, nampak dua orang perempuan, sedang tertidur nyenyak, lelap dengan nyaman.
"Mungkin mereka capek!" pikir saya.
Dapat dikatakan bahwa malam itu saya beruntung. Mengapa tidak, sepengetahuan saya Tuan dan Nyonya rumah itu jarang sekali ada di rumah. Hanya derai tawa riuh anak-anak setiap akhir pekan tengah berenang rutin terdengar dari sana.
Perjalanan yang menarik.
Saya mencoba melihat, memastikannya lebih dekat lagi.
Tapi.... tiba-tiba terdengar suara teriakan dan jeritan mereka yang menyadari kehadiran saya.
Cepat kilat saya kembali ke kolam, menyambar baju saya dari tepian kolam, lalu berlari secepat yang saya bisa ke lantai dua. Dari sana saya langsung melompat, melayang melewati tembok pembatas rumah ke halaman tempat tinggal saya lewat dahan-dahan pohon yang terdekat dengan tembok depan pintu masuk kamar saya yang menempel di dinding pagar yang saya titi selama dua malam yang telah berlalu. Bergegas saya meneguk anggur yang belum sempat saya minum sampai habis lalu menyalakan Sanyo, saya mandi!
Tidak seberapa lama kemudian, sedan Hyundai Carens, mobil patroli Kepolisian Menteng berhenti tepat di depan rumah, pagar tengah yang besar, kemudian terdengar pagar diketuk dengan keras berkali-kali.
Saya mengampiri, lalu mengajak dua orang dari mereka masuk ke dalam rumah.
Tujuan mereka adalah untuk mengkonfirmasi dan menindaklanjuti laporan pengaduan yang baru saja mereka terima dari pemilik rumah, tetangga saya. Namun rupanya penjelasan yang saya berikan belum cukup memuaskan mereka.
Akhirnya malam itu juga saya digiring ke Polsek Menteng untuk diinterogasi, diinvestigasi.
Proses pembuatan berita acaranya cukup sederhana, karena ada perbedaan persepsi, dugaan, argumentasi dan kesimpulan yang sangat mendasar antara penjelasan dan keterangan yang saya berikan dengan apa yang disimpulkan oleh pihak penyidik kepolisian berdasarkan olah TKP sementara termasuk keterangan yang diperoleh dari laporan saksi pelapor.
Selebihnya malam itu saya tidur.
Keesokan paginya, pemilik rumah no. 5 datang, menemui saya, berbicara empat mata, pribadi dengan saya. Para Penyidik tidak hadir di sana.
Ini merupakan salah satu pertemuan yang paling dramatis dan emosional yang pernah saya alami sebelumnya. Kepada Ibu pemilik rumah, saya bersikap terbuka, mengatakan semuanya, tiap detail, dari pertama kali saya masuk ke sana beserta alasan-alasannya hingga peristiwa terakhir semalam, sesuatu yang tidak pernah terungkap sedikitpun dalam proses pemeriksaan Penyidik. Mungkin keterbukaan inilah yang melandasi keputusan yang sangat moderat, kompromistis dari pemilik rumah untuk mencabut pengaduannya.
Pagi menjelang siang itu juga, saya bebas.
Tapi.....
"Jangan lupa, kalau urusan di sini sudah selesai, kamu harus datang ke rumah!" minta si Ibu sebelum pergi. Menurut asistennya, pagi itu seharusnya dia sudah terbang ke Singapura.
"Baik Ibu..!" jawab saya tersendat-sendat.
Siangnya, setelah menandatangani BAP, saya langsung menuju ke sana.
Sambil menunggu kedatangannya, saya sempat sarapan pagi. Akan tetapi karena telah cukup lama saya menunggu dalam rumah itu, akhirnya saya pamit pergi.
"Sayangnya tanpa sepengetahuan si Ibu!"
Beginilah cerita hari terakhir saya di Jl. Imam Bonjol No. 3."
Tapi cerita belum selesai.
Satu setengah bulan kemudian, saya datang lagi ke sana, ke rumah no 5 dengan membawa seamplop surat yang diketik terburu-buru dengan mesin ketik yang hampir rusak. Kalau tidak salah sepuluh halaman lebih.
"Lebihnya berapa?"
"Saya tidak ingat, namun yang pasti cukup banyak!"
"Kau menulis tentang apa?"
"Di kop sura tertulis; Kepada Yth Bapak/Ibu Eka Tjipta Wijaya, di Jl. Imam Bonjol No.5. Tapi tentang isinya, sebagian besarnya berbicara tentang saya, pergumulan dan persoalan-persoalan saya sendiri. Surat itu bertajuk, banyak berbicara sesuatu tentang ciuman! "Ha..? ciuman? Apa maksudmu?"
"Ya.., ciuman! Apa lagi!"
"Ciuman yang mana, ciuman yang seperti apa? Tentang apa dan siapa?"
"Saya sudah lupa. Tapi seperti yang tadi saya katakan.., saya mengetiknya dengan mesin tik yang sudah rusak!"
"Huh.., sialan!"
"Mimpi-mimpi kecil saya terjawab dengan sungguh ajaib!"
Ini adalah cerita lain, masih ketika saya masih tinggal di Jl. Imam Bonjol No. 3, namun ini adalah adalah sebuah cerita yang bergerak mundur beberapa waktu, bulan sebelumnya.
Suatu ketika saya mengunjungi seorang teman seangkatan dulu, Apul yang bermarga Situmorang, yang bekerja sebagai Pengacara Pro Deo di pusat bantuan hukum PN Jakarta Utara. Agenda utama saya yang sebenarnya adalah untuk menagih pembayaran novel saya yang dia beli. Sebenarnya yang saya kasih untuk dia beli. Saya tidak tahu apakah di sini ada perbedaan dan juga apakah dia pernah membaca buku itu atau tidak. Sayangnya dia sedang tidak ada. Sedang ada meeting dengan klien potensial, katanya. Dengan perasaan kecewa, saya pulang.
Baru beberapa detik saya menghempaskan tubuh saya ke atas kursi halte di depan Ancol, di samping jalan masuk ke Pengadilan tersebut yang terbuat dari tembok, tiba-tiba isak tangis saya meledak. Selama beberapa saat saya menangis dengan kesedihan yang teramat dalam. Satu persatu bus kota datang dan pergi menaikkan turunkan penumpang, tapi tidak saya hiraukan. Waktu itu saya benar-benar putus asa, tiada harapan. Terhadap kunjungan tersebut, saya cukup banyak berharap, harapan untuk beberapa hari ke depan.
Semua beban saya tumpahkan, mengalir bersama air mata saya!
"Mengapa saya tidak berhasil mendapatkan uang?"
Setelah puas menumpahkan semua keluh kesah saya, rasa kesal, kesedihan tidak terkecuali kemarahan saya, akhirnya saya melangkah pulang dengan langkah yang paling ringan, yang pernah saya rasakan selama beberapa bulan terakhir.
Beberapa hari kemudian, saya ke Kampus untuk menagih sekaligus menawarkan buku-buku saya. Kali ini salah satu tujuan saya adalah Dekan FH ketika itu.
Setelah berbincang-bincang sejenak, saya lalu menawarkan, meminta yang bersangkutan bersedia membeli buku saya.
"Berapa harganya Erich?" tanyanya..
"Rp. 50 ribu pak. Tolong diambil satu!"
Dia mengambil satu buku lalu melihatnya, membolak-balikkan halamannya sepintas lalu. Dahinya mengkerut, seperti ada yang mengganjal dan terpikirkan olehnya.
Tidak lama kemudian dia mengambil dompet dari saku belakang dan mengeluarkan empat lembar uang 50.000an.
"Saya cuma punya uang segini!" katanya sambil membuka dan menunjukkan isi dompetnya di depan saya.
Saya sangat terkejut dan merasa sangat risih dengan situasi tersebut. Ini adalah suatu hal yang sangat tidak lazim terjadi, membuat saya sungguh tidak nyaman, dimanapun itu terjadi!
"Harganya hanya 50 ribu pak!"
"Saya tahu, ini untuk kamu!"
Tanpa banyak omong panjang lebar lagi saya langsung mengambil uang itu dari tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celana saya.
Dia, adalah Hobbes Sinaga, adalah Dosen Hukum Administrasi Negara ketika saya masih kuliah yang tidak pernah memberi mahasiswa nilai E, sebodoh atau sebebal apapun dia!
Ketika gerakan mahasiswa mulai bergulir hingga masa-masa berforia tiba, dia adalah salah satu dosen yang idealismenya, sikap, dan pemikiran-pemikirannya tentang gelombang tersebut, terhadap gerakan mahasiswa tersebut bertentangan dengan idealisme dan hemat pemikiran saya, hampir dalam segala hal.
Dialah orang yang membeli novel saya, handmade edisi terbatas itu, dengan harga tertinggi. Yang memberi lebih banyak daripada yang tersisa dalam dompetnya!
Saya lulus dengan nilai E!
"Erich.., dalam hidup ini, ada hal-hal yang tidak bisa berubah.., tapi ada juga yang bisa!"
Kira-kira inilah pesan moral yang ingin beliau, almarhum, sampaikan. Ini adalah kesimpulan saya!
Seperti kata Dorothy dalam film Music and lyric;
"Saya sudah kawin 20 tahun, dan punya anak dua, tapi tidak ada yang abadi di dunia ini bukan?"
"Foto saya!" lanjut Dorothy kepada Sophi sambil menarik tangan Alex Fitser, idola masa mudanya, lalu memeluknya mesra.
Untuk semua yang telah membeli novel pertama saya kala itu, serta mereka yang telah membantu proses penerbitannya, tanpa menyebutkan nama satu persatu, saya ucapkan banyak-banyak terimakasih. Itu adalah sebuah keniscayaan kala itu. Besar kecilnya, sekalipun saya tidak menilai arti keterlibatan ataupun kebajikan dan pengertian-pengertian dari ukuran-ukuran tersebut. Berapapun itu, setidaknya telah membantu saya bertahan hidup, memberi nafas pada kehidupan saya selama beberapa waktu.
"Itu benar sekali Erich! Tidak ada yang bertahan abdai di dunia ini, di kehidupan ini, selain kehidupan dan dunia itu sendiri!'
"O ya....., bagaimana kawan Erich lulus?"
"Dengan mengesankan, seperti kata saya, dalam Free Attiude, yaitu dengan catatan, dengan rekord akademik yang ajaib, catatan-catatan yang fantastis.
"Mengapa kau bisa berkata demikian?"
Dari sudut pandang kewajaran admisnitratif akademik, saya bisa lulus di tahun ketujuh itu hanya dengan pertolongan dan itulah yang kemudian terjadi.
Pada suatu hari ketika saya sedang duduk-duduk di taman kampus bersama beberapa orang teman yang sebagiannya tinggal menunggu jadwal wisuda, sebagian lainnya telah berada di penghujung, di bab-bab terakhir penulisan hukum mereka.
Tiba-tiba seseorang memanggil saya dari belakang.
"Erich.., ke sini kamu!" seru Dekan saya saat itu. Saya menoleh cepat.
"Ada apa pak?" Tanya saya dari kejahuan sambil bergegas menghampirinya.
Saya tidak punya kasus, urusan ataupun persoalan apapun baik dengan dia, sesama mahasiswa, ataupun dengan civitas akademika saya secara keseluruhan. Saya adalah seorang mahasiswa baik-baik.
"Ada apa pak?" tanya saya sekali lagi persis di depannya.
"Kamu sudah skripsi?"
"Belum pak!"
Diapun rasanya tahu bahwa jumlah SKS yang berhasil saya kumpulkan masih belum cukup memadai untuk melakukan penulisan hukum. IPK saya pun terlalu kecil, tidak sampai pada batas minimum yang ditetapkan. Tapi.....
"Cepat kamu buat proposal dan ajukan! Kamu sudah terlalu lama di sini!"
"Baik pak!" jawab saya tak berargumentasi panjang lebar lagi.
Mulai keesokan harinya saya mulai proses penulisan hukum. Namun tidak selancar yang saya duga, tapi juga pada saat yang bersamaan, saya tidak dipersulit untuk mewujudkannya, baik oleh staf administrasi maupun oleh dosen pembimbing skripsi. Salah seorang dosen pembimbing saya misalnya tidak mau ditemui di kampus. Akhirnya saya mendatanginya di rumah. Hari pertama saya datang terlambat. Maklum saja, saya naik sepeda dari kampus ke Bintaro.
Besoknya saya datangi lagi, kali ini saya berangkat lebih cepat, lebih pagi, masih subuh! Beliau ada, tapi sibuk, tidak bisa ditemui, kata Pembantunya..
Saya kecewa tapi tidak putus asa.
Sepulang dari sana, malamnya saya menulis surat. Sebuah surat panjang yang berisi permohonan bimbingan. Itu adalah sebuah surat permohonan ala bombay!
Saat sampai di sana keesokan paginya, beliau tidak ada. Saya coba sabar menunggu hingga beberapa jam, tapi tidak muncul juga. Dia sedang keluar.
Akhirnya surat saya titipkan kepada pembantu.
Malamnya,
Telepon kost berdering untuk saya.
"Erich?"
"Benar sekali!"
"Besok pagi-pagi sekali kamu ke sini bawa proposal kamu, termasuk bab satu!"
Berhasil khan!
Dosen saya yang lain minta empat bab langsung sekaligus, semuanya.
Dua bulan kemudian skripsi saya setebal 500 halaman lebih tentang komparasi yuridis antara hukum Kewarisan Islam dan hukum Barat selesai, tinggal tunggu tanggal jadwal sidang, lalu wisuda. Sayangnya jadwal tidak bisa keluar karena saya tersandung beberapa mata kuliah yang belum pernah diambil dan beberapa di antaranya nilai E, nilai yang tidak memenuhi syarat untuk sidang skripsi.
Untuk semua itu paling tidak saya masih harus kuliah satu tahun lagi dengan jumlah SKS dua kali lebih besar daripada yang bisa saya ambil. Akhirnya saya coba minta disposisi dari Dekan untuk perbaikan nilai. Disposisi ini kemudian saya kembangkan fungsi dan manfaatnya tidak hanya untuk perbaikan satu mata kuliah, tapi untuk kesemua mata kuliah yang perlu diperbaiki bahkan termasuk juga untuk mata kuliah-mata kuliah yang belum pernah diambil sama sekali.
Ganti kuliah setahun atau bahkan mungkin dua tahun lagi adalah menulis paper. Ada yang satu ada pula yang dua paper per mata kuliah.
Akhirnya semua mata kuliah saya terkumpul, memiliki nilai dan memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan jadwal sidang skripsi.
Sayangnya waktu masa sidang sudah habis. Kurang seminggu lagi wisuda akan dilaksanakan.
Tiba-tiba Max Boboy, Dekan saya itu menghampiri saya untuk yang kedua kalinya.
"Bagaimana Erich, kapan sidang?" tanyanya berempati entah bersimpati.
"Tahun depan pak!"
"Kenapa?"
"Jadwalnya sudah ditutup!"
Dekan saya terdiam sejenak, lalu katanya tak lama kemudian....
"Sekarang kamu pulang, potong rambut kamu, cari baju yang pantas, besok kamu sidang!"
Saya terkejut setengah mati....
"Besok?" tapi tidak membantah, tidak berargumentasi yang tidak perlu.
Situasi yang berkembang dihadapan saya semuanya berlangsung dengan cepat dan sangat menguntungkan saya.
Saat itu juga saya pulang ke kost. Karena tidak ada waktu menyediakan pakaian yang sesuai dengan selera saya, akhirnya baju, celana, dasi dan sepatu saya kumpulkan, saya pinjam dari sana-sini. Rambut tidak saya potong, tapi saya akali dengan minyak rambut Tancho yang tebal dan jel pengeras rambut, lalu rambut saya sisir klimis hingga nampak tipis. Selebihnya saya sembunyikan di balik kerah baju.
Pagi-pagi saya berhasil menjalani sidang skripsi, yang berlangsung kurang dari sejam, dihadiri oleh satu orang penonton.
Pemain tunggal dan penonton tunggal
"Mulai hari ini, kamu sah menjadi Sarjana Hukum!" salah seorang Dosen Pembimbing dan Penguji mengumumkan hasil sidang skripsi.
Jadwal sidang tersebut tidak pernah terlihat di dinding pengumuman kampus, sampai sekarang.
Saya tidak sempat mengikuti wisuda.
Tapi, inilah saya, tidak kurang sedikitpun dari seperti yang dikatakan oleh Dosen penguji tadi!
Nilai saya 90.
IPK saya jauh di bawah batas minimum yang diperkenankan sebagaimana syarat-syarat IPK minimum limitatif yang dibutuhkan untuk mengajukan lamaran pekerjaan, sebagaimana iklan-iklan lowongan kerja yang dapat anda temui di koran-koran.
Apakah anda pernah mengalami hal serupa?
Di furushiki saya, masih tersimpan banyak cerita tentang hal yang serupa itu. Percayalah, terlebih dengan kesimpulan saya bahwa;
"Mimpi, hanya ada pada diri orang-orang yang berjiwa besar! Bukan bermulut besar!"

....Ukh, gentlement style!...

Selebihnya, anda hanya perlu bersikap tenang dalam kebersahajaan, membelanjakan satu persatu koin kehidupan dan keberuntungan anda. Seperti Nadya Petrova, salah seorang petennis Rusia dalam sebuah acara di jaringan TV ESPN dengan kartu kreditnya. semakin banyak anda berbelanja, semakin banyak point reward akan dan yang dapat anda dapatkan. Dan......
"Anggun..!"

...Melambung jauh, terbang Tinggi, bersama mimpi...!

Memang sebenarnya kau siapa?
Jika saja anda menyadarinya, saya adalah nukleus dalam lingkaran inti. Sebuah lingkaran, (Tidak ada dua, tiga atau banyak lingkaran. Kalaupun ada, itu adalah lingkaran orang lain, bukan lingkaran saya) yang dibentuk oleh seretas bentangan mata rantai molekul-molekul kehidupan. Dan tidak diragukan lagi sedikitpun, kalianlah, teman-teman saya, molekul-molekul tersebut.
Terdapat simbiosis kehidupan yang penting, yang menarik dan memukau di sana. Bila hal tersebut diberdayakan secara maksimal dan beradab, hal-hal yang dahsyat bukan tidak mungkin dapat saja mengemuka dari diri kita masing-masing setiap saat!
Oleh karena itu, menjadi sangat penting artinya jika kalian benar-benar memahami dan menghayati sebagaimana mestinya citra yang inherent, yang melekat pada konsepsi tentang molekul-molekul kehidupan tersebut. Ini pekerjaan untuk kalian, bukan saya.
Setidaknya, saya bisa melihat kalian menjadi segerombolan, sekumpulan pribadi-pribadi inner cycle, lingkaran inti yang bebas dan merdeka secara ekonomi, dan bertingkat-tingkat lebih dari pada itu, kalian dapat bercengkerama, bersosialisasi dan bergaul secara intim dengan kemakmuran.
Bagaimapun situasinya dan toleransinya!
Bagaimana dengan si nukleus, dengan sang inti atom itu sendiri?
"Memang dia kerap berjalan sendiri, tapi lalulintas kehidupannya adalah keramaian, hiruk pikuk yang yang tidak pernah kesepian. Keberadaan dan keberdayaannya dapatlah digambarkan sebagaimana tak ubahnya bola liar dalam permainan pinball yang memantul bebas kesana-kemari, kekiri-kekanan, keatas-kebawah, kedepan-kebelakang!
Sebagaimana hakekat yang terkandung di balik cerita Blue diamond Anggelina Jolie..., seperti itulah hidup saya, seperti itulah cerita dibuat, kawan! Sebuah adaptasi yang cerdas dari dongeng masa lalu di penerapan abad sekarang!"
Dimanakah posisi tangan anda saat berhadapan dengan uang, dengan kemakmuran?
"Tangan di ataskah atau tangan di bawakah?" pertanyaan Aji', seorang kawan kuliah yang skripsinya dibuat hanya dalam satu malam, yang saya teruskan kemana-mana, kepada anda, dan kepada dunia?
"Siapa yang membuatnya?"
"Kawan Erich, tentunya!"
"Akh..., dimanapun itu, saya pikir tidak menjadi soal. Itu biasa dan wajar dalam siklus dan mata rantai ekonomi, mata rantai kehidupan. Tangan di bawah atau tangan di atas, menerima atau memberi, siapakah manusia di muka bumi ini yang tidak pernah merasakannya kawan? Jika ada, hendaklah dia yang paling layak menjadi yang terdepan merajam saya dengan segala kehinaan dan kenistaan!
Yang pasti, secara ekonomi siapa saya sekarang, siapa saya hari ini bukanlah gambaran siapa dan bagaimana saya di masa lalu, dan tidak pula menjadi cerminan saya di masa depan, di masa yang akan datang.
"Semua itu hanyalah persoalan waktu semata!"
"Bagaimana dengan rejeki besar kawan Erich?"
"Itu mungkin dan tentu sangat mudah saja terjadi. Pertanyaan saya; Bagaimana jika hal rejeki besar tersebut benar-benar menjadi kenyataan, benar-benar menghampiri anda, nyata dalam hidup anda? Apa yang akan kalian lakukan? Pada saat itu, anda akan melihat dengan mata telanjang pada apa yang anda dapatkan, setelah berbagi ke sana ke mari, sisa yang ada di tangan bahkan tidak tahu lagi akan digunakan untuk apa karena yang tersisa masih dalam jumlah yang sedemikian berlimpahnya. keberuntungan besar jelas tak pernah bersumber dari korupsi. Jadi jika anda adalah seorang koruptor, atau akhli warisnya, atau yang terlibat di dalamnya, dan mengambil manfaat dari sana, jangan pernah berkata bahwa;
"Itu seemua harta-harta ini saya dapatkan. Inilah keberuntungan saya!"
Yang pasti adalah.....
"Itu adalah harta yang anda curi dan gelapkan dengan tangan dan keserakahan anda. Yang anda temukan di dalam laci meja anda sendiri, di kantor anda. Tempat anda adalah di penjara. Di China, koruptor di ekesekusi mati di tiang gantungan atau di kursi-kursi listrik. Itu praktek penerapan dan penegakan hukum yang masih berlangsung sampai saat ini!"
Kawan-kawan.., Penjumlahan (+), Perkalian (X), Pengurangan (-), dan mate-matika bebas, bagaimana dengan hal tersebut? Apakah anda, kalian semua telah belajar hukum pembagian (:) dengan benar, adil dan manusiawi?"
"Setan alas, bulshit Erich! Adonan khas tukang obat keliling. Satu sachet jamu manjur untuk mengobati 1001 macam penyakit? Dari penyakit biasa hingga yang tidak dapat dicerna oleh logika dan akal sehat. Dari Panu, Kadas, Kurap, Sariawan, Kanker, Jantung, hingga ke penyakit-penyakit maut yang ditimbulkan oleh komplikasi kronis Bakteri, Basil, dan Virus? Obat antrax dan HIV AIDS satu sachet dengan obat Sariawan? Siapa yang percaya?"
"Ada yang berani bertaruh?"
"Baiklah, tapi jangan terlampau cepat berputus asa. Ketahuilah, saya masih punya banyak jamu jenis lain. Jika hal terburuklah yang terjadi dan mimpi besar saya tentang rejeki besar dan nyaris tanpa batas itu ternyata tidak pernah terjadi, tidak pernah menjadi kenyataan, sekali lagi, kalian jangan terlampau larut berputus asa. Paling tidak kalian tahu bahwa untuk hidup di dunia ini, anda hanya memerlukan apa yang ada dalam sebotol ketchup. Yaitu; Sedikit kecerdasan, beberapa keping keberuntungan, dan sisanya adalah ketchup itu sendiri!"
Replace your lucky!"
"And tokh, bukankah kita, anda, kalian semua masih bisa mencobanya pada paket-paket berhadiah menggoda yang lain di tempat yang lain pada kali kesempatan yang lain? Pada paket gebyar-gebyur berhadiah, rejeki minum kopi berhadiah milliaran rupiah merek yang lain misalnya. Kiat, tips, trik dan ketchupnya bukankah telah saya berikan sedikit pada edisi pertama?"
"Untung saja saya tidak sempat membacanya Erich." "Ya..., akupun demikian!"
"Memangnya kenapa?"
"Kau tahu, betapa menakutkannya mendapati diri sendiri diperbudak oleh harapan-harapan dalam sebotol ketchup!" Kembali ke persoalan brainwahing tadi, semoga saja saya tidak keliru menilai bahwa ini merupakan buku tentang ideologi-ideologi dan ajaran tentang isme-isme yang sangat dogmatis, philosofis sekaligus praktis yang paling tuntas dan komprehensif membahas dan mengupas tuntas teka-teki di balik persoalan tersebut.
Saya rasa itu merupakan salah satu buku yang paling berbahaya yang pernah saya baca dan saya coba pahami dengan baik. Ini adalah ketchup dalam bentuk, manifesto, dalam wujud dan varian yang lain. Oleh karena itu tidak keliru jika saya berharap semua orang yang tertarik dengan persoalan dogmatis dan praktis sekaligus, dari setiap ideologi-ideologi yang ada, dapat membaca dan memahami buku tersebut dengan baik. Hal tersebut dapat menjadi fondasi kreatif yang kokoh dalam membentuk pola pikir dan konsepsi berpikir yang metodologis, komprehensif, sistematik dan plilosofis, oleh karena kita belajar memahami sesuatu dari dasarnya, dari pondasinya, yaitu tentang konsepsi philosofisnya. Dari hal-hal yang paling prinsipiil tentang keberadaan unsur masa lalu dan proses brainwashing dapat anda temui seperlunya dalam buku tersebut. Tidak banyak, tapi cukup berarti.
"Ternyata dalam hal ini, kita telah membaca buku yang sama, rupanya!"
"Tepat sekali!"
Buku ini dapat dikatakan dan kategorikan sebagai buku manual, handbook yang akan membuat anda tidak hanya cerdas, tapi materinya yang padat yang dikemas secara komprehensif akan membantu dan memudahkan anda membangun salah satu pilar ataupun pondasi kerangka berpikir yang konsepsional dan metodologis dengan sekedar membaca terlebih mendalami, mengusai buku tersebut. Dan, pada saat yang bersamaan anda dapat memiliki pengetahuan hipotesis dan kemampuan mendiagnosa serta membedakan setiap peristiwa dan situasi yang tengah anda alami tekait dengan fungsionalisasi memori anda, masa lalu anda dengan praktik cuci otak atau brainwashing yang mungkin terjadi di sekeliling anda, atau bahkan terhadap diri anda sendiri.
Pembusukan karakter, pencemaran identitas, asal usul dan nama baik, terror dan penistaan kepribadian yang berlangsung secara sistematis juga merupakan salah satu unsur dan metoda penting yang digunakan dalam praktek cuci otak. Sebenarnya masih ada banyak cara, prinsip dan metoda lain tapi dengan menggunakan cara ini;
“Bukankah akan lebih mudah merangkul dan membentuk serta mengarahkan suatu pola pikir, tindakan, aksi-reaksi dan sudut pandang (Pesrpektif) tertentu di benak orang yang gelisah, ketakutan dan lapar!?”
"Para doktriner, Indoktrinator, Mentor-mentor dan Manipulator-manipulator akan berkata lantang kepada anda; Semua yang berbau itu tai. Sedangkan yang ada di tangan saya, yang ada di dalam otak saya saat ini adalah sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak berbau! Bukan begitu?"
"Bravo.., bravo.., adios Kamerad!" jawab para Kader dan simpatisan serempak penuh semangat.
"Kalau begitu makanlah!"
"Cepat makan, kataku. Maksudku perintahku!" bentak Kamerad terlihat mulai gelisah, yang berdiri di antara jejeran Politbiro kesatuan aksi, mencoba menguji kekuasaannya, pengaruh dan kewibawaannya, mungkin untuk yang terakhir kalinya.
"Satu komando, satu perlawanan!" lanjut Kamerad.
"....Fazis!" jawab beberapa orang kader berbisik serempak satu dengan yang lain.
Setelah hardikan yang menghentak itu, satu persatu kader dan simpatisan mengambil hidangan yang dibagikan secara cuma-cuma oleh para Relawan yang perduli, simpatik dan bahkan memiliki kepentingan yang sama dengan perjuangan politik Kamerad, lalu masing-masing memakannya, sambil kembali berteriak satu dengan yang lain dengan suara berbisik;
"Bagaimana mau menjadi politisi yang hebat, pemimpin besar yang yang disegani dan ditakuti, Kamerad yang terhormat dan dipertuan agung jika kader-kader muda penuh semangat dan talenta, seperti kita-kita ini, yang notabene adalah generasi muda pewaris sah masa depan disuruh makan tai? Apapun sudut pandang Kamerad, tidak diragukan lagi, ini adalah tai' yang telah dikaji dan dikeringkan secara mendalam dan metodologis di sebuah lembaga strategis, sebuah Think thank. Dia pikir kita ini adalah kader lele atau gurame apa?"
Ini hanyalah merupakan salah satu konsepsi informasi yang paling sederhana yang dapat saya uraikan dalam rangka memberi arti dan makna terminologis kepada istilah cuci otak. Iklan-iklan, kampanye dan kothbah-kotbah keagamaan adalah juga praktek cuci otak dalam bentuk yang sederhana, manusiwi dan moderat yang dapat kita temui dimana-mana dalam keseharian. Sedangkan dalam bentuknya yang paling ekstrim termanifestasi secara sempurna dalam bentuk indoktrinasi-indoktrinasi berbasis ideologis dan politis.
Apakah hal yang terakhir ini masih relevan dalam dunia dan kehidupan manusia yang sedemikian berbaur, maju, kreatif dan terbuka seperti dewasa ini?
Tergantung tempat dan kepentingannya.
Setidaknya sampai dengan detik ini, setidaknya saya masih tetap bergumul dengan praktik-praktik cuci otak yang berlangsung secara dangkal terhadap diri saya yang telah berlangsung bertahun-tahun lalu. Ironisnya, untung saja saya memiliki sedikit pengetahuan bibliografik, kepustakaan yang setidaknya memampukan saya membedah mengapresiasi serta mensikapi setiap bentuk, tahapan dan derajat brainwashing yang diberlakukan terhadap saya dan orang-orang di sekeliling saya, secara kasuistik.
Pertanyaan saya, apa logika sederhana di balik semua itu? Program taktis dan strategis tanpa batas dan uang dalam jumlah yang tidak terbatas untuk membiayainya, seperti untuk membayar dan menggerakkan orang-orang dalam jumlah massif setiap saat untuk berhadapan dengan anda dimanapun anda berada, setiap saat setiap waktu, di setiap tempat, di toilet hingga ke pembaringan anda? Disisi yang lain, secara tidak langsung menunjukkan kelas anda, sekalipun pada akhirnya persoalannya kemudian menjadi berkembang meluas dan bergulir sedemikian rupa hingga sampai pada tahap-tahap hubungan anda pribadi dengan kehidupan sosial anda rusak secara total; Ini adalah tentang aku dan warga!
[16]
Suatu waktu saya sempat mempertanyakan hal tersebut kepada salah seorang yang kebetulan merupakan pribadi yang telah memilih untuk mengakomodasi dan menjalankan setiap pesan dan instruksi dan perkataan. Tanya saya;
“Untuk apa kamu melakukan semua itu? Kamu mengenalnya”
“Tidak tahu. Saya juga tidak mengenal orang itu. Saya dibayar koq!”
“Saya tahu! Tapi berapa? Seribukah, 5 ribu, 10 ribu, 20 ribu, 50 ribu, ratusan ribu atau bahkan jutaankah bayaran anda?”
“Adah deh!” jawabnya polos.
Lanjutnya..,
“Tapi berapapun itu, tokh lumayan untuk beli rokok, untuk makan, dan untuk tambahan uang dapur hari ini!”
“Tidak jadi soal bagi saya uang itu anda gunakan untuk apa. Tapi, hei you...., asal kamu tahu saja, bahwa itu semua adalah harga kemanusiaan saya, harga kemanusiaan orang itu yang berasap di dapur anda!”
Lalu bagaimana dengan jalan keluarnya?
Berikan sikap dan orientasi negative yang tuntas terhadap penggalan masa lalu anda yang kira-kira memiliki kualitas dan tendensi yang kuat langsung atau tidak langsung dengan tujuan dan asal muasal praktik cuci otak tersebut. Jalani hidup dan keseharian anda secara bersahaja, normal dan apa adanya. Ini hanyalah salah satu solusi.
Fokuskan perhatian anda pada tujuan hidup anda, pekerjaan anda dan rencana-rencana positif anda akan masa depan anda yang cemerlang. Jika anda adalah tipikal pribadi yang suka curhat dan telah terlanjur berbicara dan berdiskusi secara pribadi dan terbuka dengan orang-orang yang salah dan keliru di hari-hari kemarin di masa lalu anda, mulai sekarang jahui mereka, lempar mereka jauh-jauh dari hidup anda. Memori mereka dapat menangkap dan merekam semua detail pembicaraan anda dengannya, mulutnya bisa berbicara bahkan jauh lebih luas dan panjang lebar dari apa yang telah anda ucapkan dan lebih daripada alat perekam yang ada. Untuk hal tersebut saya hanya bisa berkata;
"Kalau omongan di lebih-lebihkan. Kalau uang di kurang-kurangi!”
Mulai dari sekarang, jaga jarak yang nyata dengan orang-orang demikian itu. Bukankah anda masih memiliki peluang untuk menjalin hubungan baru dengan orang orang baru, dan tetap menjalin hubungan dengan beberapa orang di masa lalu anda yang masih memiliki hubungan dan kepentingan yang bersahaja, jujur dan terbuka dengan situasi dan kepentingan anda. Saya percaya itu! Tapi saya tidak bisa menjamin apakah teman baru tersebut secara otomatis tidak terkontaminasi.
Mungkin di antara kita tidak ada yang benar-benar bersih sama sekali, tapi percayalah bahwa hubungan terhadap/dengan beberapa orang di antaranya masih sangat layak dan relevan untuk tetap anda pertahankan. Paling tidak, kepentingan-kepentingan anda sama terhadap dan dalam suatu hal. Bagaimanapun mereka adanya, kekhilafan mereka sedikitpun tidaklah pantas mengaburkan dan memutuskan arti dan hubungan persahabatan di antara anda dengan mereka. Mereka masilah teman, saudara dan sahabat sejati anda. Mereka adalah manusia biasa, sebagaimana anda.
"Ya....khilaf adalah manusiai, insaniah. Kemurnian di balik batas kehendak bebas. Seperti konsepsi vertical limit, di batas manusia terhadap alam. Anda masih ingat khan dengan film epik dramatis The Perfect Storm, tentang para Nelayan penangkap ikan yang menantang alam untuk sekeping roti?"
Untuk selebihnya;
“Ke laut aza! Hallo, bukankah kita tidak pernah benar-benar saling mengenal sebelumnya. Saya merasa sebelumnya tidak pernah ada urusan dengan anda, demikianpun ke depan. Dimana-mana anda tidak pernah benar-benar ada dalam hidup saya.”
“Bagaimana dengan perasaan saya?”
“Akh, itu khan sama sekali, ‘ngak penting!”
Dalam bahasa Guntur yang lugu dan tegas;
“Sudah, tenang aja loe di situ. Duduk yang manis, dasar air tahu!”
“Lalu dimana kami berada, dari semua hal busuk dan pembusukan yang menyebalkkan dan melelahkan ini, bung Erich?”
“Apakah kau.., kawan Erich tidak telah terlampau jauh berhipotesa masturbatif, berlebih-lebihan dengan masa lalumu sendiri?”
"Tidak kawan! Saya telah tuntas bergumul dengan semua hal tersebut, jauh-jauh hari pada saat orang-orang baru berpikir apa, siapa dan bagaimana saya di masa lalu Sementara itu kalian adalah sebagian dari warna-warni kehidupan yang telah memberi inspirasi, bantuan dan kekuatan pada setiap gerakan dan hentakan kaki dan jemari saya selama ini.!"
Sayang sebagian diantaranya tidaklah untuk direnungkan, tidak pula untuk dikenang, terlebih untuk ditulis. Ini adalah bagian dari masa lalu yang harus dikubur dalam-dalam, untuk kita lupakan.
Erare humanum est;
[17] Khilaf adalah insaniah! Demikianm Herman Mostar menggambarkan serangkaian peradilan-peradilan dan ketidakadilan-ketidakadilan dalam lembaga peradilan-peradilan Eropa yang menyesatkan di masa lalu. Tulisan-tulisan tersebut berbicara tentang serangkaian kekhilafan! Yaitu kekhilafan umat manusia, para penegak hukum yang memiliki arti penting tersendiri dalam lembaran sejarah kehidupan manusia, di kehidupan kita. Ada banyak khilaf-khilaf yang memang tidak perlu dan sama sekali tidak penting untuk di rehabilitasi! Dengan perkataan lain, ada sebagian khilaf yang yang insaniah, dan biarlah tetap terkubur dalam lipatan waktu sebagaimana adanya. Khilaf-khilaf yang harus dipendam dan sama sekali tidak untuk diperbaiki. Dari sana pulalah suatu peristiwa, situasi, kondisi, fakta-fakta, cerita dan bahkan desas-desus sekalipun mendapatkan nilainya. Membongkarnya sama artinya dengan menghilangkan nilainya. Dalam suatu kasus dan situasi yang kasuistik, eksistentsi anda bisa terukur dari sejauh mana ada tidaknya desas-desus tentang anda.
"Saya adalah kasus yang hidup, kisah yang nyata."
Ada jalinan kisah dan cerita yang panjang di balik itu semua. Sekalipun tidak dapat dilupakan dengan tuntas, dengan tidak mengenangnya, itu sudah bagus, sudah lebih dari cukup. Demikianlah cara saya melupakannya, dengan tidak menghidupkannya kembali dalam tulisan-tulisan saya.
Percayalah bahwa beberapa kepingan dari masa lalu kita tidak hanya penting untuk dilupakan, kenangannya tidak kita hidupkan kembali, tapi lebih daripada itu, sebaiknya kita hindari. Pertemuan-pertemuan dengannya hanya akan memutar balik otak dan memori anda pada hal-hal yang tidak penting, pada hal-hal yang tidak perlu dan tidak sepantasnya untuk dikenang. Bila di sana ada pengalaman-pengalaman traumatic, pengalaman pahit dan memilukan, mengenangnya hanya akan membuat anda mengalami dan merasakan kembali rasa sakit dan perih untuk yang kedua kalinya, berkali-kali hingga akhirnya tanpa anda sadari, anda telah menghabiskan waktu anda yang berharga dan terbatas itu, yaitu pada hal-hal yang akan menyakiti dan merusak diri anda, kesehatan jiwa anda dan masa depan anda.
Jika anda mengalami hal ini di luar kehendak bebas anda, untuk menentukan mana yang ingin anda kenang, tempat mana yang ingin anda datangi, siapa yang ingin anda temui, apa yang ingin anda bicarakan, percayalah, anda tengah mengalami praktik cuci otak pada level tertinggi. Sekalipun sentimen kemanusiaan anda dicurahkan sepenuhnya untuk menanggung tekanan batin yang melampaui batas ambang kemanusiaan, yang sewajarnya, tapi untuk kesekian kalinya saya katakan bahwa praktik cuci otak tersebut itu semua secara tidak langsung telah membuktikan kualitas dan kapasitas diri anda, bahwa anda bukanlah orang sembarangan, anda memiliki nilai khusus dari sekian juta bahkan ratus juta orang di negara, di tempat dimana anda tinggal. Ini adalah paket hiburan anda dan saya, untuk menghibur diri sendiri.
Anda mungkin akan dipaksa secara halus dan sistematis untuk melihat, bertemu dan mendengar suara-suara dan orang-orang serta serangkaian peristiwa-peristiwa di masa lalu atau di kehidupan yang tengah anda jalani saat ini, dan ini tentunya bukanlah pekerjaan satu atau dua orang, akan tetapi merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan uang yang besar, yang mampu menggerakkan ribuan orang untuk berhadapan dengan anda setiap saat, dalam hidup anda kemanapun anda melangkah. Semakin jauh anda melangkah, mereka tentu harus membayar lebih banyak orang bukan? Untuk apa mereka mengeluarkan uang dan mencurahkan perhatian sedemikian besar itu jika anda tidak berarti apapun?
"Ini adalah pekerjaan picik dari sekelompok orang-orang yang memiliki dan mampu memobilisasi begitu besar uang dan orang melawan dan bahkan menista anda dimanapun anda berada, sendirian!"
"Anda hebat bukan? Sebagai apapun di mata mereka, sebagai kawan atau lawan!"
Lupakan masa lalu anda, sekalipun ada hal-hal manis yang menguntungkan anda di sekitarnya, bagi masa depan anda, karena itu adalah sesuatu yang tidak anda dapatkan dan hasilkan dengan upaya dan kerja anda sendiri. Jika itu adalah sesuatu yang diberikan, maka itu pula adalah sesuatu yang dapat ditarik kembali dari genggaman, dari tangan anda, semudah anda mendapatkannya, menerimanya. Sekiali lagi, anda mungkin harus membayar tunai kenangan tersebut dengan meninggalkan dan melupakannya. Posisikan kembali keberuntungan anda, di tempat lain. Bukan tidak mungkin anda akan mendapatkan manfaat dan keuntungan yang berlipat kali ganda daripada mempertahankan diri di tempat anda sekarang dan berputar-putar pada lingkaran setan tersebut.
Mempertahankan hak klaim atas sebagian tertentu dari masa lalu anda, hanya pada kenyataannya tidak akan memperbaiki situasi hidup anda. Sebaliknya, anda akan tergiring semakin jauh dan tenggelam dalam kubangan pembusukan karakter dan kehidupan anda, dan masa depan anda, yang akan membuat waktu anda yang paling berharga berlalu dengan sia-sia, yaitu masa-masa prodiktif anda untuk melakukan banyak hal. Anda tidak akan pernah lepas dari masalah, tapi sebaliknya anda tengah menumpuk masalah, problem dan persoalan dan menciptakan komplikasi kronik pada perjalanan hidup anda. Suatu waktu, tumpukan itu akan meluap lalu menghancurkan anda!
Setiap orang memiliki hak klaim atas jalan hidupnya sendiri. Termasuk hak untuk melepaskannya. klaim yang mewakili harapan-harapan, keinginan-keinginan, masa depan, serta keberuntungan-keberuntungan anda. Ada saat-saat dimana setiap orang harus memandang lilin kehidupannya, lalu bertanya pada diri sendiri;
"Apakah lilin kehidupan saya telah menyala di waktu dan tempat yang tepat?"
Bila...
"Ya?"
Biarkan lilin anda terus menyala, bersinar benderang dan menyinari jalan kehidupan anda. Jaga dan pelihara apinya agar tidak perlahan-lahan meredup lalu mati, sekalipun hanya dengan sehembusan angin kecil. Jika anda belum mendapatkan apa-apa dari perjuangan hidup anda sampai dengan hari ini, Sabar sedikit..., mungkin belum waktunya saja. Kehidupan yang lebih baik dan sesungguhnya pasti akan menanggapi pergumulan, harapan-harapan serta perjuangan-perjuangan anda.
Akan tetapi jika kata hati anda berkata;
"Ini bukan tempat untuk saya. Tidak sepantasnya lilin saya menyala di tempat ini. Jika anda melihatnya menyala dengan terangnya, itu adalah nyala, hanyalah kobaran yang tidak bermakna apapun di kehidupan saya.
Karena itu, saya harus pergi, meninggalkan tempat ini dengan segala kenangannya, harapan, mimpi-mimpinya dan ceritanya di masa lalu. Tempat ini, di sini, bukanlah tempat yang tepat untuk menyalakan lilin kehidupan saya. Saat-saat mempertahankan nyala lilin ini hanya akan menghantarkan saya mendapatkan dan menemukan sekian hal yang pada akhirnya akan berakhir dalam kesia-siaan, sebagimanapun berlimpahnya.
Apakah benar kata hati anda berbisik lembut dengan suara yang demikian itu kepada anda? Untuk yang kedua kalinya, saya mengutip dan menyampaikan kembali kepada anda, saran yang diberikan oleh Guy Kawasaki;
"Tiup lilinmu, dan pergi!"
"Jangan biarkan api kecil itu membakar dan menghabiskan lilin anda untuk hal-hal yang sia-sia, yang tidak berati apa-apa, yang mungkin akan juga membakar diri anda!"
Jika pernah ataupun pada suatu waktu anda berhadapan dengan suatu atau serangkaian situasi nyata, terbuka ataupun yang berlangsung secara samar, tersembunyi dan terselubung yang berusaha dan memiliki kecenderungan yang nyata berupaya menggiring anda kepada suatu moment yang kemudian akan mencetuskan keinginan anda untuk menancapkan cengkeraman klaim anda atas beberapa situasi dan persoalan tertentu, peran, cerita dan peristiwa di masa lalu anda, maka mulai dari sekarang, kejutkan diri anda, sadarkan kembali kesadaran anda, putar balik sudut pandangnya, bukan tidak mungkin semua hal yang anda hadapi saat ini adalah serangkaian hal-hal palsu dan menyesatkan, dari rimba kegelapan, neraka dunia, untuk anda yakini, untuk anda klaim! Pastikan anda tidak terlibat di sana. Ambil bagian di dalamnya dan tidak melibatkan diri dalam urusan-urusannya.
Sebuah moment, peluang terbuka untuk mengklaim dengan sistematis dan menyesatkan telah di rancang dan dipersiapkan untuk anda. Jika anda berkeras hati untuk melangkah lebih jauh dan lebih maju dari yang sepantasnya, bersiap-siaplah untuk kehancuran anda. Ada banyak literatur yang menulis hal demikian, dan beberapa di antaranya telah saya baca dan kuasai sejak tahun pertama di sekolah menengah atas.
Hak-hak klaim serupa itu, adalah belenggu maut dari sisi gelap kehidupan, sebuah jerat yang menyesatkan akal sehat anda, yang akan membawa anda terperosok jauh ke dalam jurang kekecewaan, paling tidak curam kehancuran. Hal-hal yang merusak itu sebagian di antara menang bermulut manis, pandai berbicara, namun rasa manisnya hanya untuk sesaat. Pada akhirnya anda akan menjadi orang yang paling sendirian, yang kesepian di dunia ini, yang tidak punya siapa-siapa. Dan mungkin tak seorangpun akan mengakui dan mengenal anda.
"Anda ditinggalkan, sendirian, bertarung sendiri!"
"Mengapa?"
"Siapa anda hanya sebatas pada berapa piring yang bisa masuk ke perut anda sekali makan. Itu saja!
"Selamat bertarung!"
Jika ada di antara kalian yang pernah memiliki perasaan, pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan saya dalam berbagai hal, mungkin saja kita bisa pergi kemana-mana bersama-sama karena satu dua dan lain hal, saya percaya kita akan bertemu kembali di waktu dan lain tempat. Saat ini mungkin kita harus berpisah sementara waktu satu dengan yang lainnya, dan dari kejahuan kita akan saling melihat dan menemukan diri kita masing-masing sedang menikmati hidup, sebagian yang lainnya sedang menata hidup dengan bersemangat. Dari tempat atau situasi tersebut, apakah dari puncak kehidupan, di tengah perjalanan menuju ke puncak prestasi, kesuksesan dan keberuntungan besar buat semua hanyalah persoalan waktu semata.
Sekarang saatnya kalian menghayati hidup yang tengah anda jalani saat ini dengan penuh perenungan dan penghayatan secara mendalam, tidak terkecuali dengan sebagian kenangan anda di masa lalu dan segala kemungkinan baik yang besar ataupun yang kecil yang akan anda peroleh di masa depan. Jangan sampai anda kehilangan langkah dan semangat. Anda kiranya perlu meluangkan sedikit dari waktu yang anda gunakan dalam meraih prestasi terbaik untuk sesekali menghayati dan merenungkannya, secara mendalam sama penting artinya antara menjalani dan menikmati hidup dengan merenungkan hikmah, makna, nilai dan kebijaksanaanya.
Jika anda pikir tidak ada persoalan, jaga lilin anda agar tetap menyala dengan benderang dan menerangi perjalanan anda menjalani hidup ini. Namun, jika anda meyakini yang sebaliknya, jangan buang-buang waktu, jangan tunggu sampai lilin anda terbakar habis dalam kehampaan dan kesia-siaaan.
Tiup lilin anda secepatnya, pergi dari sini, dan nyalakan kembali lilin anda di tempat yang lain, di tempat baru, yang menjadi tujuan anda. Di tempat baru yang akan menerima kedatangan anda dengan apa adanya, dengan segala yang ada pada diri anda, dengan segala pergumulannya, keluh kesahnya, mimpi-mimpinya, harapan-harapannya, ceritanya dan cita-citanya. Cerita besar pasti akan terukir dari tangan anda.
Untuk diri saya sendiri, saya pikir saya telah memulai segala sesuatunya dalam banyak hal dengan baik! Pasti ada tempat baru untuk anda dan saya, di belahan bumi yang sangat luas ini!
"Erich.., apakah ini berarti bahwa kami tidak akan bertemu dengan kau lagi?"
"Akh...., mungkin saja. Tapi seperti apa tepatnya untuk sebagiannya, sepertinya tidaklah persis seperti itu. Jika tabunganku mencukupi, aku akan sering-sering berwisata kemari, ke Indonesia kalian yang tercinta ini. Seperti biasanya, bercelana polkadot, kemeja pantai yang gombrang semriwir, sandal jepit dan topi lebar yuang berfungsi untuk melindungi tubuh dan wajah saya, serta travel bag saya yang berisi berbagai hal, dari peralatan elektronik teknologi terbaru, beberapa keping roti, hingga keju dan tentu saja mentega!"
"Mentega?"
"Ya.., sebagai souvenir, oleh-oleh kenangan yang lezat dan bergizi untuk kalian. Boleh toh kawan?"
"Erich.., awas, mentega dan keju di tasmu itu sepertinya meleleh!"
"Astagfirullah Ali, ini khan keju dan mentega oleh-oleh untuk kalian itu!"
"Masyaaallah Erich!" pekik Aji' histeris.
Agus cepat melanjutkan;
"Mau dibilang apa lagi, mentega telah meleleh, menjelma menjadi minyak goreng! Kalau sudah begini jadinya, begini jalan ceritanya, ngak kesal jadi gondok, kalau dibawah kesal juga percuma!
"Ya.., kamu hanya berpikir tentang mentega yang lezat, tidak yang lainya!"
"Goreng-goreng lagi..., masak--masak lagi...., tumis-tumis lagi...., bakar-bakar lagi!" sambung Ujang degan disertai beberapa gerakan satir yang jenaka.
Salah satu implikasi hukum deklaratif atas kemenangan hukum gugatan HM Soeharto atas Majalah Time dan beberapa redaktur eksecutif majalah Time Asia yang sifatnya final, binding dan mengikat adalah; Bahwa kemenangan hukum tersebut tidak saja menerbitkan kewajiban hukum terhadap pihak majalah Time Asia untuk melaksanakan amar putusan yang berisi tuntutan-tuntutan penggugat yang dikabulkan oleh lembaga peradilan tertinggi itu, tapi juga sekaligus menggugurkan hak klaim HM Soeharto dan akhli-akhli warisnya terhadap hal-hal yang secara langsung ataupun tidak langsung berhubungan, terkait dan merupakan pokok sengketa, baik dalam hal-hal pokoknya, sekunder, maupun yang terkait dengan kedua hal tersebut! Terakhir saya bertemu dengannya, di Taman Suropati, setidaknya mirip beliau, saya lewat di depannya tengah duduk-duduk sendiri di atas salah satu kursi yang ada di sana, dalam perjalanan saya pulang dari minum jamu, ke Kwitang. Kalau ‘ngak sedang mabuk, mungkin saya akan sedikit sok kenal, dan sok dekat.
Dengan menggunakan alur, konstruksi dan konsepsi pemikiran konspiratif, tentu saja ada banyak implikasi hukum lain yang dapat ditarik dari putusan hukum tersebut, tergantung dari aspek, kepentingan dan sudut pandang mana kita melihatnya. Apa kepentingan anda di balik semua itu? Tapi saya rasa, para pihak dalam sengketa hukum tersebut tentu telah memikirkan jauh lebih luas daripada yang dapat diketahui oleh masyarakat umum.
Ini bisa saja dilihat sebagai sebuah bentuk kemenangan hukum semata yang tidak lebih dari bagian-bagian terakhir dari serangkaian proses hukum dan peradilan yang pada akhirnya memutuskan dan memerintahkan pihak tergugat untuk melaksanakan kewajibannya, tapi dapat juga berkembang dan merupakan suatu memontum atas serangkaian efek domino yang meluas, dan mengikat para pihak di kemudian hari!
Implikasi klaim yang saya terangkan dengan mengadopsi perkara hukum majalah Time Asia Vs HM Soeharto hanyalah sebuah cerita analogi semata, sebuah cerita yang tidak penting untuk dibahas lebih jauh di sini, dipikirkan dan kita persoalan lebih lanjut. Sebuah cerita yang tertingal untuk anak-anaknya entah cucu-cucunya. Boleh jadi, ini akan menjadi cerita yang menarik. Sedangkan yang cerita yang ini hanya untuk menerangkan;
"Seperti apa saya maunya dikenang?"
Seperti misalnya, saya maunya di kenal dan dikenang seperti ini; Salah satu di antaranya adalah bahwa; Sekalipun saya pernah terlibat dalam beberapa kali aksi demonstrasi, unjuk rasa mahasiswa antara tahun 1997-1998, akan tetapi saya sama sekali tidak ingin dikenal, tidak pula ingin dikenang sebagai seobagai seorang aktifis mahasiswa, terlebih anggota ataupun simpatisan gerakan mahasiswa saat itu, demikian pula dengan salah satu elemen gerakan mahasiswa berskala nasional yang memiliki basis yang kuat dan meluas, yang paling berpengaruh ketika itu karena kemampuannya memobilisasi aksi mahasiswa, massa dan opini, di Fakultas dan Universitas tempat saya kuliah, yaitu Forum Kota.
"Saya bukan bagian dari mereka, dan mereka tidak pernah menjadi bagian dari saya, dalam doktrin, pemikiran dan pergerakan. Demikianlah saya ingin dikenal dan dikenang!
"Selamanya?"
"Ya!"
Tidak diragukan lagi, mereka merupakan sebuah komunitas aksi yangcenderung ekstrim dan radikal, tidak saja dalam aksi-aksi jalanan mereka, tapi juga dalam doktrin perjuangan dan ideologinya. Dalam banyak hal yang mewakili ide dan konsep perjuangan dan perubahan, mereka bertolak belakang dengan pemikiran, keyakinan politk dan moral yang saya pegang dan saya yakini. Sampai pada tingkat-tingkat tertentu, mereka merupakan organisasi yang bahkan jauh lebih fasis dan despotis dari rezim sebelumnya. Ini adalah fakta yang ironik, dari sebuah pergerakan yang berlabel demokrasi dan perubahan serta perbaikan untuk semua. Perlu penulis yang hebat untuk membalikkan argumentasi dan penjelasan ini, itupun jika anda protes. Saya berharap tidak berada di sini saat mereka menjadi Pejabat-Pejabat Pemerintahan, Mentri-Mentri, Birokrat dan Politisi.
"Kerja kalian cuma bisa merusak!"
"Ya, itulah yang terjadi kemudian. Di tingkat lokal, mereka adalah rezim-rezim sebelumnya dalam pakaian dan kosmetik yang berbeda. Tawaran mereka atas perubahan hampir tidak ada yang menarik dan bermanfaat. Setidaknya dari sudut pandang saya sendiri. Anda tidak akan sedikitpun melihat ada yang berbeda di sana. Dengan kecerdasan saya, saya beroposisi terhadap mereka, dalam pemikiran, ideologi, dan garis-garis doktriner perjuangan. Itulah kebanggaan dan kehormatan saya, hingga akhir kuliah, sampai sekarang, dan selamanya!"
"Mengapa?"
"Saya cukup terabadikan secara nyata, dengan jelas dalam beragam potret dan tulisan, dan kesemua hal tersebut menunjukkan bahwa saya sekalipun tidak pernah berunjuk rasa, ataupun hadir dalam forum-forum rapat aksi yang diadakan dan berada di bawah atribut dan panji-panji ForKot."
"Lagipula..! "Mengapa?"
"Saya tidak sepaham dan sejalan dengan pemikiran dan konsep perubahan yang mereka tawarkan. Di tataran ide, terlalu ideal untuk dapat terwujud. Dengan kata lain, ide-ide mereka tersebut adalah ide-ide yang belum tuntas. Di tingkat penerapan praktis, ide tersebut tidak lebih adalah pembodohan laten. Akan tetapi, tidak dapat saya dan siapapun pungkiri bahwa ide dan konsep pemikiran serta metode-metode pergerakan yang mereka tawarkan dalam menyongsong dan memenuhi tuntutan perubahan, pembaharuan dan perbaikan adalah sikap dan pemahaman yang selaras dengan apa yang ada di benak kaum marjinal kota dan Mahasiswa, kala itu!"
"Kapan demonstrasi, unjuk rasa terakhir anda?"
Bersama tidak lebih dari 10 orang teman, kesemuanya adalah mahasiswa seangkatan dengan saya, kami berunjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta, kira-kira dua hari menjelang Gus Dur meninggalkan Istana Negara! Sekitar 3-4 jam kami berada disana! Ditengah aksi, secara kebetulan saya melihat seorang Bisnisman dan Selebriti lewat di depan kami, dia berada dalam mobilnya yang tengah melaju langsam!
Suatu siang di suatu hari di tahun 2006 saya mendengar Gus Dur masuk rumah sakit, malam harinya saya mencoba mengunjunginya di sebuah rumah sakit di daerah Senen, dengan membawa satu eksemplar novel Pengacara Pilihan. Karena tidak bisa bertemu beliau, terpaksa novel tersebut saya titipkan kepada keluarganya yang berjaga di sana. Saya tidak tahu apakah novel tersebut sampai atau tidak? "
"Dan kapan yang pertama kali"
"Kalau persoalan unjuk rasa semata, pertama kali terjadi di tahun kedua saya kuliah, saaat itu saya mencoba mengakomodasi keyakinan teman-teman sepaduan suara saya untuk memboikot pengiriman tim paduan suara Universitas untuk mengikuti lomba paduan suara Gerejawi (Pesparawi) antar mahasiswa se-Indonesia di Ambon. Persoalannya, kami diwajibkan menanggung separuh dari biaya perjalanan dari uang pribadi. Setelah berdiskusi tanpa ada jalan keluar, akhirnya saya mewakili teman-teman menyatakan memboikot keberangkatan tim, dimana saya juga menjadi bagian, selama pihak Universitas dan Yayasan tidak mau menanggung seluruh biaya keberangkatan.
Akhir cerita, pelatih tim paduan suara kami akhirnya sepakat dengan pihak Rektorat untuk mengadakan konser pra keberangkatan untuk mencari dana tambahan dari yang dapat diberikan oleh pihak Rektorat UKI Jakarta. Demikianlah pada akhirnya kami berangkat dengan biaya yang semuanya ditanggung oleh pihak Universitas plus hasil dari konser tersebut. Hasilnya, kami juara harapan empat!
"Hasil yang tidak mengecewakan untuk para pemula, pikir saya saat itu!"
"Maksud saya..."
"Unjuk rasa, demonstrasi mahasiswa?"
"Tepat!"
"Di tahun 1997, bulan April, itu adalah demonstrasi kali pertama mahasiswa se-Jakarta. Saya memimpin, menjadi kordinaor aksi lapangan unjuk rasa yang berakhir dengan long mars mahasiswa dari kampus UKI Jakarta menuju ke Kampus UI di jalan Salemba Raya. Beberapa hari sebelumnya dan sesudahnya, kalau saya tidak keliru berarti benar bahwa beberapa orang mahasiswa dikabarkan telah meninggal tertembak di beberapa kampus di Jawa. Forum Kota (ForKot) sendiri sebagai sebuah organisasi, sebuah elemen elit aksi, salah satu unsur dan komponen pokok dari proses dan gelombang Reformasi baru terbentuk beberapa bulan kemudian, dalam sebuah rapat akbar simpul-simpul kota! Kalau tidak salah dua bulan kemudian! Saya tidak pernah ada di sana"
"Ada cerita yang tidak kalah menariknya di sini!"
“Bagaimana itu?"
"Saat tengah berorasi di depan rombongan dan massa yang terus merengsek mendekati kampus UI, tepat di pertigaan Salemba dan Diponegoro, beberapa meter dari plang Orde Baru yang belakangan, beberapa jam kemudian dirubuhkan oleh mahasiswa UI dan massa, dari balik kerumunan polisi yang mengawal arak-arakan Mahasiswa, tiba-tiba muncul Kapolres Jakarta Pusat saat itu, menghampiri dan kemudian menepuk pundak saya.
"Kamu 'ngapain di sini?" tanya dia
"Berjuang untuk rakyat, sama seperti bapak!" jawab saya polos.
"Mengapa dia bertanya demikian?"
Begini ceritanya;
Pada suatu hari, beberapa bulan sebelumnya, sebelum hari itu, bersama satu orang teman, saya duduk-duduk di sebuah warung rokok yang tidak jauh jaraknya dari kampus. Saya baru saja keluar kelas kuliah. Tiba-tiba seorang laki-laki berbadan tinggi besar dan tegap menghampiri kami dengan motornya. Dia berhenti tepat di depan saya, lihat sana-sini sebentar seperti sedang mencari seseorang, lalu memelototi saya.
"Lihat apa pak?" tanya saya sedikit emosi.
"Apa urusannya dengan kamu?"
Mendadak emosi saya meledak dan dalam waktu singkat perkelahianpun terjadi, dibantu oleh teman saya tadi.
Tapi meskipun dua lawan satu orang, perkelahian tetap tidak seimbang. Saya terus terpojok. Melihat situasi yang tidak menguntungkan itu, teman saya bergegas berlari masuk ke dalam kampus dan memanggil mahasiswa yang lain. Dalam sekejab, mahasiswa satu kampus berhamburan keluar membantu saya.
Situasinyapun segera berbalik dengan cepat.
Gantian lawan saya yang terpojok.
Namun menjadi tidak seimbang!
Dalam sekejab mata, dia berubah menjadi babak belur, entah oleh tangan siapa. Ini massa, pengeroyokan.
Setelah berada dalam kondisi yang tidak berdaya sama sekali, dia lalu diinterogasi oleh senior-senior saya. Tapi hanya sekilas. Dia mendadak dibiarkan pergi setelah memberi sejumlah uang kepada saya.
"Untuk beli obat!" kata senior-senior saya.
Uang itu kemudian kami belikan makanan di kantin rumah sakit depan Kampus.
"Siapa dia?"
"Rupanya Polisi yang berpakaian biasa yang tengah mengumpulkan sejumlah informasi penting!"
"Mengenai apa?"
"Perkelahian yang dilakukan oleh rombongan mahasiswa yang sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah Diskotik di Jakarta Barat. Rencananya mereka akan menyerbu Diskotik tersebut, karena sebuah persoalan yang melibatkan salah satu dari kawan saya beberapa malam sebelumnya. Saya tidak ikut serta, tapi saya melihat mereka dari kejahuan, saat mereka sedang menunggu bus kota. Mereka adalah rombongan teman-teman seangkatan saya. Saya angkatan 1995.
"Mengapa?" Dia dipukul oleh keamanan Diskotik karena tidak mau membayar minuman yang telah dia minum. KTPnya juga ditahan."
"Bagaimana akhir cerita di Diskotik tersebut?"
"Mereka berdamai tidak sempat terjadi perkelahian!"
"Yang dikampus bagaimana?"
Damai untuk sesaaat, untuk beberapa jam karena tak lama setelah itu, rombongan puluhan polisi yang sebagian besarnya sebaya dengan kami gantian menyerbu masuk kampus!
"Hasilnya?" "Dua orang tertangkap. Salah satu diantaranya adalah saya, dan seorang senior. Saya tertangkap saat tengah bersembunyi di balik rak-rak buku dalam perpusakaan. Selama beberapa malam, saya mendekam di sel tahanan Polres Jakarta Pusat, untuk diinterogasi.
"Apa kaitannya dengan Kapolres itu?"
"Pihak Dekanat FH dan kepolisian berhasil mengambil jalan damai dengan negosiasi yang alot. Kasus saya ditutup. Tapi sebelum saya meninggalkan sel, Kapolres memanggil saya ke ruangannya, mengajak saya makan siang dan bercerita beberapa jam, hingga Magrib dengan saya. Disinilah dia mengenal saya!
Saat pulang ke tempat kost di Blora, saya diantar oleh seorang senior dengan menggunakan bus tingkat yang kosong. Sepertinya memang sudah dipersiapkan untuk kami. Rombongan Polisi yang sebagian besarnya adalah Perintis, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari yang menyerbu kampus mengikuti bus dengan suara motor meraung-raung keras, yang saya tumpangi dari depan Polres hingga ke tempat pemberhentian saya.
Entah apa maksudnya. Yang pasti saya sangat ngedrop, down dan ketakutan! Sebagaimana yang sudah-sudah saya katakan bahwa saya adalah seorang yang bebas dan merdeka. Sampai pada tingkat-tingkat dan momentum tertentu, saya adalah seorang pribadi dengan kecenderungan ekstrim. Itu adalah kali pertama saya berurusan dengan Polisi, dan tak pelak lagi, sedikit banyaknya berpengaruh terhadap stabilitas mental dan emosi saya dalam berhadapan dengan beragam situasi. Sejak saat itu, mentalitas agresif dan ektrim saya tereliminasi secara alamiah setiap kali berhadapan dengan beragam situasi dan kerumunan-kerumunan yang memanas yang cair dan berada di luar kendali. Kerumunan massa yang cair, akan berakhir pada brutalisme, amuk massa atau bahkan anarkisme. Kondisi yang berbeda dengan perang, dimana konflik seliar apapun, arah dan peta konfliknya jelas, terkonsep, terarah dan terlokalisir secara sistematis. Semacam shock terapi yang menuntun saya untuk tidak bertindak dan terlibat lebih jauh pada hal-hal ekstrim, diluar kendali dan diluar batas akal sehat.
Dalam konteks gelombang eforia Reformasi yang pecah kurang lebih setahun kemudian, shock terapi tersebut seperti cambuk dan kekang yang ampuh mengendalikan gejolak muda saya untuk terlibat aktif dan lebih jauh terlibat dalam gerakan tersebut.
"Semoga kejutan tersebut dapat membuatmu cerdas dan pandai dalam mengukur diri, dalam mengendalikan diri, emosi dan pikiran-pikiran idealmu. Semua itu tidak penting di sini. Erich...., akan ada gelombang dan perubahan politik dalam beberapa waktu dekat, ke depan. Paman tidak ada di sini. Kami tidak ada di sana. Kepentingan nasional Amerika tidak tersentuh. Menjadi penonton saja, itu akan membuatmu jadi lebih baik. lebih enak terlihat demikian. Perhatikan dengan seksama arahmu, dan ukur dengan cermat setiap langkahmu. Sampai di tingkat-tingkat dan tataran tertentu, kami mungkin tidak akan masuk ke sana, dan menolongmu!"
Demikianlah kemudian saya adalah seorang Mahasuiswa yang bebas, merdeka aktif dan terkendali, yang sangat berhati-hati dalam melangkah, berpikir matang 2, 3 kali lipat sebelum membuat keputusan. Tak ada batasan yang saya langggar, dan juga tidak ada pertunjukan saya di panggung orang lain. Kalupun ada, itu semua cuma cerita, cuma katanya, Cuma cas-cis-cus!
"Panjang juga ceritanya"
"Cerita seutuhnya jauh lebih panjang dan berlika-liku. Saya masih punya beberapa cerita lagi!"
"Tidak usah kamu ceritakan, saya sudah punya gambarannya!"
Selanjutnya?'
"Yang kedua saya meleburkan diri dalam rombongan parodi atau theater jalanan Mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di depan Hotel Hilton selepas Semanggi beberapa jam menjelang pintu pagar gedung MPR/DPR berhasil di dobrak oleh mahasiswa. Di tahap ini, kami berada di jalur paling kiri, di samping ForKot yang di barisan terdepannya sebagian besarnya adalah terdiri dari senior-senior dan junior-junior sealmamater dengan saya, yang memadati dua jalur tengah jalan, memanjang, yang tidak terlihat ujungnya sampai di mana. Menjelang Taman Ria Senayan, kedua rombongan menyatu, dan sayapun menghilang, larut di tengah lautan massa yang jumlahnya ratusan ribu, mungkin juga berjuta jumlahnya. Dalam proses pendudukan gedung MPR/DPR, ForKot adalah elemen aksi yang paling besar dan paling agresif saat itu. Mereka jugalah yang menjadi sorotan dan fokus utama pemberitaan pers dan perhatian publik. Saya kira pers dan publik menaruh banyak harapan-harapan kepada kiprah, dan sepak terjang perjuangan ForKot.
Saya tidak ada di dalam sana.
Saya masuk ke halaman gedung MPR/DPR lewat pintu depan, sehari setelah pendudukan, tengak-tengok sejenak kurang dari sejam, melihat situasi dan perkembangannya, lalu saya keluar lewat pintu belakang. Mungkin saat itu saya gentar karena ada chaos kecil-kecilan di depan pintu masuk. Saya pikir aparat yang menyerbu masuk, rupanya saya keliru!"
"Cukup seru. Selanjutnya?"
"Ini yang terakhir!"
"Kapan?"
"Beberapa jam setelah penembakan terhadap Mahasiswa Trisakti yang menyebabkan tewasnya beberapa orang mahasiswa. Bersama beberapa puluh orang mahasiswa FH UKI, saya memimpin mereka menyampaikan rasa simpati dan belasungkawa kami dengan ikut bergabung bersama ribuan mahasiswa lainnya di kampus Trisakti, di Grogol. Kami berjalan long marsh, istilahnya saat itu, dari depan kampus Unkrida, melewati fly over balik arah yang dikawal oleh ratusan Aparat Kemanan, lalu masuk ke kampus Trisakti lewat pintu depan.
Beberapa jam kemudian, terjadi chaos yang seru dengan aparat kemanan!"
"Anda dimana?"
"Saya berlari tunggang-langgang menyelamatkan diri dari amukan gas air mata, melewati pintu samping yang menghubungkan kampus Trisakti dengan kampus Untar, lalu tak lama kemudian menghilang di antara perumahan padat penduduk yang ada di belakang kampus. Beberapa jam kemudian, saya mendapati diri saya muncul di Pancoran! Ha.., ha.., ha..!
"Anda berputar-putar lewat jalan mana?
"Tidak tahu...!"
"Waktu itu anda long marsh membawa...."
"Saya..? Kami hanya mahasiswa biasa. Tidak ada kibaran atribut. Hanya jaket almamater saja. Panji-panji ForKot berjam-jam, berhari-hari sebelumnya telah berkibar dengan megah di dalam kampus Trisakti! Setelah hari itu, saya tidak lagi terlihat hadir di tengah-tengah ataupun di pinggiran aksi unjuk rasa Mahasiswa. Saya kembali ke kampus, belajar, sambil secara perlahan-lahan menggalang gerakan oposisi pasif terhadap aksi dan pergerakan mahasiswa, terhadap ForKot. Simpul, representasi, sayap atau perwakilan mahasiswa UKI Jakarta dalam Forum Kota atau Simpul Kota, berasal dari komunitas mahasiswa yang menamakan dirinya Keluarga Mahasiswa. Komunitas tersebutdi tingkat local UKI adalah merupakan wadah yang tidak bernaung dan merupakan organisasi mahasiswa yang resmi dan diakui secara formal oleh institusi. Dapat dikatakan, formasi organisasinya tidak jelas, tapi rantai komandonya jelas. Bagi saya ini adalah kenyataan yang membingungkan dan sekaligus membodohkan, jika kita berbicara tentang organisasi. Bersama beberapa puluh orang kawan, kami kemudian mendeklarasikan ForDes (Forum Desa) sebagai satir atau parodi terhadap ForKot (Forum Kota). Nama itu kemudian dirubah minggu itu juga menjadi ForSot (Forum Sok Tahu). Masih di minggu yang sama ForSot berubah menjadi ForBel (Forum Belakang) karena rapat-rapat pendeklarasiannya diadakan di bawah poson asem tua yang seumuran kampus itu sendiri, di samping lapangan bola yang berada di belakang kampus. Nama tersebut hanya bertahan beberapa hari. Minggu berikutnya ForBel berubah menjadi ForDiMa (Forum Diskusi Mahasiswa). Wadah inilah yang kemudian menjadi payung bagi saya dalam menggalang beragam kegiatan aktifitas pro aktif mahasiswa, non politis dalam kampus."
"Rupanya anda cukup banyak berlari juga ya?"
"Ha.., ha.., ha..! Saya cukup pandai dan punya banyak pengalaman dengan hal seperti itu. Suatu waktu saya pernah mewakili SMA saya dalam sebuah lomba Long mars seJakarta dalam rangka memperingati 17 Agustus 1945. Saya rasa waktu itu kami tidak mendapatkan juara apapun. Tim sekolah saya tercecer di sana-sini, dan saya sendiri sampai ke garis finish dengan kaki bengkak-bengkak! Beberapa orang lagi setahu saya bahkan tidak sampai ke garis finish!"
Pada kenyataan yang sesungguhnya, saya bukanlah seorang aktifis, tidakpula mantan seorang aktifis mahasiswa. Mungkin itu adalah sebuah atribut artifisial dan kosmetik yang mengesankan bagi beberapa orang. Itu adalah identitas, simbol status dan kekuatan yang mengisyaratkan lingkungan pengaruh yang luas, akan tetapi saya tidak ingin dipandang dan dikenang seperti itu. Saya hanyalah seorang mahasiswa biasa, yang bergerak dan berkehendak bebas. Sebagai orang yang bebas dan merdeka, saya adalah mahasiswa yang proaktif, bukan proaksi! Saya tidak memiliki ikatan sejarah serta kapasitas apapun yang cukup memadai dan memungkinkan saya secara objektif dan subjektif mengklaimnya. Dan jika kata melepaskan dianggap sebagai sebuah kata kerja baik itu aktif maupun pasif, pun tidak ada relevansinya! Dengan kata lain, bagian ini, mereka dan saya adalah bagian dari masa lalu yang sebenarnya tidak perlu dibahas, tidak penting."
Menulis tidak ubahnya dengan pekerjaan menambang berlian, batu-batu mulia.
"Apa maksudnya?"
Sebagaimana menambang, menulis juga bukan merupakan sebuah pekerjaan yang mudah. Jika anda melakukannya dengan baik, menyeburkan diri ke kedalaman pusarannya secara total, mungkin saja anda akan membanting tulang dan mencucurkan keringat lebih banyak dari pada peluh keringat para penambang di lorong-lorong gelap yang panjang dan menakutkan. Tapi percayalah bahwa, akan tiba saatnya tangan-tangan anda akan mendapatkan, menghasilkan satu persatu berlian-berlian anda, Mooi Klippe, Diamondo anda yang bening berkilau dan tentu saja berharga.
Tiap-tiap eksemplar tulisan anda yang terjual sebagai buah pergumulan panjang anda di lorong-lorong gelap kehidupan, adalah butiran-butiran berlian berkilau..., dan berharga. Berkilauan seperti titiktitik cahaya dari ujung terowongan. Dan jika itu bergulir seperti segenggam bola salju dari puncak gunung berlapis gletser dan salju abadi, tulisan-tulisan anda adalah butiran-butiran keringat yang akan menjelma menjadi butiran-butiran berlian yang telah anda semaikan di ladang kehidupan anda.
Jika anda melakukannya dengan baik sabar dan tekun, saya hanya bisa berpesan, anda mungkin hanya akan memerlukan sedikit waktu lagi, sedikit kesabaran saja, dan pada akhirnya anda akan melihat pohon kehidupan anda akan tumbuh berkembang dengan sempurna, dengan suburnya, di pekarangan hidup anda.
Dan saat tiba masa menuai, anda akan melihat tangan-tangan kecil anda akan menuai, memetik satu persatu berlian-berlian anda tersebut langsung dari pohonnya, dari pohon kehidupan anda.
"Pernah membayangkan memetik sendiri butiran-butiran berlian langsung dari ranting-rantingnya dan dahan-dahan pohon sendiri?"
Saya berharap, kalian masih sempat mengingat tulisan-tulisan, butiran-butiran yang pernah saya tulis dari semenjak kuliah hingga saat ini. Hal ini penting bagi saya untuk meyakinkan kalian bahwa menulis dalam waktu ke depan adalah pilihan dan jalan hidup saya. Saya pikir ada cukup banyak dan beragam tulisan, baik yang berupa essay hukum dan artikel kritis, yang mana, separuh dari tulisan-tulisan tersebut adalah tulisan-tulisan yang saya buat dalam sebuah rentang bentangan sejarah. Namun, bukan sejarah saya. Dengan harapan yang saya tanamkan ini, saya ingin membawa kalian masuk ke dalam salah satu bidang investasi yang paling berharga dalam hidup anda, dalam hidup setiap orang, yaitu berinvestasi pada pohon kehidupan!
"Pernah merasakan memetik berlian yang ranum dari pohonnya? Pernah mengalaminya, atau paling tidak membayangkan mengalaminya?"
Suatu waktu, saya akan membuka pagar rumah saya untuk kalian datang dan memetik sendiri butir-butir berlian langsung dari pohonnya. Berapa banyak kira-kira yang akan kalian petik dan bawa pergi?
"Hei kawan.., saya adalah tuan rumah yang tidak sedang berada di rumah!"
Paling tidak, jika tulisan-tulisan saya telah membuahkan hasil, hingga akhirnya terjual dalam jumlah jutaan eksemplaar di seluruh dunia, hasil-hasil penjualannya, royaltinya dan tentu saja bonusnya, setidaknya dapat saya gunakan untuk membeli ratusan bahkan ribuan butir-butir berlian dari Felice atau mercahand sejenis lainnya, lalu menggantungnya pada sebuah pohon di pekarangan rumah saya. Setelah itu baru kemudian mengundang kalian datang bertandang untuk melihatnya, untuk mengaguminya, memuja dan memujinya, setelah itu lalu..., memetiknya! Berapa banyak kira-kira yang ingin kalian petik dan bawa pergi kawan?
"Itu adalah berlian-berlian yang saya gantung untuk kalian, untuk kalian petik dan bawa pulang ke rumah. Jadi, memetiknya pelan-pelan saja. Jika ternyata kemudian giliran anda tiba pada pohon yang telah dipetik habis, kalian tinggal bilang, kalian tinggal pesan. Saya akan datang berlari dan bergegas, karena saya masih menyimpan dan masih bisa membeli lebih banyak lagi berlian-berlian untuk saya gantung, untuk orang-orang yang masih tersisa dari antrian!"
"Wele.., wele.., wele.., Erich!"
Bagaimana dengan mooi klippe yang sesungguhnya kawan Erich?
Perlu saya tekankan di sini bahwa secara pribadi, saya tidak perlu dan tidak tertarik memikirkan satu atau dua butir berlian sekalipun sesungguhnya yang ada di tangan orang, berlian yang tidak diperuntukkan buat saya. Karena saya percaya dan yakin sepenuhnya bahwa suatu waktu nanti saya akan bisa memiliki pohon berlian sendiri dari pekarangan kehidupan saya sendiri. Sampai sekarang, setidaknya saya telah menghasilkan tiga pohon berlian sendiri. Cepat atau lambat, pohon tersebut pasti berbuah.
Tapi sekedar untuk menanggapi pertanyaan di atas...
Itu mungkin saja terjadi.
Saya pernah mengalaminya untuk satu butir, namun saya masih terlalu amatir, lugu dan mungkin bodoh ketika itu. Kita masing-masing mungkin saja dapat mengalami dan mengulangi pengalaman serupa, keberuntungan-keberuntungan yang sedemikian itu di kemudian hari. Tapi saya berharap tidak dengan keluguan dan keamatirannya!
Jika itu benar-benar terjadi, perlu saya tekankan di sini bahwa yang pasti saya tidak akan mendapatkannya dari yang selama ini saya ketahui. Terlalu kecil, kapasitas saya tidak untuk masuk dalam hal-hal yang demikian itu. Tapi kemungkinannya dapat saja dihadirkan dan diarahkan sedemikian rupa menghampiri kalian.
Siapakah kalian?
Bisakah kalian mengatasinya?
Tahukah kalian prinsipnya?
Itulah semuanya yang menjadi persoalan bagi saya!
Pada halaman kosong antara prolog dan bab satu novel Master of the game; Ratu berlian, karya Sidney Seldon yang diberikan seorang kawan kepada saya, seorang Ambros untuk mengisi hari-hari penantian yang menyebalkan di penghujung Desember 2007, kepadanya saya menulis sebuah catatan kecil, sebait nota, sebuah dialog imajiner yang singkat. Bunyinya;
"Dhanny Doe, pria dengan gerakan gemulai yang lamban, mungkin karena itulah sebabnya setiap gerakannya seperti gerakan tarian tari yang menyentak, yang menghentak anggun pelataran parkir apartemen The Peak yang eksotis dan ramping, bergerak cekatan menuju ke lantai 16, tempat dimana kamar Kasman yang menghadap ke sisi selatan Jakarta berada. Buru-buru tanpa sungkan sedikitpun, cepat dia membuka pintu kamar yang dibiarkan berada dalam keadaan tidak terkunci itu, menghempaskan tubuhnya ke salah satu bagian dari sofa lembut berwarna cokelat yang ditemuinya di sana, lalu meraih sebuah plastik transparan kecil dari balik kaos kakinya yang ditarik hingga ke pangkal dengkul. Dengan ketegangan yang tersembunyi, Kasman, yang juga pernah berbisnis tembikar antik dari era dinasti Sung dengan saya beberapa tempo silam itu, mengikuti setiap detail gerakannya, dia telah menunggu kedatangannnya berjam-jam yang lalu. Jika diibaratkan lipatan dan riak-riak gelombang laut yang menghempas pantai, tembikar-tembikar antik tersebut baru berupa buih-buih Sung, belum gelombang Sung. Namun bagaimanapun, sebuihSung apapun itu, itu adalah pengalaman yang hebat, yang sangat langkah, dalam hidup dan masa muda saya. Kasman, dia adalah seorang pria kampung yang lugu, yang hebat dalam banyak hal, Pembantu Rumah Tangga dari seorang majikan yang kaya raya, di pemukiman elit Menteng. Itulah yang saya ketahui tentang dia.
"Ini barangnya..!"
Perlahan dan extra hati-hati, Kasman, yang mengetahui banyak hal, karena melakukan banyak hal itu, meraih kantong plastik clip bening ukuran sachet yang berisi dua butir berlian dari tangan Dhanny Doe. Cemerlang kemilaunya, berkeling dengan sempurna membentuk ribuan garis-garis warna bianglala, membentuk siluet menawan terputus-putus, menembus lapisan tipis plastik klip bening itu, demikianpun dengan ukurannya.
Berapa karatnya, berapa besar nilainya?
Belum bisa dipastikan dengan tepat.
"Prosesnya mungkin tidak akan semudah sebelumnya!" pikir Kasman dalam, mengingat riwayatnya! Perlu sedikit polesan yang serius agar barang itu dapat dipasarkan dengan harga yang pantas. Untung saja dia memiliki sedikit pengetahuan dan keahlian untuk melakukan semua hal urusan itu.
"Menurutmu ini apa?"
"Terserah kau maunya apa! Aku sudah terlalu letih memikirkannya!"
"Kerikil Atau Sclersterkah?"
"Adakah selisih yang berharga untuk kita dari sebutir kerikil, sebutir Sclerster, sebagaimana yang kau maksud itu?"
"Bagaimana Tari?"
Tari, si tukang cerita yang hebat itu tersenyum kepadanya, dari kejahuan tempatnya bersandar dalam keadaan berdiri sambil melempar padangannya jauh melingkari langit-langit Jakarta dan pelataran parkir berbatu di bawahnya. Dia memutar-mutar sebentar salah satu berlian lain yang ada di tangannya, lalu jawabnya;
"Saya rasa ini adalah sebutir Mooi Klippe. Demikian juga dengan yang ada di tanganmu itu. Diamondo yang berharga untuk beberapa orang lagi. Saya mengenal beberapa orang Nippon yang menyukai ukurannya, irisannya, kebeningannya dan kilauannya. Harganya berapa pastinya, belum dapat kukatakan sekarang. Yang ini tidaklah untuk di kira-kira. Namun...., cukup berharga, itu menurutku!"
"Bisakah kita berbisnis dengan mereka?"
"Akan saya coba mengatur jadwal penerbangan untuk kita secepatnya!"
"Grr..!" Dhanny Doe mengerang mendengar percakapan kedua orang itu, lalu menyambar cepat segelas Wiskey regal dari meja pendek di depannya yang terbuat dari pualam kristal Bohemia yang menawan, meneguknya perlahan-lahan sambil menutup rapat kedua kelopak matanya.
"Saatnya kita berbisnis...., kawan!" katanya tegas mendesis, masih dengan mata tertutup.
Ingin tahu dimana saya mengahabiskan detik-detik terakhir dari Desember tahun ini, tahun 2007?
Dimanapun itu, tetaplah penting untuk anda ketahui bahwa; Dunia ini adalah sebuah dunia yang terbuka bagi siapapun, dimana antara mereka dan saya, antara anda dan mereka, antara orang-orang jahat dan orang-orang baik, antara pibadi-pribadi peraih prestasi dan orang-orang yang tidak berguna sama-sama memiliki tempat, hak dan kesempatan yang sama untuk hidup dan berkembang. Bahkan kalau saya tidak salah, jauh lebih banyak orang-orang jahat yang berumur panjang dari orang-orang baik. Coba saja perhatikan ratio perbandingan antara jumlah penjahat yang mati setiap harinya di koran-koran kriminal dengan jumlah mayat yang masuk ke kamar mayat.
"Hei.., anda kemana tuan?"
"Mencari tahu, bodoh!"
Salah satu sifat saya yang paling saya sukai adalah bukan saja kemampuan saya untuk memiliki uang, tapi juga membelanjakannya dengan cara-cara yang benar. Tentu cerita tentang mentalitas pembelanjaan ini akan terus betambah jika saja saya tidak terlalu cepat terjatuh. Diantara mereka yang tidak sempat merasakannya, kapan dan berapa uang yang saya miliki adalah keluarga saya. Kontras yang sangat ironis, bertolak belakang dalam segala hal dengan situasi yang saya rasakan saat ini, dan bertahun sebelumnya. Ini adalah kenyataan yang tidak baik, beban psikologis yang sangat berat, dari sejarah yang tidak seimbang.
Berikut ini adalah suatu situasi yang lain, yang menggambarkan sekaligus mewakili sifat dan mentalitas negatif dari Super ego, Megalomanic dan Superioritas complex, sebuah gambaran mentalitas yang di batas-batas tertentu, dari sudut pandang bukan diri saya, adalah mentalitas yang buruk. Semua itu benar. Kepada salah satu dari mereka sebagai representasi dari yang lain saya pernah berkata bahwa mungkin sekarang saya miskin dan terpaksa harus bertemu dengan kalian, untuk mengiba sedikit kebaikan, tapi soal uang, mungkin saya pernah mendapatkan uang jauh lebih banyak jumlahnya, lebih besar dari pada yang pernah kalian pegang di umur yang sama dan tahu, dimana saya menghabiskannya? Apakah saya teringat untuk mengampiri kalian? Tiap kebajikan, sekecil apapun, senantiasa ada sejarah di belakangnya! Dari sudut pandang bukan saya, jelas-jelas ini merupakan arogansi.
Lalu bagaimana jika suatu waktu keadaan ekonomi saya kembali membaik dan akhirnya saya memiliki kembali uang dalam jumlah besar. Situasi ekenomi saya kembali membaik? Apa saya akan mencari kalian? Atau paling tidak menghampiri, sekedar lewat di depan kalian untuk sekedar memamerkan kekayaan saya?
"Tidak.., itu bukan gaya saya!"
“Seperti apa gayamu?”
“Saya akan berjalan menjauh, sejauh mungkin...”
“Ini berarti kamu akan mengukur panjang dan lebar dunia!"
“Itulah yang layak saya dapatkan. Itulah yang kemudian akan saya lakukan!"
Kemiskinan saya sekarang bukanlah gambaran saya dikemudian hari. Saya percaya bahwa suatu waktu kalau saya perlahan dan bertahap akan seorang pribadi yang makmur, lepas dari kemiskinan saya, yang seharusnya sama sekali tidak mengurangi status dan kehormatan saya. Mengaburkannya, itu mungkin saja. Kehidupan pasti akan membaik kembali.
Apakah anda masih berpikir lebih jauh tentang reward dan regards?
Semua itu telah saya miliki sebelumnya.
Bagaimana dengan sumbangan?
"Saya tidak ingin menceburkan diri kedalam safetythank, ke dalam comberan. Hal tersebut adalah sesuatu yang sangat rentan dengan prakek-praktek perbuatan melanggar hukumnya, sangat manipulatif, sangat rentan untuk disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan yang berbau korupsi, dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Saya hanya akan bertanggung jawab penuh terhadap kejahatan-kejahatan yang saya lakukan dengan niat, keinginan dan kesadaran saya sendiri, itupun jika ada, tidak untuk kejahatan yang dilakukan oleh orang lain. Saya tidak akan pernah bersentuhan dengannya, terlebih menerimanya!
"Bagaimana dengan pinjaman?"
"Itulah yang paling masuk akal, paling manusiawi, pertanggungjawabannya jelas!" Dalam kenyataannya, saya adalah orang tidak pernah berhutang apapun, selain daripada utang-utang yang terkondisikan secara sistematis. Piutang yang bersumber dari kehendak bebas saya, sampai hari ini, saya belum pernah berhasil mendapatkannya!
"Itu artinya anda kurang bonafide dari sudut pandang debituur!"
"Entahlah! Tapi boleh jadi argumentasi dan penjelasan tersebut benar."
"Bagaimana dengan rejeki besar yang tidak terduga? Hadiah besar dari undian berhadiah, misalnya..."
"Seperti Savini dan Truffle?
[18]"
"Apa maksudmu?"
Dia adalah seorang lelaki sejati, penggali dan pemburu jamur di pedesaan Pisa, di Roma Italia. Tanggal 27-11-08 dia berhasil menemukan sebongkah jamur Truffle Tuscany berwarna putih seberat 1.50 Kg setelah dia menggali tanah sedalam 80cm, selama satu jam. Jamur temuannya ditaksir akan mencapai USD 206.000 di pasar lelang.
Itulah Savini dengan Jamur Truffle Tuscany termahal di dunia!
"Wow.., menggiurkan sekali!" Bertemu saja saya sudah muak, apalagi berurusan. Saya sudah semakin pandai untuk memilih mana yang pantas dikenang dan mana yang tidak. Jika dianalogikan, kalian tidak jauh berbeda dengan negeri ini, akan dikenang dengan ukuran-ukuran yang sepantasnya! Lebih baik saya menghabiskan waktu saya untuk berbelanja daripada memamerkan apa yang saya miliki didepan kalian. Itupun nanti kalau saya menjadi orang kaya!
"Bisakah kami menebusnya dengan sejumlah uang atau jabatan? Misalnya!"
Uang? Seperti yang lalu-lalu, saya bisa mencarinya sendiri, dan saya pasti akan mendapatnya, cepat atau lambat.
"Bagaimana dengan seks dan perempuan kawan Erich? Negeri ini merasa sepertinya kau tengah dirundung kesepian yang mendalam!'
"Tentang kesepian tersebut, itu tidak diragukan lagi. Memang beberapa tahun terakhir ini terasa sangat sukar sekali bagi saya mengencani perempuan, sesuatu yang sederhana bagi saya di masa lalu. Sangat sederhana bagi saya! Di kampus, saya dikenang sebagai Don Juan berlabel Melayu.
Ini adalah intermeso, cerita sisipan yang tiap kata, kalimat dan detailnya adalah kisah nyata saya yang lain.
Tatapannya binar, berkaca-kaca saat pertama kali melihanya, melihat saya. Seperti malaikat yang baru melihat neraka hidup untuk pertama kalinya.
Aku mendekatinya.
"Kau menyukaiku?'
Dia tidak menjawab hanya memencingkan keningnya.
"Aku menyukaimu!"
Dia tersenyum pendek, lalu melanjutkan pekerjaannya
Dia, si wajah merah, demikian aku menyebutnya, adalah seorang gadis kampung di pinggiran Jakarta, buruh pabrik yang bergaji minimum, jauh di bawah UMR.
Saat itu saya sedang bekerja di sebuah perusahaan pialang dan investasi di bidang perdagangan Future, yang memperdagangkan Forex dan Indeks margin di Bursa berjangka internasional.
Dia terus terang cantik sekali. Setidaknya seperti itulah dari sudut pandang saya.
"Wajar saja.., anda tengah jatuh cinta bukan?"
Lanjut saya....
"Apakah kau melakukan semua ini kepada semua lelaki?"
"Apa maksudmu?" balasnya cepat, dengan disertai segudang rasa ingin tahu.
"Senyummu benar-benar menawan. Sangat menyenangkan. Aku menyukaimu!" kataku sekali lagi.
Kembali, dia tersenyum!
Ini akan menjadi naskah drama kehidupan yang hebat jika saja saya berhasil mendapatkannya bersamaan dengan keberhasilan saya mendapatkan klien. Saat itu buku Free attitude telah selesai. Saya sedang menggarap edisi keduanya. Dengan perkataan lain.., dengan sedikit sapuan dan polesan maskara Meybilline NY, sampo dan creambath di salon kecantikan terbaik, dalam sekejab mata dia akan berubah menjelma menjadi seorang gadis kampung yang jelita, yang banyak uang? Jika dia sakit, kami berdua akan ke Dokter specialis terbaik, yang ada di negeri ini.
Mengapa tidak?
"Jika saya berhasil mendapatkan satu klien saja, basic salary saya perbulannya tidak kurang dari 24 juta, belum termasuk bonus trading, tergantung kepada frekwensi dan kerajinan saya dalam trading!"
Beberapa kali saya berusaha menjemputnya dari tempat dia bekerja, tapi selalu gagal. Mereka telah bubar setelah saya sampai ke sana. Saat itu saya tinggal di sebuah tempat kost menengah, yang letaknya berada di Setiabudi Timur, tepat di belakang Sudirman Resident yang menghadap persis ke The Regent Four Season Hotel dan Apartemen.
Ada yang unik di sini.
Cewek yang saya cintai itu sangat mirip dengan seorang pembantu wanita di tempat kost saya. Kemunculannya pun sehari setelah saya mengenal dia. Selisih umurnya tidak kurang dari duapuluh tahun. Dugaan saya saat itu.., ada yang mengetahui perihal gadis pabrik itu, lalu kemudian menyusupkan si Ibu pembantu rumah tangga tersebut ke tempat kost saya, untuk saya lihat. Mungkin ada pelajaran penting buat saya di sana. Atau bahkan mungkin ejekan, satir untuk saya.
"Erich.., gadis yang kau cintai itu akan seperti ini dua puluh tahun kemudian.., kalau sampai dia tidak masuk salon! Jika kau punya uang, inilah yang harus kau lakukan. Kau! Kau bisa khan menemukan klinik estetika yang pas untuknya?"
Jauh di balik batas nilai-nilai kemurahan hati, disana terkandung nilai lain yang tak kalah pentingnya, yaitu tentang distribusi kemakmuran, sebagaimana pesan lain yang terkandung di balik iklan perempuan TOD'S edisi 2008 dimana Gwynette Paltrow
[19] menjadi modelnya! Untuk ke salon kecantikan dan klinik estetika yang terbaik, saya jelas perlu uang. Untuk mendapatkan uang, saya harus berhasil mendaptkan investor. Satu orang investor sama artinya dengan basic salary yang setara dengan CEO-CEO junior di perusahan-perusahaan menengah dan berskala besar.
Tapi saya tidak perduli!
Sebelumnya saya sudah memiliki lebih dari setengah lusin pacar, kekasih sungguhan. Mereka tidak ada yang lebih cantik dari Juleha, tokoh yang diperankan oleh Titi Kamal dalam sebuah film lokal. Antik mungkin. Saya sudah terbiasa, berpengalaman dan merasa cukup nyaman dengan perempuan yang biasa-biasa saja.
"Yang penting ada lobangnya!"
Ini adalah gurauan entah satir yang umum di masyarakat.
Entah apa maksudnya. Kita tidak akan membahasnya di sini.
Tapi saya sudah terlanjur menyukainya. Sekali lagi terlanjur mencintainya. Saya mengkhayalkan banyak hal-hal hebat dengan dirinya.
Suatu hari saya mendatangi rumahnya. Itu adalah yang pertama kali. Tapi tidak berhasil menemukannya, sekalipun mengelilingi kampung itu seharian penuh dari siang hingga petang. Di kantong saya ada sedikit uang, jumlah yang cukup untuk berjalan-jalan dengannya. Itulah yang saya harapkan sore itu.
Berjalan berdua dengannya! Tidak diragukan lagi, saya adalah seorang pria yang sangat romantis.
Sampai pada suatu sore yang lain, akhirnya saya berhasil menemukannya.
Tapi giliran dia yang lagi-lagi tidak ada di rumah.
"Ya Tuhan.., mengapa bisa jadi kacau begini?" tanya saya dalam hati dengan penuh rasa kesal bercampur bingung.
"Dia tidak ada!"
Jawab seorang perempuanh tua agak ketus, yang mengaku sebagai Ibunya.
Lagi di mana..? ‘ngapain..? Dengan siapa..?
"Lagi main ke rumah temannya!"
"Kapan pulangnya?"
"Mungkin Magrib! Ada apa?"
"Saya ada janji bertemu dengan dia!" jawab saya berbohong.
Bersamaan dengan itu, seorang perempuan yang bentuk dan potongan tubuhnya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki persis, serupa, mirip sekali dengan Juleha.., dengan Titi Kamal. Kalaupun itu asli, jelas bahwa salah satu dari kami saat itu sedang berada di tempat dan waktu yang salah. Saya tidak pernah bermimpi atau terpikirkan bertemu dengan Juleha. Dan saya rasa, Titi Kamal pun demikian terhadap saya. Seorang Titi Kamal jelas punya banyak pekerjaan. Roman-roman blind date yang tak terduga mungkin akan laku di pasaran, tapi tidak dalam kehidupan nyata. Untuk pembaca sekalian.., dia adalah seorang perempuan kampung yang benar-benar cantik. Jika anda penasaran, silahkan saja mencarinya! Kalau anda jodoh, anda pasti ketemu! Ini bukan sekedar cerita, ini nyata. Saya sendiri terkejut setengah mati. Tapi sebenarnya saya sendiripun tidak dapat memastikan apakah itu Juleha benar atau orang lain yang kebetulan saja mirip. Masalahnya saya belum pernah bertemu langsung muka dengan muka dengan Juleha yang asli, dengan Titi Kamal yang asli. Jadi saya tidak punya parameter, ukuran pembandingnya!
"Menduga-dugapun tidak ada artinya.
"Mengapa?"
"Tujuan saya ke sana, bukan untuk bertemu dengannya, tapi dengan seseorang yang lain!"
Setelah itu saya pamitan pergi.
Bukan untuk pulang, tapi menuju ke sebuah warung yang menjual kopi seduh tidak jauh dari sana.
Tak seberapa lama kemudian, bedug Magrib mulai berkumandang. Saya bergegas mendatangi lagi rumah yang ukurannya tidak lebih besar dari tiga kali kamar kost saya itu, dari depan hingga ke belakang. Itu adalah sebuah petakan, kamar kontrakan, yang terdiri dari 3 bagian, depan sebagai ruang tamu, bagian tengah sebagai kamar tidur dan bagian belakang sebagai dapur dan kamar mandi.
"Dia belum pulang!” jawab perempuan yang mirip Juleha kepada saya sambil mengkibas-kibaskan rambutnya yang baru saja selesai di keramas. Kali ini jarak antara saya dengan dia sangat dekat, sehingga saya dapat memastikan tiap detail dirinya. Yang pertama kali tadi, dia baru bangun. Saya adalah seorang pria yang sangat sensitif dengan segala macam bau, teristimewa sekali dengan bau sampoo dan tonik di rambut perempuan-perempuan. Anehnya, kali itu, saya sama sekali tidak membaui, mencium adanya aroma samphoo jenis apapun.
Ya Tuhan.., ternyata dia cantik sekali, Sekalipun mirip Juleha, yang pasti dia jauh lebih cantik dari Juleha, dari Titi Kamal yang asli! Coba anda bayangkan sendiri seperti apa kira-kira rupanya! Dunia ini memang penuh dengan perempuan-perempuan cantik. Hanya peluang untuk mendapatkannya saja yang tidak sama bagi setiap orang.
Kata terakhir yang saya dengar dari orang tuanya adalah bahwa dalam waktu dekat, tidak lama lagi dia akan menikah. Saya sangat terkejut.
Kapan..? Dengan siapa..? Dimana..?
Setelah itu, saya tidak pernah lagi bertemu dengan dia. Tapi jelas, saya sangat mencintainya. Dia sangat istimewah!
Saya punya banyak sekali khayalan-khayalan manis dalam kamar kost saya, yaitu khayalan tentang kami, berdua, tentang saya dengannya!
Apa yang terjadi dengan khayalan-khayalan kamu?
Sangat disayangkan, saya tidak berhasil mendapatkan keduanya, seorang klien dan.., gadis itu! Sungguh sebuah kegagalan negosiasi yang sempurna!"
"Kau bernegosiasi dengan siapa?"
"Dengan kehidupan. Mereka adalah satu paket!"
"Kehidupan apa lagi? Apa maksudnya?"
"Kau harus mendapatkan salah satunya untuk mendapatkan keduanya. Sebagai sebuah paket..., salah satunya terlebih dahulu lalu keduanya, atau keduanya tidak sama sekali. Tidak ada keduanya, tanpa salah satunya!"
"Kalau kau berhasil mendapatkan salah satunya..."
"Itu berarti bahwa satu kamar di combo Apartement Four Season, ditemani oleh seorang gadis cantik yang saya cintai, menggenakan maskara Maybelline NY di alis matanya, terlihat tengah memegangi perutnya yang sedang mengandung sambil memandangi kerlap-kerlip gemerlap Jakarta dari balik jendela, sebuah kamar, di salah satu lantai, di Four Seasons!"
"Bagaimana dengan perempuan cantik yang satunya.., kau tidak mengupayakannya?"
"Saya tidak mengkhayalkan apapun dengannya!"
"Artinya?"
"Mimpi-mimpi kami berbeda!"
Dalam kasus-kasus tertentu, pertemuan dua orang, pria dan wanita yang memiliki kesamaan visi, misi, mimpi-mimpi, harapan serta angan-angan dalam menatap, memaknai dan menyongsong kehidupan adalah sebuah katalisator, pengikat sekaligus penghubung yang sangat penting artinya dalam membentuk sebuah ikatan kehidupan, tempat dimana anda dapat bercerita banyak hal yang mengesankan. Sedangkan di baliknya, dalam ikatan tanpa persamaan, dimana ada jurang pembeda yang nyata dan beresiko antara dia dan anda, itu adalah sebuah tempat dimana anda bisa membuat banyak cerita. Seperti kehidupan Brigette, Bob dan Sam sebagai orang ketiga, dua toko beda karakter drama film; Brigette Jane Diarry. Karakter Sam yang jauh dari bayangan ideal bregete sebelumnya adalah karakter romantis yang paling dibutuhkan oleh Brigette dalam kenyataan. Ini cerita yang sama hebatnya tentang dua orang gagal dalam kehidupannya masing-masing, saling bertemu, lalu mulai bercerita panjang lebar dan penuh semangat tentang masa lalu dan mimpi-mimpi mereka di masa depan.
Setahun kemudian, saat saya telah berada kembali di kampung, saya berkeliling kampung dengan maksud mencari buah cokelat untuk saya bibit. Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan seorang penambang batu yang sedang berteduh karena hujan. Dia bercerita banyak hal tentang pekerjaannya, pergumulannya dan harga jual batu per mobil truk. Batu tersebut akan digunakan untuk membangun rumah dan jalan.
"Satu truk batu gunung harganya Rp. 70.000. Sehari paling kurang ada dua mobil!"
Dia adalah seorang kampung, banyak yang seperti dia, yang tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah di pelosok kampung, di kaki gunung cadas yang menghidupi dirinya dan keluarganya. Orang-orang seperti mereka, adalah orang-orang yang sederhana dengan pemikiran-pemikiran yang sederhana tentang hidup, tentang kebutuhankebutuhannya yang sederhana, yang sama sekali tidak tahu menahu soal Forex, Saham atau Obligasi. Merekapun tidak membutuhkannya.
"Kami punya pekerjaan. Kami punya penghidupan koq!"
Orang-orang yang punya pekerjaan seperti itu, seIblis apapun anda, anda tidak akan berhasil mendapatkannya. Anda tidak akan pernah bisa berhasil memperalat mereka untuk seribu atau dua ribu perak. Harga diri mereka membatu, mengkristal di balik batu-batu dan karang cadas yang tegar dan garang!
Mereka adalah orang-orang kampung yang memiliki lebih banyak uang dan penghasilan daripada yang berhasil anda simpulkan dari tempat tinggalnya, seperti apa rumahnya dan perabotannya, seperti apa pekerjaannya, dan seperti apa perawakan fisik dan dandanannya. Mereka sama sekali tidak membutuhkan Forex untuk hanya sekedar memiliki uang. Mereka punya pekerjaan.
Dikehidupan ini, ada memang orang-orang yang cocok untuk menikmati manfaat berinvestasi dari transaksi-transaksi Derivatif, dan ada pula yang sama sekali tidak membutuhkannya. Saya pernah begitu berambisi memiliki investasi sendiri atau paling tidak menjadi pialang investasi. Itu disebabkan oleh karena saat ini, saya merasa begitu sangat membutuhkan uang untuk menutupi segala kebutuhan-kebutuhan hidup harian saya dan kebutuhan kreatif saya dalam menulis. Saat ini keadaan ekonomi saya tidaklah lebih baik dari saat-saat itu, tapi rasanya saya tidak membutuhkannya, terlebih jika buku-buku yang saya tulis sudah ada yang terbit. Saya bisa hidup dari iklan dan royalti.
Ini adalah cerita yang sangat hebat Erich!"
"Tentu saja Jay!" Jay adalah tokoh yang diperankan oleh Will Smith dalam film; Pursuit of Happiness. Sebuah film indah di balik kisah nyata yang sangat menyentuh.
Dari sini anda bisa membuat banyak cerita, banyak naskah drama, banyak novel dan banyak film. Tinggal anda kembangkan dengan inovatif dan kreatif. Inspirasi ini tercetus dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Bob Fletcer di Wonderland, Disney world dalam film music & lyrics.
"Back Into your love, Bros!" "Suatu waktu kelak Jay. Itu pasti... Kalau saya sudah punya uang. Paling tidak, dia bisa membaca cerita ini!"
"God blees you!"
"Thanks a lot!"
"O ya, ceritamu benar-benar hebat!"
"Seperti yang telah kukatakan sebelumnya!"
Saya berharap suatu waktu saya mampu membuat satu novel tentang itu.
"Ini akan menjadi best seller internasional Erich. Itulah yang ada dalam benak saya!"
"Saya pun berpikir dan berharap demikian. Kita tunggu saja!"
Sedikit catatan tambahan dari saya, berdasarkan pengalaman yang sering saya alami sendiri, tidak semua yang berkilauan itu adalah berlian ataupun permata yang mulia nan indah. Suara yang paling lantang, yang paling nyaring dan tegas, kadang-kadang lebih banyak justru datang dari mulut orang-orang yang sama sekali tidak berguna dalam hidup ini. Sekalipun hal ini masih merupakan sebuah wacana perdebatan tentang kepentingan dan sudut pandang, dalam sejarah, paling tidak dari satu sisi sudut pandang, pekik lantang para orator-orator ulung sama sekali tidak lebih dari segulung tembang nestapa! Nada lengkingnya dan gaungnya bagaikan dengung nyamuk, binatang yang paling menyebalkan di dunia saat ini, berputar-putar disekitar telinga anda, setidaknya inilah yang saya rasakan. Ataukah kodok bulug yang nyaring bersahut-sahutan dengan lengking sumbang di musim hujan, tidak lebih dari teriakan-teriakan kosong, bising, dan tentu saja menyebalkan.
Di webside resmi Pemerintah Amerika Serikat tentang informasi Visa, anda akan menemukan sebuah catatan akhir yang penting dan menarik untuk dicermati, dimana dari sana anda dapat belajar paling tidak pada satu catatan, tentang penempatan sudut pandang dan implikasinya, yaitu dimana konsepsi, kesimpulan, sikap akhir dan aturan yang akan di berlakukan menentukan banyak hal, tertulis di sana;
"Link ke situs internet yang bukan milik pemerintah Amerika Serikat,bukan berarti bahwa pemerintah Amerika Serikat menyetujui sudut pandang organisasi tersebut!"
Percaya atau tidak, di jalanan, saya sering sekali memungut kerikil-kerikil kaca, yang awalnya saya kira, saya pikir adalah berlian, mengingat kemilaunya tidaklah kalah berkilaunya dari butiran-butiran berlian yang sesungguhnya.
Beberapa berlian imitasi sebening berlian yang sesungguhnya. Apakah anda pernah melihat gambar Angelina Jolie menggenakan giwang bermata berlian biru yang sangat indah dan menawan pada salah satu halaman koran Kompas beberapa tahun lalu? Salah satu yang serupa yang dikenakannya itu pernah saya pungut di depan salah satu halte yang ada di sepanjang jalan Diponegoro, di Jakarta, beberapa waktu sebelumnya. Sekarang barang tersebut telah saya serahkan kepada seseorang saya yang sama amatirnya dengan saya mengenai hal tersebut, soal berlian, yaitu Ibu saya!
Saya percaya bahwa tidak semua orang memiliki hubungan yang hangat dan mearik dengan orang tuanya. Saya ikut dengan Ibu saya ketika mereka bercerai di umur saya yang belum satu tahun. Dari lahir sampai sekarang, praktis saya hanya sempat bertemu dengan ayah kandung saya tidak lebih dari dua kali pertemuan, itupun dari kejahuan. Di umur 16 tahun, saya meninggalkan kampun halaman, saya merantau ke Jakarta. Disini, ada rentang waktu yang panjang ke umur saya sekarang yang mendekati 35 tahun, yang kemudian menimbulkan jarak dalam huibungan, keintiman dan keharmonisan antara saya dengan keluarga saya, teristimewa dengan Ibu saya. Rentang waktu itulah yang yang membuat saya melewati dan melampaui banyak hal penting dan menarik dari hubungan saya dengan mereka. Hubungan di anatara kami tidaklah seharmonis dan sedekat yang dibayangkan, dalam angan-angan dan bayangan ideal dan ukuran yang dibayangkan secara umum. Akan tetapi sekalipun demikian, sampai dengan saat ini pula, saya belum pernah melihat seorang anak yang menghabiskan sebagian besar masa mudanya, sebagian besar dari hidupnya untuk merawat, melayani dan menemani orang tuanya, seperti Ibu saya, sehebat Ibu saya terhadap orang tuanya hingga akhirnya keduanya meninggal dunia. Disini, kita bersama-sama dapat melihat adanya cerita yang unik dari setiap hubungan dan peralihan antar generasi. Ada gap dan keganjilan. Saya tidak tahu bagaimana nantinya hubungan saya dengan anak-anak saya dan cucu-cucu saya.
Apakah inti dari kisah tersebut?
"Uncle Sam, Pasportku mana?"
Itu adalah pesan yang hebat untuk saya.
"Tenang. Stay cool. Tunggu saja. Untuk selebihnya, duduk yang manis, atau paling tidak take a lunch!"
"Erich.., kalau kamu menginginkan berlian yang di tanganmu itu menjadi sepasang, datanglah ke Amerika, ke tempatku, ke rumahku.., dan ambil langsung dari telingaku! Kau adalah warga negara Amerika Serikat!" ujar Angelina Jolie! Itulah inti pesannya, maknanya, pesan Angelina Jolie, pesan Uncle Sam kepada saya!
Bukan tidak mungkin, keberuntungan-keberuntungan yang serupa akan hal tersebut akan kembali atau juga menghampiri kalian, menghampiri anda dan saya lagi. Jika itu yang benar-benar terjadi, harapan saya;
"Semoga kalian pandai-pandai berbisnis!"
"Berbisnis?"
"Ya kawan berbisnis! Tidak lebih dari sekedar berbisnis. Harapan-harapan yang menggebu-gebu dan berlebih-lebihan yang timbul dari sana, yaitu dari keserakahan, niscaya akan berakhir tak kalah tragis dan dramatisnya dengan kasus itik bertelur emas, dan lebih menyakitkan lagi oleh karena anda menghancurkannya dengan tangan dan kekuatan-kekuatan sendiri, dengan penuh kesadaran anda. Jika anda cukup pandai mengukur diri dan kapasitas anda pada sebuah permainan, pada sebuah permainan yang paling asing sekalipun, jangankan untuk sekedar bertahan, tetap menjadi bagian dari permainan, tetap ikut serta dalam permainan, bermain dan menjadi pemain, anda bahkan berhak untuk berpikir selangkah lebih maju tentang kemenangan, tentang pengalaman puncak, yaitu tentang kesuksesan! Pada akhirnya kawan, kau akan tahu bahwa antara seorang pebisnis dan seorang pedagang dengan seorang pencuri bisa saja mereka masing-masing menjual barang yang sama, akan tetapi jelas dengan harga yang berbeda! Anda akan merasa seperti berada di Dog market. Pasar yang hebat seperti anjing yang menyalak tiada henti. Dia tahu kehadiran anda, dari sisi manapun, dari jalan manapun anda muncul. Dia adalah anjing yang bisa membedakan dengan benar apakah anda adalah seorang pedagang ataukah seorang pencuri!"
"Tidak.., tidak. Anda keliru. Saya adalah seorang pedagang, ini adalah bisnis saya. Apakah saya punya potongan seorang pencuri? Lihat saja!" ungkapnya mengelak, membela diri.
"Tidak. Tapi seperti Pinokio, kebohongan anda terlihat dengan jelas, begitu nyata, meskipun anda tidak mau mengatakannya dengan jujur dan terbuka. Tidak diragukan lagi, sedikitpun, anda datang dari apa yang kami sebut sebagai; Lingkaran Pinokio, Pinokio Circle. Sehebat apapun kemesan anda untuk menutupi sifat asli anda, kebohongan dan keserakahan anda, kami bisa melihatnya dengan jelas, kami bisa merasakannya. Seperti bau roti atau bangkai tikus di udara, hidung kami bisa mengendusnya dengan jelas, sampai di lubang manapun anda bersembunyi, dan menyembunyikannya! O ya Tuan.., kami sudah sampai ke bulan, melompat-lompat di permukaannya saat anda baru mulai belajar menipu, baru mulai berpikir tentang bagaimana caranya mencuri sebiji permen di toko kelontong!"
"Tuan..?"
"Ya?"
"Keserakahan anda tidak akan laku dimana-mana!"
"Jadi?"
"Ini adalah pasar, tempat orang-orang pasar berkumpul, dimana ada prinsip-prinsip dan aturan mainnya!"
"Seperti apa?"
"Berjualanlah dengan harga yang pantas. Berbisnislah dengan manusiawi. Dan tentu masih banyak lagi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tapi saya tahu anda mengetahuinya. Itulah pegangan dan tuntunan anda, untuk anda gunakan di pasar, dimanapun, di kehidupan ini!"
"Luke.., lebih enak dan lebih puas mana, berbagi sepiring Pizza atau semeja Pizza?"
"Erich.., aku tidak tahu pasti, but i am glad i am spend it with you!
"Perfect day, itulah yang aku inginkan Kang
[20] Erich!"
"Ya.., benar sekali! Dan malam ini, saya adalah tuan di meja ini. Jadi kawan-kawan, makanlah sepuasnya!"
"Oh my God.., excuse me Kang?"
Tidak lama kemudian;
"Ada yang bisa saya bantu bapak?"
"Boleh tidak sepan Pizza lagi?"
"Sepan? Tidak.., tidak tentunya. Anda minta satu, kami bahkan memberi dua pan Pizza untuk anda. Hebat bukan?"
"Bravo!"
"Ya.., tepat sekali, bravo!"
"Mengapa bisa begitu?"
"Rupanya tuan telah melewatkan beberapa hal penting. Sekarang anda sedang berada di Canadian Pizza, dan tuan-tuan..., di sini, aturannya berlaku demikian!"
"KukKuk.., bagiamana urusannya ini?
"Tidak perlu khawatir tuan. Untuk semua hal itu, tentunya anda hanya perlu membayar satu pizza, sedangkan satu dari yang anda bawa pulang, gratis dari kami. Betapa baiknya kami!"
Erich tidak langsung menanggapi. Dia terpekur sejenak, dengan seriusnya dan coba menimbang beberapa hal dengan cepat, dengan cermat, sebelum akhirnya;
"Hm.., globalisasi, persaingan pasar yang berjalan dengan sempurna! Sangat-sangat memuaskan. Tunggu apa lagi, cepat bawa pizzanya kemari!"
"Baik Tuan!"
Selang beberapa bulan kemudian, Erich kembali terlihat memasuki sebuah kedai makan siap saji di Kampung Melayu.
"Disini jual Pizza, benar demikian?"
"Benar sekali tuan!" jawab salah seorang karyawan yang tengah membersihkan meja yang letaknya tidak jauh dari pintu masuk dia menggangguk, lalu melanjutkan langkahnya, mendekati meja pemesanan makanan.
Disana;
"Beli Pizzanya, satu porsi besar. Harganya?"
Petugas Kasir memberi jawaban dan angka dengan cepat.
Erich menggangguk kecil memberikan persetujuannya.
Transaksi hanya persoalan waktu semata!
"Rupanya sedikit lebih mahal dari bulan lalu. Tapi tidak apalah, mudahan-mudahan saja ukurannya juga sedikit lebih besar dan lebih tebal. Kerap terjadi, lain tempat lain pula harga dan ukurannya, sekalipun berhadapan dengan barang yang sama!" bisik Erich kepada dirinya sendiri sembari mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya, yang masing-masing berisi uang dengan nilai nominal yang saling berlainan satu dengan yang lainnya.
Dari saku kemeja yang tipis nyaris transparan karena umur dan karena seringnya dicuci-pakai, dia mengeluarkan dua lembar uang puluhan ribu. Sisa satu lembar untuk ongkos pulangnya dikembalikan ke sana. Dari saku celana, dia mengeluarkan beberapa koin. Pecahan seribu yang masih baru dia ambil dari dompet. Saku kanannya untuk sehelai lenso yang menebarkan aroma eksotik Kenso refill.
"Uang pas, untuk kenikmatannya dan selera, termasuk bonusnya, tentunya!"
"Ditunggu Pak!" balas petugas Kasir dengan dahi sedikit mengkerut.
Lanjutnya;
"Bayar satu dapat dua? Kalau saja tidak ada Madsen malam ini, tentu saja, saya hanya perlu membayar setengah harga untuk satu porsi. Tokh saya masih cukup kenyang dengan satu pan Pizza. Saya yakin, bagaimanapun, Saya masih harus tetap berbagi separuh bagianku dengan dia. Tapi.., bagaimana jika dia yang berbagi denganku? Boleh jadi opsi ini akan membuat Madsen bersedih. Akh.., entahlah, bagaimana nanti saja!" desah Erich berguman, berbisik pada dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian Pizza pesanannya selesai dibuat.
"Beef pizza dari daging sapi muda berlapis keju yang lezat, paket combo, pesanan Bapak!"
Dengan gerakan lembut dia meraih dengan cepat paket Pizza dari atas meja panjang di depannya.
“Selamat bersenang-senang!"
"Yang lainnya mana?"
"Maksud bapak?"
"Bonusnya.., bonuses you know, sebagaimana sebulan yang lalu? Bagaimana ini? Bukankah seharusnya saya mendapatkan dua Pizza untuk harga satu pan Pizza?" ungkap Erich tak mau menyerah begitu saja.
"Hmm.., tipuan macam apalagi ini. Sepertinya malam ini aku benar-benar tertipu!" lanjut pikirnya diam-diam.
"Buy one get one free, happy hour? Sebulan yang lalu maat tuan, restoran ini dibuka belum selama itu!" ungkap Pelayan berbohong, bingung dengan situasinya.
"Hmm.., sepertinya ada ketidakberesan di sini, saya dapat menciumnya dengan jelas!"
"Sepertinya!"
"Teruskan!"
"Bagaimana perasaan tuan dengan baunya?"
"Tepat.., baunya sepertinya sangat berbeda sekali!" jawab Erich setelah membaui Pizza di tangannya melalui lubang-lubang kecil di kotaknya.
"Artinya sebulan yang lalu anda membeli Pizza yang lain, di restoran yang berbeda, tuan!"
"Begitu?"
"Ya.., kira-kira demikian!" "Lain ladang lain belalang..,"
"Lain tempat lain ceritanya!"
"Tapi kawan.., apa yang harus kukatakan pada Madsenku? Ya Tuhan.., kau tahu khan Virginia Madsen?
Si Kasir mengangguk, dia mengerti.
“Dia adalah seorang Ibu yang sangat menggairahkan, aku jelas sangat mencintainya!"
"...?..."
Jujur saja, saya berharap dapat memiliki sebuah notebook dalam kurun waktu dekat ini, untuk mendukung semua kegiatan dan aktifitas kreatif saya dalam menulis, dan sebagainya. Saya berpikir dan berharap banyak akan sebuah ION Portiva MS 12. Persoalannya, tentu kalian yang pernah bertemu, melihat dan mendengar tentang saya akan lebih memahami hal persoalan tersebut dengan lebih objektif, yaitu kemampuan saya untuk mendapatkannya dalam waktu dekat dengan upaya dan kemampuan sendiri.
"I am brook. Saya terjatuh dan sekarang miskin. Tapi bisa belikan tidak satu untuk saya?"
"Memangnya harganya berapa sih Erich?"
"Murah koq John. Tanya saja sama Tim, Tom atau Mark, kalau tidak percaya!"
"Cuma Rp. 100.000 X 12 bulan kali gajian X 7 orang peserta!" celetuk Boy!
"Berarti bisa lebih murah lagi jika pesertanya dikali duakan. Bukan begitu?" sambung Storm cepat sambil membayangkan cicilan motornya yang baru berjalan beberapa bulan.
"Hmm.....air tahu, Agus, rupanya!" sambungnya lagi.
"Benar!" kataku.
"Jika jumlah partisipan bertambah dan keterlibatan semakin meluas, Rp. 100.00, tidak lagi merupakan angka-angka mati. Kalian bisa mengurainya sesuka hati kalian. Bagaimana situasi emosional hati kalian saat jatuh tempo cicilan, dengan daya bayar kalian, tinggal menyelaraskannya saja. Ini adalah konsekuensi logis dari matematika bebas yang selama ini kita anut. Bukan begitu kawan? Dengan kata lain, keterlibatan dan partisipasi yang meluas akan memudahkan dan meringkan anda dalam mengutak-atik angka penawaran dari ION Computer!
Memang, tidak tertutup kemungkinan ada sementara orang dari kalian yang terpaksa harus bersusah payah dan tertatih-tatih mencari beberapa sekutu untuk memudahkan dan meringankan kalian dalam memenuhi tagihan dan kewajiban bulanannya. Tapi apapun taktik dan strategi ekonomi yang kemudian akan kalian terapkan dan kembangkan atas persoalan ini, bagaimanapun saya akan tetap berusaha menyakinkan kalian bahwa orientasi dan fokus saya adalah terpusat pada ION Portiva MS 12, atau semacamnya itu, dan tidak terlintas sedikitpun di benak saya suatu upaya-upaya untuk menggugat, mempertanyakan dan terlebih menguji pilihan strategi keuangan, ataupun strategi ekonomi yang bagaimana yang akan kalian kembangkan dan terapkan pada persoalan-persoalan di atas, sebagai salah satu jalan, suatu cara dan siasat dalam memenuhi panggilan keterlibatan dan partisipatif yang mulia ini!"
“Serius kau Erich?"
"Kalau tidak percaya, get shopping right now aja, body!"
"Cape deh, Erich!"
Demikianlah surat ini saya buat dengan sebagaimana mestinya, dalam keadaan sehat wala'fiat, jasmani dan rohani, tanpa adanya tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun juga, dari pihak-pihak yang berkepentingan maupun yang tidak, dan oleh karenanya itu untuk dipahami dan ditindaklanjuti secara konkrit, secara positif. Hal-hal lain yang berkenaan dengan term dan conditions?
"Celaka 12 kali Apul!"
"Tidak...., itu persoalan teknis D'vi!" sambung D'vi cepat, si Dokter gigi yang cantik itu tersenyum menyeringai.
Sembari megumpulkan dan menyusun bahan-bahan tulisan, di selang waktu-waktu yang terluang, dengan memiliki sebuah notebook, maka ruang gerak saya dan daya jelajah saya akan dapat tereksploitasi dan tereksplorasi dengan maksimal, tanpa perlu takut kehilangan data, disket dan segala macam inspirasi serta momentum situasional yang terlihat, terdengar dan terlintas dalam benak saya, dalam pikiran saya, dapat saya ketik saat itu juga.
"Percaya atau tidak karena keterbatasan teknologi ini, beberapa naskah tulisan saya baik berupa yang Essay dan ataupun Artikel hukum yang tersebar dimana-mana, tidak dapat saya temukan kembali. Tidak terkecuali beberapa bab naskah novel hukum saya yang kedua, raib begitu saja!"
Dengan kehadiran sebuah notebook dalam keseharian saya, dalam hidup dan tas saya, setidaknya saya dapat menggunakannya untuk bergaya di tempat manapun nantinya saya berada.
"Anda, kalian-kalian pernah melihat saya bergaya ala pria-pria Man Esquire?"
"Saya adalah pribadi penuh pesona, flamboyan, dan saya punya kelas, dalam hal apapun!" "Apakah kalian menyukainya?"
Aeperti apapun itu sikap kalian.., itu semua tidak penting bagi saya! That is my life. My life is my style, demikianpun sebaliknya. My life is a colour of my life. Gaya hidup saya, behavior, attitude dan mentalitas saya, adalah komposisi, gambaran dan cermin warna-warna yang nyata, yang terbuka, yang dinamis dan harmonis, siluet dan garis-garis yang membentuk image, gambar, lukisan dan poret diri saya seorang Erich Tinggi, sebuah nama, sebuah tempat dimana kalian dapat melihat, mendengar, mengalami, mencicipi dan memetik rasa manisnya sebuah tragedi, tak terkecuali kesenangan!
Apakah anda pernah memetik buah apple langsung dari pohonnya?
"Bros.., apakah kau masih ingat tentang hakekat, konsepsi dan prinsip yang sangat mendasar yang pernah aku utarakan kepadamu tentang tragedi buah apple? Semua itu memiliki kesan dan aspek yang identik dan serupa dengan upaya-upaya seseorang yang tengah memburu kenikmatan dan kesenangan. Anda dapat menemukannya dimanapun, di rumah atau di kantor, di pusat kota ataupun di sebuah dusun di pedalaman dan pesisir yang terpencil. Pada seorang teman, sekutu, lawan atau musuh anda. Pada pasangan tercinta anda, kekasih tersayang anda, atau bahkan kekasih gelap anda.
"Petik atau lupakan!"
Hanya itu pilihannya. Jangan anda petik yang tidak-tidak. Tapi jika itu yang terjadi, percayalah, bukan Apple yang telah anda petik. Disana, anda tidak punya resiko!
Pertanyaan saya;
"Jika anda tengah atau pernah melalui pengalaman, masa atau periode yang terakhir tersebut, seberapa gelapkah anda melewatinya?"
"Jangan terlalu gelap..., nanti bolanya salah masuk!" Itu saran David.
"Sedikit remang-remang itu jauh lebih baik. Karena, pada situasi yang sedemikianrupa itu, sekalipun samar, tokh anda masih dapat mengidentifikasi dengan tepat dimana letak dan jenis hole yang sesungguhnya anda tuju. Kecuali jika anda memiliki kecenderungan yang mampu menikmati kedua hole yang saling berdekatan tersebut, maka saran saya ini menjadi tidak penting.
Remang, gelap gulitakah, ataukah terang benderang tidak lagi menjadi persoalan yang penting. Dan...., untuk hal tersebut, saya tidak mau membuat dan tidak memiliki komentar yang lebih. Yang saya pahami bahwa, saat anda tengah bercinta, anda dihadapkan pada aneka pilihan dan dua hole yang berbeda bentuk dan fungsi primernya. Hole pemasukan dan pengeluaran, sekalipun jaraknya terpisah satu dengan yang lain, tapi jelas fungsinya jelas berbeda. Anda tidak berhak barang sedikitpun mengkaburkan fungsinya keduanya hanya atas dalih karena letaknya dan atau kedekatannya. Ini seperti halnya memindahkan pelacuran kedalam Gereja, Mesjid atau Kuil dan Pura, Sinagoge atau Tempat-tempat Ibadah lainnya.
Letak keduanya bagi seorang pemula jelas akan sangat membingungkan dan sekaligus merepotkan. Namun, jika anda benar-benar berhadapan dengan persoalan tersebut pada suatu ketika, yang dapat saya katakan adalah bahwa mungkin inilah saatnya bagi anda untuk memanfaatkan manfaat dan fungsi indra sekunder indra penciuman anda dengan bijak, yaitu membaui! Setahu saya, perbedaannya ada dan jelas sekali, bahwa bukan hanya roti, parfum dan eu de toilette yang memiliki aroma pembeda yang khas! Ya itu juga.
"Kawan.., setiap kali punya uang dalam jumlah yang cukup, saya tahu harus kemana mendapatkan semuanya itu! Percaya atau tidak, ternyata banyak pengalaman hebat saya temui di sana. Sesuatu yang dahsyat dan selalu baru setiap kali saya ke sana. Terus terang, di sana saya punya banyak jalinan cinta di sana, dan bahkan beberapa orang anak yang pada umur 17 tahun nanti, masing-masing dari mereka akan memegang Pasport Amerika Serikat, Inggris dan Jepang!
Mencari uang itu penting. Dan menjadi kaya raya itu bukanlah masalah sama sekali. Menjadi orang terkenal, seorang idola sepanjang masa, menjadi panutan itu adalah talenta, dimana tidak semua orang memilikinya. Talenta dan bakat tersebutlah yang membedakan, yang membuat Anda menjadi sangat berbeda dari orang lain, di sekitar Anda, dari orang-orang pada umumnya, yang memampukan anda membuat catatan-catatan, rekord dan prestasi-prestasi terbaik yang tidak dapat dilakukan oleh orang pada umumnya.
Sekalipun kekuasaan itu memabukkan, namun yang pasti bukan dosa, sebagaimana masturbasi ataupun onani. Kekuasaan ternyata ada untungnya! Tapi apakah Anda pernah mendengar ucapan yang berkata bahwa; Regenerasi adalah salah satu tahapan yang paling mengagumkan dari kehidupan? Berikut ini adalah catatan-catatan yang saya tulis sebagai komentar untuk Sharon Wright atas tulisannya, Saat untuk mengenang, bahwa; Yang tersisa dari setiap peralihan generasi hanyalah cerita dan nilai-nilai. Kalaupun pinus-pinus itu berbatang tegar, tinggi nan gagah, akan tiba masanya dia akan menua, lalu mengering dan pada akhirnya berakhir di tungku perapian. Tunas-tunas muda akan tumbuh dengan kehidupan dan ceritanya masing-masing.
[21]
"Ical.., Melo, umur mereka tidaklah terlalu berselisih jauh dengan kalian saat ini. Semoga suatu waktu kelak, kalian bisa menjadi tim yang hebat!"
Berbicara tentang tim, tim Sepak bola Amerika misalnya, tidak berarti anda tengah berhadapan dengan satu atau beberapa orang striker saja, sejumlah striker, terbaik yang dimiliki Amereia saat itu. Akan tetapi, sebagai sebuah tim dimana melebur banyak orang dengan talenta terbaiknya masing-masing, di sana ada belasan pemain lain baik yang berada di line up atau di bangku cadangan, ada pelatih, offisial, staf, para pesorak dan pemberi semangat di garis depan penonton. Ada pula kelompok-kelompok penggemar dan tidak terlewatkan, tentu saja industri, dimana bernaung dan bergantung kehidupan beragam orang dengan beragam kepentingan.
"Kak Tinggi..,"
"Ya..?"
"Melo berharap tim Melo nantinya adalah tim yang hebat dan besar. Bisa khan Kakak mengaturnya untuk Melo?"
"Bisa saja! Asalkan Kau rajin-rajin menyiram bunga. Jika species di kebunmu selalu nampak segar berseri dengan kuntum-kuntum bunga yang indah bermekaran, engkau pasti akan menjual lebih banyak bunga lagi dari hari kemarin dan hari ini. Dan kau tahu.., jika kau banyak uang, itu adalah pertanda yang baik, pertanda yang menggembirakan bagi Kakak, dan tentu saja harapan-harapanmu tadi!"
"Bagaimana jika kau tidak punya uang?"
"Kalau saya dengan terpaksa harus melakukannya.., mungkin akan banyak orang yang mengaku mengenal saya dan mencoba mendapatkan manfaat dari hal tersebut, akan tetapi perlu kalian ketahui bahwa saya adalah seseorang yang pada saat ini adalah seseorang yang tidak punya siapa-siapa, tidak mau punya siapa-siapa. Saya tidak punya teman, dan saya tidak punya musuh. Kembali ke persoalan tadi, saya punya jalur, cara dan teman tersendiri untuk hal-hal tersebut."
Hanya saja, saya berharap, situasi yang akan, atau bahkan harus saya jalani dan lalui tersebut janganlah dianggap sebagai sebuah upaya ataupun hasil yang diperoleh dari memanipulasi diri dan reputasi saya sebagai seorang penulis. Ada juga beberapa perempuan di Tanggul yang menyukai gaya bercinta saya yang unik, hasil ekplorsi dan practise. Namun ada pula yang muak. Kedua hal tersebut adalah reputasi puncak dari dua situasi yang kasuistik, situasional dan subjektif. Saya sama sekali tidak melihat adanya korelasi, ataupun simbiosis yang menguntungkan dari menyatukan reputasi tersebut, aktifitas kreatif dengan industri tersebut.
"Industri apa sih yang kau maksudkan?"
"Seks..., bodoh! Memangnya dari tadi berpikir aku berbicara tentang apa?"
Untuk mendapatkan uang, sekalipun tidak seberapa, tidak melimpah ruah, anda tidak perlu menjual reputasi. Ini bahkan bisa mencemari kemurnian proses kreatif dan reputasi anda sendiri. Bagaimana dengan seks yang hebat? Kalau anda dan saya menginginkannya, anda tidak perlu bersusah-payah mencari seorang Penulis untuk menunjukkan dan mencari tahu bagaimana cara dan tekhnik bercinta yang hebat, dan dimana mendapatkan kepuasan. Enjakulasi, pengalaman puncak, sensasi klitoris di jari, di lidah, di balik lipatan paha, di kepala, di benak dan di kenyataan seorang Penulis, adalah serangkaian kenangan, sensasi-sensasi puncak yang hanya ada di kepala, di batas imajinasi dan angan-angannya, tidak lebih dari sekedar sensasi-sensasi imajiner. Jangan pula anda memanipulasi reputasi anda untuk menjaring para penikhmat. Percaya atau tidak, seks yang hebat, yang merupakan bahan pembicaraan orang-orang asing di Jakarta adalah seks yang mereka dapatkan dari para kuli-kuli bangunan, Boysang
[22], pelayan-pelayan toko, buruh-buruh pabrik dan para Joki tree in one. Saya tidak tahu bagaimana dengan tukang semir sepatu.
Dalam bisnis hiburan, reputasi pPenulis adalah reputasi yang sangat laku di jual. Anda tidak perlu menunggu tiap sen dari royalti jika industri seks telah mengenal anda dan atau bahkan merangkul anda. Uang akan mengalir masuk kantong anda, mencari anda, atau bahkan juga penyakit!"
"Seperti Ibu yang menawarimu bekerja..."
"Sebagai Pembantu Rumah Tangga yang di Menteng tempo hari. Ya seperti itulah.!"
"Hebat! Sarangkan lebih banyak gol lagi yah Kak!"
"I'll do my best Kun!"
O ya.., kepada rekan-rekan dan kawan-kawan feminisme dalam garis perjuangan doktriner dan revolusioner yang sama, atau afiliator-afiliator yang bersimpatik, maaf jika bagian terakhir di atas terkesan jorok di telinga Ploretar kalian. E.., e.., e.., goal...!
"Tapi bolanya salah masuk keranjang!"
"Bagaimana usannya ini, tuan, Kamerad? Yuri.., ada masukan atau pendapat?"
Terbuka banyak cara dan upaya bagi setiap orang untuk menumpahkan curahan hatinya. Gwynethe Paltrow, membuat tulisan-tulisan yang dimulai dan diisi dengan serangkaian sikap pribadinya terhadap berbagai hal dan peristiwa dalam hidup dan persahabatannya, lalu mengakhirinya dengan paragraph-paragraph yang bersifat kontemplasi, dengan tulisan ending yang berupa perenenungan. Menarik premis causa musabab, dari diri sendiri. Introspeksi, karena kadang-kadang tidak semua persoalan yang menimpa diri kita adalah karena orang lain. Ada kalanya adalah benar-benar merupakan kekeliruan, karena kesalahan dan kekhilafan tak terkecuali kebodohan diri sendiri. Sebagian dari curhatan saya di sini adalah refleksi, curahan hati yang bersifat kontemplatif, mengukur situasi dari dalam, dari diri sendiri, daripada menuding ke sana-ke mari tanpa kejelasan, tanpa sebab musabab, tanpa sedikitpun berpijak pada kebenaran.
Dengan kata lain, seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, ada juga satu dua yang tak sampai. Ada juga satu dua tupai yang terpeleset. Serta satu dua lainnya gagal karena kegagalannya mengukur prinsip hukum grafitasi dengan kekuatan lompatan, jarak dan cengkeramannya. Tapi mungkin juga titian yang harus dia lalui ternyata masih terlalu licin buat dia.
Kemahiran dan pengalaman dalam hal bercinta dan percintaan, tersebut tidaklah sekonyong-konyong menjadi jaminan bahwa semua proses dapat selalu berjalan dengan lancar. Situasi mabuk, terburu nafsu dan efek kosmetik menor nan dramatis yang disinari cahaya lampu pijar yang remang akan membuat anda kehilangan separuh kesadaran dan kemampuan membedakan gender. Anda bisa tersesat dengan sangat dramatis di kedua jenis itu dan terjatuh terjerembab dan bertekuk lutut tak berdaya di bawah kening varian yang keliru. Tidak laki-laki, tidak juga perempuan!
Disinilah exercise yang variatif dan konsisten menjadi sangat penting artinya. Pada akhirnya, anda akan menjadi sangat mahir pada setiap situasinya, bagaimanapun dan dimanapun itu, di atas lempengan tiga lapis Porter atau di dalam gubuk-gubuk reot berlantai lapisan koran, di gelap gulita, di tempat yang terang benderang dan menyilaukan mata dan mungkin hati serta budi pekerti tidak terkecuali akal sehat anda, maupun di tempat yang redup redam!
Ini hanyalah salah satu tips dan trik dari saya. Saya masih menyimpan beberapa stok lama, berikut detail dan penjelasannya dalam furoshiki saya, untuk saya sendiri! Ini adalah celah untuk anda mengintip.
Setelah melihat dan mendengar sekian kemajuan-kemajuan, segala pencapaian dan tidak terkecuali segala kemunduran-kemunduran yang telah saya lewati, mungkin sempat terlintas di benak kalian untuk melakukan sesuatu untuk saya, dalam bentuk yang konkrit.
Saya pikir itu baik, sekarang dan ke depan.
Tapi, apakah keliru jika melalui surat ini saya mencoba menggiring perhatian kalian kepada sebuah MacBook Apple, Dell, Acer atau Toshiba. Bagaimana dengan Ion Portiva MS 12, salah satu teknologi terbaru ION computer yang menurut saya harganya cukup terjangkau?
O ya.., bukankah beberapa waktu lalu, saat tengah menyusun Fee attitude, melalui Bros dan Jess beberapa orang dari kalian berniat untuk membelikan saya seperangkat komputer desktop. Karena alasan waktu yang belum tepat dan alasan kepraktisan, melalui dia juga saya mengatakan bahwa untuk saat ini, saya belum benar-benar membutuhkan seperangkat komputer. Alasannya, karena saat ini saya belum memikirkan untuk menempati suatu tempat kost tertentu, dalam jangka waktu yang lama. Sewaktu-waktu dapat saja saya berpindah tempat, bahkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dengan pemilik kost, dan keberadaan seperangkat desktop hanya akan merepotkan ruang gerak saya. Lain halnya dengan sekarang!
Apapun kemungkinan, terkait dengan hal tersebut, tidak salah jika saya mengatakan bahwa;
"Saya telah berada di lajur, pada lintasan prestasi dan kehidupan yang benar. It's time to win life, to win ION Portiva MS 12!"
Apakah saya bermuluk-muluk dengan harapan ini?
Saya berharap tidak! Sekalipun memang pada akhirnya, akan menambah beban pengeluaran bulanan kalian.
Beberapa waktu lalu, Bursa efek Jakarta (BEJ) mengadakan sayembara logo!
Saya sendiri telah mendesain setidaknya 3 buah logo untuk saya ikut sertakan dalam kompetisi, dalam kontes tersebut. Subsidi kretifnya juga telah cair dari Tom. Namun di detik-deik terakhir batas waktu pengiriman desain, saya lalu memutuskan untuk tidak mengirimkan satupun desain saya. Ini dapat dikategorikan sebagai momentum yang terbuka untuk umum. Jika anda tidak memiliki aktifitas yang berarti bagi masa depan anda saat itu, anda mungkin bisa mencoba menggantungkan harapan anda pada moment-moment yang demikian itu, untuk satu dari berberapa, dari berbagai hadiah yang tersedia. Judi nasib, adu keberuntungan, apapun bisa terjadi, tidak tertutup kemungkinan untuk satu hadiah utama. Tapi saya telah memutuskan untuk tidak mengirimkan desain saya.
Dalam pertimbangan saya, saya mencoba menepis arti penting sebuah peluang. Yang saya pikirkan dan kemudian menjadi dasar keputusan saya; Adalah tentang suatu program yang sangat kreatif, yaitu tentang sebuah paket rewards di akhir tahun dari orang-orang yang berkepentingan dibalik sayembara tersebut, terhadap beberapa orang tertentu yang layak untuk mendaparkan sesuatu, yaitu beberapa orang yang telah bekerja lebih keras, bekerja lebih giat tahun ini, di BEJ.
Itu adalah paket hadiah Natal dan Tahun Baru yang tak lazim, di awal Desember!
Siapa kira-kira di antara kita yang tidak menaruh harapan yang besar pada semangat dan kemungkinannya, tentang momentum, Jackpot, jalan pintas terbebas dan lepas dari kemiskinan, menuju kemakmuran?
Apapun terminologi anda, ataupun sudut pandang yang anda terapkan dan gunakan dalam memaknai persoalan-persoalan ini, semua adalah sah adanya. Jika apa yang kalian pikirkan sama dengan saya, maka gelindingkan bolanya, mulailah berinvestasi. Strike ataukah pukulan anda masih 2,3 pukulan di bawah par, take or loosing, tokh ini hanyalah sebuah bursa, sebuah pasar yang terbuka, sebuah paket investasi.
Apakah di sana ada yang benaar-benar kalah? yang benar-benar akan kehilangan uang? Jika mendengar ada seseorang yang tega sampi bunuh diri, itu tentunya jelas bukan karena paket investasi. Jika Bursa, bursa atau pasar apapun itu, baik itu Saham, Obligasi atau Future masih dibuka pada jam yang sama dengan hari ini, kemarin dan lalu-lalu, maka hal tersebut tidak kurang lebih berarti bahwa; Segala sesuatunya tentang uang, tentang kemenangan, keberuntungan dan kekalahan, tentang aset-aset, kekayaan dan kemakmuran dan tidak terlupakan tentang kemiskinan, tentang Laba, Provit, Gain dan Benefit, dimana kesemuanya itu adalah sesuatu yang hidup dan berkembang, adalah sesuatu yang niscaya senantiasa bergerak dan berputar. Tidak kurang ataupun lebih.
Apakah yang anda pikirkan?
Di Bursa Efek atau Berjangka, investasi anda bahkan tidak akan pernah hilang sama sekali, dalam pengertian yang sesungguhnya, kecuali hanya jika anda benar-benar sedang ingin menutup transaksi anda dengan posisi loosing. Tindakan tersebut, sampai pada derajat tertentu, dapat dipahami sebagai tindakan melepaskan, merelakan, menghilangkan sedikit untuk membuat sesuatu hal yang lebih besar nampak jauh lebih indah, menarik dan mengesankan. Siapakah yang berada di balik struktur konstruksi dan arsitektural gedung Kampus Untar? Inilah pesan yang dapat saya simpulkan dari konstruksi tersebut. Karena itu adalah gedung sebuah institusi pendidikan, pemahamannya menjadi kira-kira begini; Ada proses yang panjang dan ketat untuk bisa masuk dan keluar dari sana. Jumlah siswa yang diterima jelas tidak akan sebanyak yang mendaftar, akan tetapi, ujian masuk dan keluar yang ketat yang akan meminimalisir partisipan adalah sangat penting artinya untuk tetap menjaga kwalitas.
Dalam situasi dimana hal take or loosing sepenuhnya berada di bawah kendali, sepenuhnya di tangan anda, di hemat pemikiran dan pertimbangan anda, yang memiliki aspek nilai, manfaat serta keuntungan finansial di balik investasi anda dengan strategi bank di sisi yang lain sebagai sindikasi keuangan yang akan menutup transaksi yang anda lakukan, yang akan mentransformasi poin-poin yang anda kumpulkan kedalam bentuk uang yang riil, paket-paket investasi anda yang miliki seperti berada pada posisi layaknya sebuah balon gas di depan mata, sesuatu yang bisa menerbangkan anda sangat tinggi dalam kehidupan ini, namun juga bisa meledakkan anda. Itu adalah sebuah balon gas di depan mata berbahan bakar gas dan Hidrogen, yang berbentuk lingkaran atau angka mistis 0 (Nol), sebuah wujud dan nilai yang mencerminkan karakter mistis dari mate-matika bebas yang sangat menjiwai ilmu hitung dan hitung-hitungan Barat.
"Erich, benarkah demikian?"
Benar sekali! Berhadapan dengan angka ini, anda hanya punya satu pilihan dari ketiga kemungkinan, peluang dan alternatif pilihan yang tersedia, yang ditawarkan ke hadapan anda, yaitu; Ambil, lepas atau.....
"Sialan, cepat pergi dari sini, bodoh! Jelas sekali, kau adalah tipikal orang yang sama sekali tidak berguna."
Sebuah bulatan berbentuk balon gas, boleh juga (Tidak ada salahnya) apabila anda melihat wujud tersebut sebagai sebuah gambar buah, entah itu apple ataupun sebuah jeruk. Sebuah balon gas di depan mata, apakah selebihnya yang akan anda lakukan? Apakah anda memerlukan reflektor atau seperangkat vibrator untuk melecut, mensugesti, menstimulasi dan merangsang aksi-reaksi, gerakan, respon dan atau ledakan libido anda terhadap situasi di depan anda?
Jika anda mengulur tali pengikatnya, baloon itu akan melayang semakin jauh meninggalkan bumi, semakin tinggi menembus angkasa, hingga pada akhirnya hilang sama sekali dari penglihatan anda. Jika anda memerlukan sedikit sensasi dan dinamika, atau sesuatu yang ekstrim sebagaimana yang dilakukan oleh Big Joe (Manusia pertama di dunia yang terbang menembus luar angkasa, jauh melewati stratosfer setebal 40 Km di tahun 70an dengan balon gas yang bervolume Helium, di Amerika serikat), anda bisa bermain-main sebentar pada tali pengikatnya, mengulurnya dan kemudian menariknya kembali dengan berirama. Lagi.., lagi.., dan lagi. Tarik.., ulur.., tarik.., ulur dan seterusnya.
Karena ini hanyalah sebuah balon gas, anda bebas, boleh bermain dengan riang dan bebas dengannya, menarik ulur talinya dan ketinggiannya, mengulurnya semakin tinggi, lalu kemudian menariknya kembali semakin dekat hingga akhirnya tangan-tangan kecil anda dapat menggapainya dengan mudah, dengan gerakan seuluran tangan yang mudah dan sederhana, ataupun bahkan melepaskannya sama sekali.
"Sama seperti gerakan ritmik lidah Don yang berirama di atas gelombang desah nafash dan birahi, hanyut pada sebuah kasus senggama. Bukan begitu, John?"
"Yep!"
Dan yang terpenting dari pada itu adalah, seberapapun anda menginginkan ketinggiannya, semuanya tergantung pada satu pertanyaan tunggal; Seberapa banyakkah anda telah mengisinya dengan Gas, Hidrogen dan Helium?"
Bursa, pasar dan atau paket-paket investasi Portfolio adalah sebuah mesin, sebuah mesin ekonomi raksasa di satu pihak dan kue ekonomi dunia, kolam kemakmuran di lain perspektif, dimana anda atau siapapun anda boleh ikut serta mencicipinya. Itu adalah sebuah mesin ekonomi dan finasial dimana sebuah balon gas raksasa yang berisi beraneka macam ragam kepentingan, serta suasana hati anda, merupakan salah satu komponennya.
Apakah balon gas tersebut anda lihat sebagai sebuah bulatan yang berbentuk gambar buah entah itu apple atau jeruk atau apa sajalah? Apakah anda benar-benar mengenal dan tertarik dengan buahnya? Tertarik, tergodakah anda memetik, memiliki dan mencicipi seperti apa rasa buahnya? Ataukah apakah anda lebih memilih untuk berdiam diri dan lalu membiarkannya membusuk?
"O ya, jangan lupa to take a loose
[23] bola, baloon atau buah anda terlebih dahulu sebelum menggelindingkannya, ya?"
Dengan demikian, niscaya anda tidak akan bergerak terlampau jauh dari kesan yang coba saya tawarkan kepada anda, di sini, pada kesemnpatan ini, tentang semua hal yang ada di dalam sini, ataupun sesuatu hal tentang interpretasi bahwa selama anda bergerak dalam batas-batas dan aturan mainnya, niscaya anda tidak akan mengintrepetasi dan memaknai paket-paket investasi tersebut lebih daripada makna yang sebenarnya.
Tidak sedikit orang yang terjerumus pada langkah-langkah yang keliru, bukan karena informasinya yang menyesatkan, akan tetapi tidak lebih daripada karena kesalahan dan kekeliruannya dalam menginterpretasi. Jika anda salah melangkah dalam berbagai hal, tidak serta merta berarti bahwa karena anda telah disesatkan, tapi boleh jadi adalah semata-mata karena anda tersesat, anda salah dalam melangkah. Sebagaimana saya, bursa atau pasar, dapat anda citrakan dalam beragam kesan dan bentuk watak yang paradoksal pada sebuah sombol dan image imajiner yang berkarakter kartun antagonis yang lucu dan jenaka.
Dari tempat anda berada saat ini, saatnya kita dan anda-anda semua untuk bertanya; Apakah anda tahu pasti dimana anda berada saat ini? Apakah yang anda cari di situ, di sana atau di sini? Apa yang anda hindari dari sana? Apakah yang anda bawa dan tenteng di punggung anda itu?
"Kalau saya tidak salah melihat, Erich.., bukankah itu adalah sebuah Furoshiki?"
Tuan dan Nyonya sekalian, di seantero jagad raya, dimanapun anda berada, di gunung-gunung, di lembah-lembah, di pedalaman atau pesisir, di hutan-hutan belantara, ataukah di perkotaan dan kota-kota besar yang gemerlap, dalam defenisi dan pengertiannya yang paling awam, bursa tidak lebih dari sebuah pasar, tempat berkumpulnya banyak orang, uang dan kepentingan, tidak terkecuali suasana hati. Apa yang ada di pasar, juga dapat anda temui di bursa. Disini, di sana, ataupun di tempat ini, di tempat itu, apapun yang anda perlukan dan harapkan dengan Furoshiki anda, apapun kepentingan anda di balik buntelan tersebut, jikalau anda ingin pulang dengan furoshiki yang padat, tambun, menggelembung, berisi segala macam kebutuhan dan kepentingan anda, ataukah dengan furoshiki yang kerempeng, kempis, kosong melompong yang tidak berisi apapun, sepertinya, inilah saatnya bagi anda untuk mulai menimbang arti pentingnya merasa perlu mempertimbangkan dengan cermat dan seksama apa yang menjadi dan merupakan pandangan, persepsi serta sikap saya, bahwa; Disini, di tempat itu, segala hal ikhwal tentang pikiran-pikiran, harapan, kepentingan, kebutuhan, ego dan ambisi, keterbatasan, kekelebihan, kekuasaan dan kekurangan anda, mimpi-mimpi, harapan-harapan dan angan-angan anda pada furoshiki atau buntelan kehidupan anda, adalah ditentukan oleh sedikit kecerdasan dan keberuntungan yang ada dalam sebotol ketchup, selanjutnya dan selebihnya, adalah karya inovasi dan kreatifitas yang sederhana, baik dalam konsepsinya maupun penerapannya!
Make a Wish In December?
I make it every time of Christmas, friends! Dalam banyak hal dan harapan, saya bahkan mungkin berharap jauh lebih serius, jauh lebih banyak tentang hal-hal serupa itu, lebih banyak dari siapapun. Seorang Noonan di awal Desember, bukan tidak mungkin memerlukan semangat yang sama dengan hemat dan pemikiran-pemikirannya sendiri. Namun yang pasti, saya tidak ingin meleburkan diri saya, harapan-harapan saya dan berpikir lebih jauh tentang Noonan dan harapan-harapannya. Kecenderungan saya terwakili dengan sangat baik oleh harapan-harapan Dhanny! Saya menggunakan beberapa kali kata Dhanny, cukup banyak dalam kedua edisi ini, karena pada dasarnya, selain nama tersebut praktis dan enak terdengar di telinga, pada umumnya orang-orang yang bernama Dhanny adalah orang-orang yang baik hati, penyayang dan penuh pengertian, seperti Dhanny si manusia ikan, tokoh komik bacaan vafourite saya semasa anak-anak. Bacaan yang paling berkesan dalam hidup saya sampai saat ini adalah sebuah paket hadiah Natal dari Ibu saya di bangku SD, seri komik Hans Christian Andersen! Terkait dengan kasus BEJ, terbuka 1001 macam kemungkinan dan peluang untuk mendapatkan kembali semua pengeluaran-pengeluaran dan pembayaran-pembayaran yang telah kalian keluarkan selama 12 bulan ke depan!
Mengapa?
Jika Tuhan telah menghendaki, sebagaimana pesan Ibu saya kali berkali-kali kepada saya; "Tingkap-tingkap langit akan dibuka, dan Tuhan akan memberi dengan berkelimpahan!"
Masih juga berlebihan?
"Keep it that change.., sir!"
Apakah anda percaya dengan taklimat bijak tersebut? Sepakat dengan pesan ibu saya? Seberapa yakin dan teguhkah anda dengan pilihan jawaban anda?
"Saya kerap mengalaminya, jadi tidak ada salahnya mengungkapkan yang sebenarnya, saya percaya dengan tingkat keyakinan yang sempurna!"
Tidak seberapa lama berselang setelah batas pengiriman desain ditutup untuk umum, dewan direksi BEJ mengumumkana secara terbuka melalui surat kabar tentang penggantian nama dan logo BEJ, jauh hari sebelum tanggal, waktu penilaian naskah dan pengumuman hasil sayembara yang ditetapkan. Sesuatu yang jelas tidak berasal dari hasil sayembara tersebut! Pengumuman yang sangat mengejutkan bagi saya terlebih kepada mereka-mereka yang telah mengirimkan naskah dan desainnya. Bagiamana kira-kira nasib karya-karya logo yang telah dikirimkan yang masih mewakili identitas lama? Bagaimana dengan hadiah-hadiah yang menggiurkan para peserta, dan bagaimana pula dengan para pemenangnya?
Pada paragraph ini ingin saya katakan bahwa, harapan yang saya ajukan melalui surat ini hanyalah sebuah harapan belaka. Kalian sama sekali tidak memiliki kewajiban dan tanggung jawab moral sedikitpun untuk mewujudkannya, terlebih kemudian memaksakan diri. Saya sepenuhnya sadar bahwa beberapa orang dari antara kita bahkan masih harus bersusah payah dan tertatih-tatih dalam menata kehidupannya. Lebih dari sekedar seperangkat laptop atau notebook, ini adalah cerita tentang kehidupan saya, pergumulan saya, sikap, pemikiran dan angan-angan saya.
Dengan perkataan lain dari saya;
"Saya percaya bahwa, tidak semua dari antara kita adalah orang-orang kaya, yang memiliki uang yang berlimpah. Kenyataannya, beberapa di antara kita bahkan memang adalah pribadi sudah miskin dari sananya, dan menangung beban yang berat! Sebagian baru memulainya dengan serangkain do'a-do'a, dan selebihnya adalah pribadi-pribadi yang bergaji cukup lumayan dengan tanggung jawab ekonomi yang luas dan berat!"
Jess, sekalipun telah mengendarai Terano yang gagah dan mentereng, membuat air liur perempuan manapun meleleh tidak karuan dan pria-pria yang mengenalnya memendam rasa iri yang luar biasa dalam di dadanya, bukan berarti bahwa saya sama sekali tidak memikirkan cicilan dan rencananya untuk menikah dalam waktu dekat ini setiap kali dia merogoh kantongnya untuk saya. Ataukah Muse, yang bergelut serius dengan biaya-biaya yang harus dia kumpulkan dan keluarkan untuk mengikuti kursus dan ujian Advokad. Apul mungkin merupakan salah satu contoh, cermin mereka-mereka yang telah berputus asa karena rantaian kegagalan-kegagalan yang sama banyaknya dengan upaya-upaya yang telah mereka lakukan. Mungkin, kalian tidak pernah menduga bahwa setiap kali meninggalkan kantor Tom dengan kantong yang telah berisi uang secukupnya, bayang-bayang cemburu kerabat dan beberapa boneka-boneka cantiknya yang menunggu subsidi rutinnya, terbayang-bayang di kepala saya? Maaf, jika pilihan bahasa saya terdengar kasar. Tapi percayalah kawan, saya sedikitpun tidak bermaksud untuk itu, hanya saja, saya sudah tidak tahu bagaimana saya harus mengatakan dan membahasakannya.
Jika boleh mencuri inisiatif, dapat saya katakan bahwa hampir semua orang yang mengenalmu, terlebih saya, tidak akan meragukan sedikitpun kenakalan, keliaran dan terlebih kebuayaanmu yang lembut. Tapi bagaimanapun tokh, saya tetap harus mengungkapkan harapan saya bahwa semoga bagian di atas berkenan juga untuk dapat kau anggap sebagai kelakar biasa, dan kerenanya, saya berharap kau tidak malu terlebih tersinggung karena kebuayaanmu. Saya juga adalah buaya situasional. Saya percaya bahwa kepribadianmu cukup kuat menggambarkan, mewakili karakter kita semua, kolektif secara garis besar bahwa; "Kita ini adalah orang-orang baik. Dalam hal-hal tertentu, kita bahkan jauh lebih baik dan bermurah hati dari yang semestinya. Kalaupun ada sisi-sisi nakal dan jahat dalam diri kita, bagaimanapun persoalan-persoalan tersebut harus senantiasa tetap dipahami dalam konteks, kita sebagai orang-orang baik dengan karakter, kecenderungan dan kenakalan yang bonafide. Kenakalan yang tidak kampungan! Mungkin beberapa orang di antara kita pernah dibayar dengan harga yang jauh lebih murah dari yang kita harapkan dari sedikit kenakalan, kebinalan dan sekerat Apple, tapi kita tidak murahan. Kalian tahu khan bedanya! Semoga ini cukup untuk menetralkanmu!"
Tapi bagaimanapun, jika kamu masih ingat, bukankah kau masih berhutang satu malam untuk saya? Mungkin dalam waktu dekat ini kita perlu dan layak meluangkan sedikit uang dan waktu untuk merealisasikannya, sebelum kita kembali mengikatkan diri dalam janji-janji yang baru, yang kini telah menanti di belakang.
Cerita-cerita tersebut di atas akan bertutur lain atau bahkan tidak akan pernah ada cerita sama sekali jika saja saya meminta kepada orang-orang yang telah makmur dan melimpah secara ekonomi, yang tidak lagi memikirkan persoalan cicilan, kredit dan aneka subsidi terhadap kaum kerabat yang dicintai, atau kencan-kencan instannya setiap kali mereka membuka dompet untuk saya. Untung saja, saya terbilang jarang bertemu dengan orang-orang yang bertipikal demikian itu. Terus terang, salah satu beban yang terasa berat dalam hidup saya adalah ketika saya harus mengajak kalian membiayai kebutuhan dan kerja kretaif yang saya lakukan. Ironisnya, di suatu waktu, semua itu harus bersama-sama kita jalani!
Seperti apakah pemaknaan, tanggapan dan sikap yang bisa kalian uraikan terhadap argumentasi ini?
Harapan saya, seperti apapun kemudian keputusan dan sikap kalian secara pribadi, permintaan muluk saya akan ION Portiva MS 12 tersebut, semoga saja tidaklah terlalu meresahkan dan mengguncang roda perekonomian kalian masing-masing.
Jika pada akhirnya kalian kemudian dengan bulat dan ikhlas memutuskan untuk membelikan satu untuk saya, namum pada kenyataanya masih memerlukan sedikit discount, pemotongan dan pengurangan harga di sana-sini, untuk sedikit meringankan kewajiban kalian akan beban cicilan bulanannya, saya hanya bisa merujuk pada surat ini, kalian dapat menunjukkannnya kepada marketing Ion company untuk menunjang upaya-upaya tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, saya hanya bisa berharap agar kalian minta diskonnya jangan terlampau banyak. Perusahaan khan juga bikin komputer pakai modal. Itu yang pasti. Karyawan-karyawan juga membutuhkan dan mengharapkan kejutan bonus akhir tahun dan bahkan mungkin sedikit kenaikan gaji di awal tahun depan. Yang ini yang tidak pasti.
Sebenarnya saya masih ingin bertutur dan bercerita lebih banyak lagi dalam surat ini. akan tetapi karena biaya mengetik di rental yang kian menipis, selebihnya mungkin dapat kalian baca pada terbitan Humor species edisi ketiga kelak, edisi otobiografi jilid dua, kirakira duapuluh tahun kedepan.
"Saya rasa lebih bijaksana demikian.., bapak Erich!"
Type dan merek notebook apapun yang kemudian kalian berikan untuk saya, apakah itu sebuah PORTIVA MS 12, Macbook keluaran terbaru Apple, teknologi notebook terkini HP, Toshiba, Acer atau Dell, saya berharap mendapakan barang tersebut dari kalian dengan kerelaan, ketulusan dan keikhlasan yang bersahabat.
"Bagaimana dengan 2nd hand Erich?"
"Tidak jadi soal kawan, selama saya dapat menelusuri dunia terkini dengan tekhnologinya yang ada. Dan penting untuk kalian ketahui bahwa; Saya sangat menghargai dan mengapresiasi keorisinalitasan, autentitas serta keaslian dengan nilai-nilai dan ukuran-ukuran yang tertinggi, tentang apapun itu!"
"Ok..! Tapi seberapa pentingkah kira-kira arti ION Portiva MS 12 untuk kamu Erich?"
"Apakah itu penting bagi saya untuk mengulanginya lagi?"
"Ya!" "Kira-kira kurang lebih sama penting artinya sekaleng bayam bagi seorang Popeye di hadapan Olive Oil! Baginya, hal tersebut, bayam-bayam itu akan membantunya melakukan dan bahkan untuk membuktikan banyak hal!"
"Sekaleng Notebook katamu Erich!"
"Yep!"
Ungkapan pendek berikut ini merupakan sebuah ungkapan yang saya tulis terburu-buru di atas halaman advetorial majalah Busines week edisi Indonesia 4-6 Oktober 2006, sambil meneguk sedikit demi sedikit anggur dari gelasnya, di salahsatu warung jamu pinggir jalan di Benhil, yang saya beli secara berkala di sebuah penjual majalah bekas pinggir jalan di sepanjang sisi kiri gedung WTC, di Sudirman Jakarta, setahun setelah tanggal terbitnya.
Sebenarnya saya sangat merindukan berlangganan hampir semua majalah, membeli buku-buku bacaan dan novel secara berkala, tapi untuk saat ini, saya hanya mampu untuk beberapa majalah bekas terbitan setahun sebelumnya!
Saya menulis di sana, di atas halaman advetorial ICW "stone temple" Pilot's watch;
"Persahabatan itu seperti pohon, nilainya bukan terletak pada tingginya, akan tetapi sampai sejauh mana kedalamannya dia berakar!"
Dalam suatu masa, dalam hidup saya, dapat dikatakan bahwa saya mengenal dan bergaul dengan cukup banyak orang, demikianpun sebaliknya, saya cukup dikenal secara meluas oleh banyak orang. Saya adalah pribadi yang luwes yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan tingkat sosial manapun. Tempat saya di tengah, sedikit ke atas, dan kadang naik sedikit.

... Litle high, litle low...

Aakan tetapi suatu hal yang tidak saya miliki adalah persahabatan dalam pengertian yang sesungguhnya, persahabatan yang berakar, dan memiliki kedalaman.

... Easy come, easy go...

Ketika itu, saya melihat sepertinya tidak ada arti pentingnya memiliki persahabatan-persahabatan yang demikian itu. Saya memang mungkin mengenal dan dikenal luas, saya memiliki cukup banyak teman, akan tetapi semua itu adalah sesuatu yang tidak berakar, serba sekedarnya, tidak ada kekuatan emosional yang teruji yang cukup kuat dan signifikan yang mengakar kuat dalam jiwa dan kepribadian di antara kami. Itulah sebabnya, ketika tiba saatnya saya terjatuh dan terpuruk secara ekonomi dalam kehidupan saya, semua yang terbina selama ini, semuanya itu seperti yang telah saya katakan sebelumnya, sebagaimana sikap awal saya sebelumnya; Serba sekedarnya!
"Keep that change body!"
Inilah saat-saat yang paling mengecewakan dalam hidup saya yaitu saat-saat ketika saya mengenal orang-orang, saya bergaul, saya berteman dan menjalin persahabatn yan seperti telah saya katakan, adalah perkenalan yang meluas, akan tetapi saya tidak mencintainya, saya tidak menenggelamkan diri saya di kedalam pusaran dan arus emosinya. Saya tidak membiarkan diri saya berakar kuat di sana, saya sama sekali tidak berusaha mencintainya! Saya hanya selalu berusaha bersikap sekedarnya, dan belakangan, semua itu ternyata tidak baik adanya! Ini adalah pelajaran untuk siapapun, untuk dan saya juga.
Apakah anda memiliki teman, kenalan dan sahabat?
Mungkin inilah saatnya bagi anda untuk bercermin diri.
Seperti apa anda melihat bayangan diri anda?
Apakah anda menemukan diri anda sama seperti saya di masa lalu terhadap setiap persahabatan-persahabatan saya?
Ataukah yang sebaliknya.., anda telah melakukan yang terbaik?
Persahabatan itu bagimanapun akan senantiasa penting adanya dan pada akhirnya menjadi jauh lebih penting, lebih baik lagi, jika anda benar-benar berusaha mencintainya.
Jika ada yang benar-benar dariantaranya yang benar-benar memiliki kedalaman, persahabatan-persahabatan yang anda cintai, yang membuat anda selalu merasa ingin berada di dekatnya, merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka, merasa bangga menjadi bagian daripadanya, dari antara mereka, mungkin tidak ada persahabatan-persahabatan yang sempurna sebagaimana kita ini hanyalah manusia biasa adanya, akan tetapi, percayalah bahwa anda telah melakukan dan berhasil mengupayakan suatu upaya yang terbaik dari suatu bagian, satu aspek dalam kehidupan ini, yang tidak semua orang dapat memiliki dan melakukannya.
"Apakah itu"
"Memiliki persahabatan sekaligus mencintainya!
Saya akan mengakhiri tulisan ini, otobiografi saya ini, catatan singkat saya dari masa lalu ini, dengan sebuah kutipan utuh;

Pertunjukan harus tetap berjalan.
Anda hampir bisa mendengar suara para aktor,
Nyanyian paduan suara dan gesekan jubah antar penonton di abad lalu,
Lihat Aspendos, salah satu dari ratusan theatre klasik di Turki.
Beberapa di antaranya masih digunakan sampai hari ini.
Mengapa tidak?
Drama tidak pernah berakhir!
[24]

"Mengapa drama? Tidak pernah berakhir? Mengapa bisa demikian?"
"Karena rona belum menguning di kaki langit. Kami belum melihat sang Kala terbit di atas Horison, di kaki langit di Timur!"
"Mengapa?"
"Karena malam belum berakhir!"
Setiap pesta sebagaimanapun merah-meriahnya, para pemain akan kelelahan, satu persatu tamu undangan harus beranjak pulang, lampu-lampu dimatikan, semarak pun berakhir. Dan di ujung pada suatu malam.., pertunjukan pasti berakhir!
"And the anding?"
"Now where?"
"And the anding?"
"Well come to another fest!"
"Where?"
"Here!"
"There?"
"It's all i know. And it's all i know!

... And the anding knowing, concept.last, and the anding, come to fest.., come to fest, it's all i know.., and it's all i know!..
(Lonel richie!)


Fuckin estate dirty rotten overpolit idiot sanababitch attikus!
yang artinya;
Semoga anda mengenangnya!
Saya akan mati, pasti, semua orang, tak terkecuali anda. Hanya cara, waktu dan sebagainya saja yang berbeda, yaitu sebagai Tikuskah atau Marmut. Tidak ada yang akan saya kenang. Saya tidak akan punya waktu untuk itu! Kau tahu itu khan, i am a businessman?







Suatu malam di sebuah kedai minum-minum kelas menengah di pingiran pusat Jakarta, nampak dua orang pria ekspatriat asal Amerika tengah asyik menikmati sebotol anggur lokal sambil memperbincangkan beberapa topik dan gossip terkini, para pesohor di Hollywood. Tiba-tiba keasyikan mereka di selah oleh suara seorang perempuan dari belakang mereka, tak jauh dari sana.
”Kau dengar itu?”
Scoot yang mengenakan stelan kemeja KelvinKlein warna biru, cerah, mengangguk ringan beberapa kali sambil melonggarkan dasi biru dongker bercorak GrandToro, anggrek species yang keberadaannya sudah terhitung punah yang membelit erat di balik kerah, kemeja yang dia beli di sebuah pasar tradsional.
”Menurutmu itu suara siapa?” lanjutnya lagi.
”Sempat terlintas di benakku wajah Malanie George. Tapi untuk kali ini aku rasanya tak mungkin salah lagi, itu adalah suara merdu Holmes. Ya... Katie Holmes. Aku hafal betul suaranya. Aku bahkan mengoleksi beberapa potretnya yang aku gunting dari berbagai koran dan majalah. Kau tahu khan, jelas aku sangat tergila-gila dengannya!”
”Katie Holmes katamu Scoot? Hebat, akupun rasa demikian! Kau sadar, betapa cantiknya dia!”
”Jarang aku melihat perempuan cantik yang benar-benar menggairahkan seperti Katie. Kalau saja tidak ada laki-laki sialan itu, aku pasti tidak akan pernah menghabiskan waktuku di sini. Aku akan merangkak menyusuri boulevard-boulevard di Hollywood sepanjang pagi hingga petang untuk sekedar mengemis dan memetik sedikit cinta di hatinya. Saya merindukannya, siang dan malam. Oz, kau tahu khan aku adalah seorang pria yang sedang jatuh cinta. Ini adalah perasaan yang sangat kejam dan berat. Dan aku percaya, kau sendiri tahukhan rasanya seperti apa? Kau pernah juga mengalaminya khan?
”Maksudmu suaminya, Mr. Tom, jagoan di Colateral? O ya, itu adalah Film yang hebat!”
”Huss.., pelankan sedikit suaramu bodoh, nanti kedengaran oleh si cantik itu!” bentak Scoot dengan suara berbisik.
Katie Holmes, Si cantik yang memiliki pendengaran yang cermat dengan setiap situasi dan suara-suara di sekelilingnya mulai terlihat menampakkan gerakan-gerakan yang tak nyaman dengan obrolan Scoot dan Oz. Kepada seorang yang berbau mild feminim no. 7 yang datang dengannya, di sampingnya, dia mengangkat bahu dan kedua alisnya lalu mulai bersuara, membisikkan beberapa kalimat pendek namun masih cukup jelas terdengar di telinga kedua pria itu.
”Nah, kalau yang itu menurutmu suara siapa?” tanya Oz lagi.
”Tidak salah lagi, itu adalah suara salah seorang Pembantu Rumah Tangga di rumah Katie!”
”Dari suaranya, kedengarannya sih memang begitu!”
Tak lama berselang setelah itu, tiba-tiba Katie Holmes melangkah menghampiri kedua pria yang telah mulai terpengaruh oleh hawa alkohol.
”Gentleman..!?” seru Katie dengan suara tegas membuat kedua pria itu; Scoot dan Oz terperangah setengah mati.
”Oh Tuhan, Katie..?” balas Oz cepat dengan canggung dan sedikit grogi.
”Holmes.., kaukah itu?" sambung Scoot cepat.
”Tuan-tuan, sepertinya saya mencium asap Marllboro di sekitar sini?
”Benar!” jawab Oz sambil menunjukkan sebungkus Marlboro miliknya ke hadapan Katie Holmes. Scoot mengikuti menunjukkan Camel biru di tangannya.
Lanjutnya, ” Perempuan-perempuan dewasa sangat menyukai aroma maskulinnya, Katie!”
”Ya.., benar. Karena itu, seharusnya saya bisa melihat paling tidak ada seekor kuda betina dewasa yang binal itu, tertambat di sini! Gentleman..?”
”Ya Tuhan, Katie..!”
”Holmes.., don’t do it, please..!!” sambung Scoot dengan wajah merah memerah dan memelas, memohon pengertian.
*
Dibalik hal-hal yang besar di jagad raya ini, selalu ada sejarah yang panjang di sisinya. Demikian pula dengan, kebajikan!
*
Suatu hari dalam sebuah kamar di sebuah hotel berbintang;
”Ayo, mulailah mengamuk kudaku yang manis!”
Ujar si perempuan menghardik kepada seorang pria yang berdiri tegang dan kaku, yang nampak kebingungan di depannya. Keduanya sudah berada dalam keadaan nyaris telanjang, sebagaimana layaknya sepasang pecinta yang telah siap untuk memulai permainan cinta yang dahsyat.
”Kenapa koq diam saja?” lanjutnya dengan nada kesal, setelah sekian lama menunggu.
”Saya bingung Nyonya, saya harus mulai dari mana!?” jawab si pria polos.
”Begini saja manis.., kenakan kembali pakaianmu, kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini, cepaaaa...t!” bentak si Ibu menjelaskan dengan sisa-sisa kesabarannya. Kepala pening.
”Baiklah nyonya!”
*
50 cent di tangan seseorang yang tidak memiliki apa-apa, seperti sekarung Mana dari sorga. Tapi seseorang tidak harus miskin untuk dapat mengerti arti uang, artinya 50 cent, sepanjang dia menghayati dengan mendalam arti dari setiap pecahan satu cent dari satu Dollar atau bahkan berjuta Dollar di tangannya.
*
”Ayo, pilih yang mana yang kau suka!”
Joe pria lajang paru bayah masih terdiam seribu basah, sementara butiran-butiran keringat mulai mengucur deras membasahi kemeja putih yang dikenakannya.
”Bagaimana dengan si cantik itu? Dia sangat seksi dan lihai bermain dengan teknik. Saya pernah beberapa kali dengannya, dia buas sekali Joe! Ichi namanya.”
”Tidak Chip’s, itu perbuatan dosa. Kau jangan menggodaku melakukannya!
”Benar Joe, tapi dosamu akan bertambah dua kali lipat atau bahkan lebih jika kau keluar dari sini tanpa melakukannya!”
”Ya Tuhan, sialan benar kau ini Chip’s!”
*
Kamu, mungkin saja dapat bercinta dengan 1001 kekasih pilihan dan para pecinta terbaik dalam sekian malam yang hangat dan paling liar yang dapat disuguhkan kedalam hidup anda, tapi, hal tersebut bukan berarti bahwa anda benar-benar telah mendapatkan cinta yang sesungguhnya, yaitu cinta yang benar-benar anda butuhkan.
Bukan tidak mungkin, cinta yang demikian itu adalah sebentuk cinta, segenggam cinta yang mungkin tidak akan pernah berhasil anda raih, anda dapatkan dan terlebih bercinta dengannya. Dia, mungkin tidak akan pernah hadir dan terlihat dalam jamuan pesta 1001 malam anda yang romantis. Ironisnya, dia bahkan mungkin tidak pernah mencintai anda dan mengharapkan kehadiran anda dalam hidupnya.
Jika ini yang terjadi, saya percaya, anda akan senantiasa merindukannya sepanjang waktu, dengan kerinduan anda yang terdalam!
”Ya Tuhan.., saya pernah mengalami pengalaman serupa itu. Menjengkelkan dan dunia terasa benar-benar menyesakkan dada.
*
Dalam salah satu room privat sebuah club striptease, nampak seorang penari tengah menerangkan beberapa hal tentang pekerjaannya kepada tamunya.
”Permainan ini, akan kita mulai perlahan-lahan, bertahap, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya kita tiba di puncak, di klimaks yang tidak akan pernah tuan lupakan setelah keluar dari ruangan ini. Pertama-tama, saya akan membuka gaun saya perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya Tuan akan melihat seutuhnya panorama, pemandangan salah satu keajaiban dunia yang paling eksotik sepanjang masa, yaitu tubuh saya, tubuh perempuan Tuan! Inilah pengalaman puncak yang berhak Tuan capai, dan bawa pulang. Akan tetapi Tuan, setiap inci bagian keindahan yang Tuan lihat, dikenakan biaya oleh manajement pengelolah tempat ini. Perhatikan dengan baik tombol merah di depan Tuan dan perhatikan saja dengan seksama isyarat dari saya kapan waktunya Tuan harus memencet tombol itu. Semakin banyak Anda memencet, berarti semakin banyak pula keajaiban dan keindahan yang dapat Tuan lihat dan nikhmati. Apakah Tuan sudah siap memanjakan mata tuan, hasrat Tuan, dahaga Tuan?”
”Sayang.., mungkin saya tidak perlu melihat terlalu banyak. Yang penting, tangan saya dapat memencet lebih banyak. Mungkin akan lebih baik jika saya mulai dengan memencet tombol ini!” sahut tuan Sam, si bapak tua itu sambil menjulurkan tangannya hendak menggapai stop kontak on/off lampu ruangan yang letaknya persis di atas kepalanya.
Bersamaan dengan itu, si penari tersontak dan berteriak setengah histeris;
”Tuan, tolong, jangan lakukan itu. Nanti gelap..!”
*
Sidney dan Ive, adalah sepasang merpati dari kehidupan kaum urban Jakarta yang benderang, semarak dan semerbak. Itu merupakan pertemuan pertama mereka, dari sebuah perkenalan via telpon;
”Call me!”
Demikian pesan yang masuk ke ponsel Sidney.
Terang saja, Sidney, merasa cukup nyaman untuk meneruskan hubungannya dengan Ive setidaknya untuk beberapa waktu kedepan. Dia adalah pribadi yang menyenangkan, punya kelas dan menantang. Mungkin saya terkesan terlalu cepat membuat kesimpulan, tapi seperti itulah adanya, setiap hubungan bukankah harus diuji, dan jika ini merupakan pilihan, seseorang jelas harus memulainya.
Secara fisik dan visual, Ive dapat dikatakan berhasil menimbulkan kesan positif di benak Sidney tentang pria idamannya, dan semakin banyak menit mereka habiskan di salah satu meja di A&W, Sidney sampai pada suatu kesimpulan bahwa Ive ternyata cukup jauh lebih menarik dan menggoda dari yang sebelumnya dia bayangkan dan duga di telephon.
Ive nampaknya sangat serius dan antusias akan pertemuannya dengan Sidney. Hal ini terlihat dari keseriusannya membolak-balikkan daftar menu makanan. Sidney mengamatinya dengan seksama dan cermat, setiap gerakan tubuhnya.
”Kemeja putih berkerah lebar diskon 60% plus dasi dari gerai Thomas Nash. Celana panjang model rata-rata 50% diskon dari Pierre Cardin, Lancome original, entah Versace diskon 40%. Wewangian Davidoff, Axe deodorant, Mandom, dan pewangi pakaian, empat keharuman sekaligus menempel di tubuhnya membuatnya tak lebh dari etalase kosmetik pria di swalayan.”
”Apa lagi yah..? Sepertinya masih ada yang terlupakan? ” pikir Sydney diam-diam.
”Sepertinya masih ada yang tertinggal!?” lanjutnya.
“Apakah ini masih berlaku?” Tanya Ive memecah keheningan kepada seorang Pelayan sambil meraih beberapa lembar kupon dari balik Thomash Nashnya dan menunjukkannya kepada pelayan yang berdiri di sampingnya, siap menuliskan pesanannya.
Tapi belum lagi sempat memberi jawaban, Sidney yang baru tersentak sadar dari lamunanya dengan cepat menanggapi.
“Nah, itu dia yang aku maksudkan!” katanya dengan nada keras, emosinya yang tertekan meledak, sambil menunjuk pada kupon-kupon diskon di tangan Ive.
Ive bingung.
”Ada apa?” tanyanya.
”Ive, kupon itu, saya membayangkan bagaimana nantinya diri saya membesarkan 5 orang anak dengan bermodalkan kupon-kupon itu!”
”Berarti kita harus menggunting lebih banyak kupon lagi. Kau jelas harus membantuku melakukannya!”
”Oh Ive, tidak, please.., betapa capeknya aku nanti!”
”Sydney, kau tidak perlu cemas. Kau tahu khan, aku akan membantumu!”
”Thank you for every things. Ive, Call me, jika kau telah siap dengan uang cash.., OK?”
*
“Bisakah anda menjelaskan kejadian tadi dari sudut pandang anda?”
Seorang dari wartawan yang mengerumini Jake bertanya. Dia adalah salah seorang sprinter yang terlihat berdiam diri saja di lintasannya saat bendera start telah di kibarkan, sementara pelari-pelari yang lainnya berpacu di lintasan pendek, berlomba untuk menyentuh garis finish tercepat, catatan waktu terbaik dan bahkan record dunia terbaru.
“Mereka adalah pelari-pelari yang hebat, yang memiliki stamina, semangat dan ambisi yang sangat besar untuk masing-masing menjadi juara. Jelas sekali, saya pasti akan kalah, dan bahkan mungkin akan tertinggal jauh. Saya tidak tahu, bagaimana natinya mempertanggungjawabkan semua itu dihadapan pelatih saya, para penggemar-penggemar saya, keluarga saya dan teman-teman saya. Jadi saya berpikir hemat, tidak ada manfaatnya bagi saya untuk meneruskan pertandingan ini. Hasilnya tokh akan sama saja. Lagi pula, saya tentu tidak akan pernah menghiasi halaman pertama dengan judul berita yang mengesankan di tabloid sport anda ini, kalau saja saya tidak melakukan pilihan cerdas tersebut. Bukan begitu bapak?”

… ain’t got you u…

Dapur kami, adalah sebuah bangunan berupa pondok kecil, berumur puluhan tahun, berukuran 3x4m, dan letaknya terpisah kira-kira 20 langkah kaki orang dewasa di belakang rumah. Didalamnya terdapat tungku masak memanjang, selebar ukuran dapur itu sendiri, yang berbentuk panggung. Bagian kolong tungku adalah tempat untuk menaruh kayu-kayu bakar yang telah kering, dan bagian atas antara tungku dan atap yang telah berwarna hitam pekat berlapis endapan tebal asap dan debu sisa-sisa pembakaran terdapat para-para, yang digunakan sebagai tempat untuk mengeringkan kayu-kayu yang belum kering.
Dapur jelas merupakan tempat favourit kami sekeluarga setelah ruang makan.
Mengapa?
Karena secara praktis, di sinilah segala sesuatunya yang akan tersaji di ruang makan, di atas meja makan kami dimasak dan diolah di sini.
Mungkin ini kedengarannya agak ganjil dan naïf atau bahkan mungkin seronok, bahwa kami adalah keluarga yang memasak apapun yang terlihat di dapur untuk dihidangkan di atas meja makan. Tapi.., ya, seperti itulah kami, dan ketahuilah, kami melahap sampai habis apapun yang tersedia di atas meja.
Jadi.., jika anda kebetulan singgah atau bertandang ke rumah kami, dan kebetulan anda membawa barang-barang natura, bahan-bahan mentah, jangan sekali-kali menaruhnya di dapur. Jika yang anda bawa adalah makanan olahan, makanan jadi yang telah dimasak dan siap saji, jangan pernah meletakkannya begitu saja di atas meja makan. Kami akan melahapnya sampai habis, bahkan kalau perlu tanpa sepengetahuan dan ijin terlebih dahulu dari anda.
Hal yang lain yang mungkin perlu anda ketahui bahwa, Jika anda datang dan melihat ada makanan di atas meja makan kami, tak perlu mencari kami. Tak perlu bertanya terlebih berbasa-basi panjang lebar. Ambil piring anda dan makanlah sepuasnya, sekenyang-kenyangnya. Ini penting, bahwa kami tidak pernah menaruh sesuatu di atas meja, mengundang anda datang untuk melihatnya, tapi menyajikannya untuk orang lain.
Sekalipun meja makan kami telah berubah dari sebuah meja persegi panjang berdiameter 2x6m di masa leluluhur kami masih hidup, menjadi sebuah meja kecil berbentuk bulat, berdiameter 1.5 meter, tapi rejeki kami dan nilai-nilai tersebut tidak pernah berubah, berkurang atau bergeser sedikitpun. Tidak heran jika meja makan sepanjang itu. Selain karena isi rumah yang banyak, sebagai seorang Pendeta dari sebuah denominasi Gereja, Kakek saya kerap mendapatkan kunjungan dari beragam orang, dari para Jemaat ataupun para Pendeta-Pendeta yang berada di bawah naungan institusi Gereja yang didirikannya.
Ya.., meja makan kami adalah memang layaknya sebuah meja makan, tempat untuk makan. Jangan pernah berpikir tentang hal-hal yang lain, selain daripada makanan dan perut anda saat berada di dekatnya!
Suatu sore, senja menjelang malam, saya sedang duduk-duduk istirahat di depan pintu dapur sambil menunggu nasi dan air yang masak di atas tungku perapian, saya berbincang-bincang ringan dengan Melo yang juga duduk sejajar dengan saya, dengan gaya berjongkok, tepat di samping saya, di bibir pintu dapur.
“Kak Tinggi, nanti malam kita makan apa?” tanya Melo sambil mencabut sebatang rokok dari bungkusnya, untuk saya hisap. Tapi belum sempat saya menjawab, anak Iput yang berbulu putih polos, yang paling gesit dan enerjik dari sekian banyak saudara-saudaranya tiba-tiba saja muncul dan berhenti mendadak di hadapan kami. Dia baru saja berlari kencang dari kebun, lewat samping dapur hendak masuk kedalam untuk mencari saya. Saat kami meninggalkannya di kebun beberapa menit sebelumnya, dia tengah terbaring di atas tumpukan daun-daun bunga dan rumput kering yang siap untuk dibakar.
Dia berdiri kaku, nyaris tak bergeming sedikitpun dari tempatnya. Wajah lugunya mendadak nampak kelihatan pucat sekali, kontras dengan mimik wajah Melo yang tiba-tiba berubah berseri-seri.
“Manis..!” tanyaku pada Manis yang berumur hampir setahun sambil melirik sumringah kepada Melo.
”Manis..?” lanjut melo sambil melempar cepat rokok yang dipegangnya ke atas pangkuanku.
”Kak Tinggi, ini!” lanjutnya.
Manis yang sadar dengan situasi yang akan dia hadapi, perlahan-lahan mengayunkan beberapa langkah mundur yang sangat waspada dengan gerakan yang teratur. Perhatiannya tidak bergeming sedikitpun dari setiap pergerakan Melo. Dari teras rumah belakang yang menghadap persis ke arah kami, Adik dan Ibu saya mengikuti dengan seksama kejadiannya, sambil mulai menebak-nebak sendiri kehebohan apalagi yang akan diperbuat oleh Melo dalam beberapa waktu ke depan.
Setelah berdiri dengan baik, dengan kuda-kuda yang sempurna, sekonyong-konyong Melo bergerak dengan cepat sambil berteriak;
”Kak Tinggi, makan malam..!” jeritnya keras sambil melompat dengan maksud hendak menangkap Manis. Tapi Manis yang juga tak kalah cerdik dan sepertinya telah mengerti betul karakter dan kehendak Melo, tak terkecuali apa yang dipikirkannya dengan sigap, tangkasnya dan cekatan membalikkan badan lalu berlari kencang, sekuat tenaga yang dimilikinya, menghindari Melo yang berlari di belakangnya dalam kecepatan dan percepatan yang sama. Dapat dikatakan bahwa; Kecepatan Melo hampir setara dengan kecepatan Manis. Dengan demikian seberapa jauhpun mereka saling kejar-mengejar, menghindar dan berlari, akan selalu ada jarak yang hampir sama dari awal start hingga akhirnya mereka berdua kelelahan.
Dengan semangat, Melo mengejar Manis dari belakang yang berlari meliuk ke kiri, dan ke kanan, kadang berputar ke belakang Melo, lalu menyelinap di balik pot-pot dan bunga. Tapi Melo yang memiliki stamina prima dan luar biasa sepertinya tak membiarkan Manis mengambil jarak yang lebih jauh dari yang sewajarnya, walaupun hanya selangkah di depannya, terlebih untuk menghilang sama sekali dari pandangannya..., dari jarak sergapnya!
Sambil berteriak-teriak......
”Makan malam kak Tinggi..!” dia terus berlari membuntuti Manis. Semakin lama mereka saling kejar mengejar semakin bertambah pula kebingungan kami;
”Siapa sebenarnya yang mengejar siapa?” terkadang bahkan manis terlihat berlari di belakang Melo, itulah sebabnya.
Selang beberapa waktu mereka saling buntut membuntuti ke sana-kemari, dengan seruhnya, akhirnya stamina keduanya mulai terlihat nampak memudar. Emosi, kekesalan dan kemarahan Melo juga sepertinya telah hampir mencapai puncaknya. Kali ini mereka terlihat berlari ke arah kebun yang letaknya berada beberapa meter di belakang dapur dengan emosi yang telah memuncak, sekuat tenaga dia berteriak keras;
”Makan malam kak Amba..!”
”Pasumpui..!
[25]” balas adik saya memberi semangat sambil tertawa terbahak bahak melihat Manis semakin dekat mendekati tebing yang berada persis di belakang dapur. Kecuramannya kira-kira 70 derajat dengan tinggi sekitar 5 meter. Tebing inilah yang memisahkan halaman rumah dan dapur dengan kebun, tempat dimana 101 macam jenis anggrek species yang langka ditangkarkan selama beberapa waktu sebelum di jual kepada pembeli-pembeli di Jakarta.
Sementara itu, Melo nampak tak surut semangatnya mengejar Manis. Kontras yang kejam dengan peluangnya menggapai manis yang semakin tipis, yang berlari sekuat tenaga yang masih dimilikinya, mendekati tebing.
Menjelang tubir tebing yang akan menentukan banyak hal di antara mereka berdua, Manis yang memang manis, serta betubuh munggil dan lentur, dengan gesit menyelinap ke balik kolong kursi rotan panjang dan meja kayu yang ada di tepian yang biasanya digunakan oleh Ibu saya untuk bersantai sambil memperhatikan kuntum-kuntum bunga dari kejahuan.
Langkah Melo terhenti sampai di sana.
Dia terdiam, terpaku, terpana dengan penuh emosi dan rasa kesal yang memuncak. Manis telah melompat ke tebing dan membiarkan tubunya yang berbulu lembut, putih polos menggelinding di atas hamparan tanah kering dari tubir hingga ke kaki tebing.
Sesampainya di sana, perlahan-lahan dia berdiri kembali, mengkibaskan tubuhnya dari debu dan kotoran, lembut beberapa kali lalu duduk dengan nafash berat, tersenggal-senggal, sambil menatap tajam ke arah Melo yang berdiri di tas tepian tebing. Melo balik menatapnya dengan kesal lalu tiba-tiba dia berteriak keras;
”Mami, Manis..!” katanya, yang diikuti dengan isak tangis yang meledak dengan sempurna. Sambil menangis dan mengumpat, dia mengangkat meja di depannya dengan sekuat tenaga lalu melemparkanya ke tebing. Demikian pula dengan kursi-kursi yang ada di sana. Belum puas melihat meja dan kursi menggelinding di atas hamparan tebing menghampiri manis yang telah siap kembali untuk berlari dan bersembunyi di balik selah-selah bunga. Melo meraih beberapa bongkah tanah lalu melemparkannya satu persatu ke arahnya.
Setelah puas menumpahkan semua kekesalan dan emosinya, dia berjalan kembali menuju ke rumah menghampiri Ibu saya sambil tersisak-isak dengan penuh kesedihan, keharuan yang bercampur aduk dengan rasa kesal dan marah;
”Mami.., Manis nakal. Manis benci Melo. Manis ejek-ejek Melo. U.., u.., u.., Mamiii..! U.., u.., u....” katanya sambil menangis tersedu-sedu, berjalan menghampiri kami sembari menendang apapun yang ada di dekatnya, yang dilihatnya, entah itu ember, timba tak terkecuali piring makan Iput, Scoby dan Brownie yang terbuat dari plastik.
Lanjutnya;
”Pokoknya, malam ini Manis tidak boleh makan! U.., u.., u.., Mamii....!”
Sambil melempar jauh piring Manis ke udara.
*
Berikut ini adalah pepatah lama yang diturunkan turun temurun oleh leluhur kami, oleh Nenek saya;
”Lebih baik duduk daripada tidur. Lebih baik jalan daripada duduk. Lebih baik bekerja daripada jalan tanpa tujuan. Lebih baik tidur daripada mengerjakan sesuatu yang tidak menghasilkan apa-apa. Karena di atas semua kelelahan dan keletihan itu adalah kesia-siaan belaka bagi diri sendiri.”
Tahu kenapa di masa muda saya, saya tidak pernah berhenti melangkah?
Tangan-tangan kecil saya tidak pernah berhenti bekerja dan berkarya?
Mulut saya tidak pernah berhenti bersuara lantang di usia muda?
Mata saya tidak pernah berhenti mencermati, dan telinga saya tidak pernah berhenti mendengar, sebagaimana jiwa saya yang tidak pernah lelah menyuarakan kesabaran, menyerukan cinta dan kasih sayang, dan meneriakkan kemerdekaan, kebebasan dan kemandirian?
Saya adalah orang-orang merdeka, tubuh dan jiwa kami. Saya tidak di perbudak oleh apa dan siapapun dan tidak pula memperbudak. Saya makan dari kucuran keringat kami dan berbelas kasihan dengan rasa kasih yang terdalam. Jika tidak dengan kucuran keringat, saya makan dari makanan yang dibeli dengan harga kemanusiaan saya. Dengan tegas saya katakan, tidak ada yang gratis dalam hidup ini, khususnya bagi saya, dari lahir sampai sekarang. Kalau saya tidak membayarnya tunai dengan uang, semua yang masuk ke mulut saya dan perut saya, yang menjadi darah dan daging di kehidupan saya, saya bayar tunai dengan kemanusiaan saya! Apakah ini salah? Tidak! Kemandirian, kerja keras dan etos kerja adalah hal yang sangat manusiawi. Apakah di antara kalian ada yang merasa pernah memberi gratis kepada saya? Silahkan angkat tangan anda sekarang juga, datang langsung ke hadapan saya (Jangan bicara kepada orang di belakang saya) dan kita berhitung! Jika saya mencintai, saya mencintai dari ke dalam jiwa. Jika saya mengasihi, saya mengasihi dengan keikhlasan dan ketulusan yang terdalam.
”Jadi?”
Jika kamu tidak pernah merasakan hal-hal tersebut, jangan pernah mengukurnya. Disana, kamu tidak akan pernah menemukan kedalaman yang paling dangkal sekalipun untuk di ukur.
"Itu berarti adalah genangan!"
"Terserah kau sajalah!"
”Karena.., Jika saya membenci, saya membenci dengan tuntas dari kedalaman dan kebulatan jiwa saya."
”Akan tetapi..,”
Diantara rasa cinta yang mendalam dan mendarah daging itu, serta kebencian yang memuncak di lain hal, terdapat pengampunan dan belas kasihan yang penuh pengertian, panjang sabar dan yang paling tulus.
“Itulah sebabnya…”
Jika kamu tidak pernah merasakan diampuni kesalahan-kesalahanmu, sebagaimana yang kerap saya alami, jangan sekali-kali pernah berkata;
"Pulanglah Manis.., kesalahanmu sudah kuampuni. Sungguh…!"
Ngik.., ngik.., ngik....
guk.., guk.., guk...
Ngik.., ngik.., ngik...
Guk.., guk.., guk...!
*
Susy dan Mike, adalah sepasang suami isteri paruh baya yang saling mencintai, atau paling tidak seperti itu, layaknya roman-roman dan prosa klasik yang senantiasa berakhir bahagia.
Suatu sore, Susy baru pulang dari kantor kali ini dia terlihat jauh lebih letih dari hari-hari biasanya.
Sesampainya di rumah, didapatinya Mike tengah bersandar pada sofa butut mereka, tengah asyik berbicara di ponselnya dengan seseorang yang entah dimana, dan entah ada atau tidak, tentang aneka proyek bernilai miliaran rupiah dan bahkan triliun. Ini adalah kejadian rutin yang hampir ditemui oleh Susy setiap hari, setiap pulang kantor, selama beberapa tahun kebersamaan mereka.
"Honey..!” katanya merayu Susy yang lewat di depannya, di antara dirinya dan rak sepatu di depannya. Handphone masih menempel di telinganya. Dugaanku, itu suara yang terdengar dari sana adalah suara rekaman yang telah diatur sedemikian rupa dalam format dialog dan tanya jawab. Dengan demikian, akan terdengar seolah-olah dia benar-benar tengah berbicara dengan seseorang.
Langkahnya terhenti sejenak.
Pintu kamar mereka yang dia tuju tidak lebih dari lima langkah lagi ketika dia menoleh ringan ke arah Mike, dengan sesungging senyum sumringah yang bercampur aduk antara rasa cinta dan muak, lalu katanya;
"Mike.., semir dulu kulit sepatumu dengan debu-debu jalanan. Dan tapaknya (Solnya) kau amplas dulu dengan aspal dan ter, baru kau boleh berbicara panjang lebar tentang uang jutaan, ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah!" Susy mengungkapkan perasaannya pendek, lalu masuk ke kamar
"Itu soal waktu semata saja 'Mam!" Susy berpaling cepat dengan ketus.
"Benar.., tapi pada saat kau mendapatkannya, waktumu sudah habis sebelum engkau selesai menghitungnya. Sialan.., kau tidak akan pernah membelanjakannya Mike!"
Dalam beberapa kasus tertentu, siapa seseorang, apa yang telah dilakukannya dan bagaimana dia dikemudian hari dapat dinilai, diindentifikasi dari sepatu yang dikenakannya.
Jika anda bertemu dengan seseorang yang memiliki sepatu yang tidak memiliki goretan sama sekali, pada kulitnya, dan solnya tidak terdapat jejak aus karena gesekan, maka hal tersebut berarti bahwa; Pemiliknya nyaris tidak pernah menggunakannya. Dia nyaris tidak pernah kemana-mana!
Ini adalah sesuatu kasus yang kasustik.
Namun jika benar ada yang demikian, maka dapatlah dipastikan bahwa jauh-jauh hari sebelumnya dia tidak pernah melakukan apa-apa. Dia tidak akan pernah melakukan apa-apa. Dia hanya duduk-duduk di sofanya sepanjang hari berganti hari, pagi hinga petang, hingga malam berganti pagi! Sekali lagi, Dia tidak pernah kemana-mana, dan dia tidak akan pernah pergi kemana-mana.
Ketika masih kuliah, saya paling tidak harus berganti sandal dan sepatu paling kurang 5 kali setahun. Kalian tahu khan, sepatu-sepatu saya satupun tidak ada yang tidak bermerek dan original. Saya dua kali memiliki sepatu Caterpillar asli, yang tiap pasangnya paling lama saya gunakan selama satu tahun! Setelah itu, saya harus berganti sepatu lagi!
Caterpillar ketiga saya, adalah ketika saya tengah merintis profesi saya sebagai pengacara independen (Partikelir). Yang ketiga ini sempat bertahan cukup lama.
Mengapa?
Karena saya sudah memiliki sepeda balap. Sebagian perjalanan saya sudah dilakukan dengan bersepeda. Demikian pula dengan kasus pertama saya, saya kerjakan dengan mengendarai sepeda.
"Ya, benar Erich, setahu kami, baru kamu Pengacara yang menggunakan sepeda di Republik ini!" Sepeda tersebut, saya beli dari adik saya seharga Rp. 50 ribu ketika dia akan meninggalkan Jakarta, pulang kampung!
Suatu waktu, seorang kenalan meminta saya membantunya menyelesaikan sebuah perkara yang membelit dirinya. Sebuah perkara Perdata dari sudut pandang klien saya yang akan berakhir dengan sejumlah uang ganti rugi, uang kompensasi, namun memiliki aspek Pidana yang signifikan dari sudut pandang lawan saya. Saya sendiri melihatnya sebagai sebuah perkara biasa, yang biasa terjadi antara buruh dan majikan, yang dapat diselesaikan dengan proses sederhana yaitu; Mediasi dan Negosiasi.
Kesanalah kemudian saya mengarahkan penyelesaian perkara tersebut!
Dalam waktu dua bulan termasuk proses mediasi di lembaga Bipartid yang berwenang, saya telah berhasil bertemu muka dengan lawan saya, di kantornya, sebuah langkah maju yang tidak mudah, mengingat kapasitasnya sebagai salah seorang Pengusaha kargo minyak antar negara.
Dalam suatu pertemuan, sempat terjadi adu argumentasi yang sangat sengit antara saya dengan si Bos. Kecenderungan saya adalah menggiring hemat pemikirannya untuk sedapat mungkin menghindari proses mediasi dan bahkan litigasi yang lebih lanjut di Lembaga Peradilan yang memang telah tersedia untuk itu, mengingat proses penyelesaian perkaranya yang tentunya akan memakan cukup banyak waktu, hasil yang tidak pasti bagi kedua belah pihak dan tentu saja, dengan semakin banyaknya tahapan dan proses yang harus dilewati, tentu akan melibatkan keterlibatan lebih banyak orang, dan hal tersebut tidak lain berarti bahwa biaya-biaya yang harus dikeluarkan akan semakin banyak pula.
Bukan tidak mungkin, besarnya uang yang harus dikeluarkan akan jauh lebih besar, berkali-kali lipat daripada uang kompensasi yang diperebutkan, dan yang dipersoalkan!
Work for nothing.
"Perkara ini sederhana bagi saya. Saya tinggal telpon dari sini!"
Saya tahu apa maksudnya.
"Saya memang baru merintis pekerjaan Pengacara ini. Saya terbilang masih miskin pengalaman. Jam terbang sayapun belum seberapa di dunia Litigasi Hukum, Pekerjaan sebagai Pengacara ini. Tapi perlu Bapak ketahui bawah saya juga sanggup mengikuti sampai sejauh mana langkah Bapak. Saya punya sedikit cadangan stamina untuk itu. Ditingkat Disnaker, Gubernur atau bahkan Presiden, saya juga punya teman, saya juga punya kenalan. Paling tidak ada yang mengenal saya!” jawab saya dengan suara tinggi, sedikit emosi, nyaris tanpa berpikir. Kalau soal teman atau kenalan itu tidak lebih dari bualan saya semata. Pada kenyataannya, saya tidak punya siapa-siapa di semua tingkatan itu, tidak teman ataupun kenalan!
Sejenak kami tediam.
Seorang teman yang menemani saya menunggu dengan sabar di luar ruangan. Badannya tegap, tinggi besar, penuh dengan otot-otot. Beberapa kali saya melihatnya muncul dengan menenteng senjata serbu AK 47, seperti menenteng satu kantong plastik kresek, yang berisi dengan aneka kripik, salah satu jenis senjata organik pasukan elit Kepolisian, kala itu. Dia mengenakan stelan kaos, biasa yang sederhana namun rapih, dan tentu saja kehadirannya saat itu sama sekali tidaklah bermaksud sebagai bodyguard saya.
Dia adalah seorang teman bisa.
Satu hal pasti yang bias saya simpulkan seperginya kami dari sana adalah bahwa; "Saya tahu kau hanya membual. Tapi bualanmu boleh juga anak muda!"
Mengapa?
Karena jarak antara tempat tinggal saya di Jl. Imam Bonjol Menteng saat itu, dengan rumah si Bos tidaklah seberapa jauh jaraknya, paling tidak saya melewatinya paling kurang empat kali sehari. Entah bagaimana cerita selanjutnya sampai akhirnya pertemuan itu bubar, berakhir dan kami berdua pulang dengan mengantongi sebuah kesepakatan damai! Hal-hal lain yang berkenaan dengan perjanjian perdamaian dan uang, disepakati akan diselesaikan seminggu kemudian.
Tiba saatnya Sabtu siang yang menentukan, sebagaimana jadwal, saya berangkat berjalan kaki menuju ke Margasiswa yang letaknya di Jl. Sam Ratulangi, kantor pusat sekaligus sekretariat salah satu rayon organisasi Mahasiswa Katolik Indonesia, di Menteng. Jaraknya tidak seberapa jauh, untuk menjemput seorang teman yang akan ikut serta ke sana. Namanya dan tanda tangannya ada dalam surat kuasa, yang berkop surat; ERICH TINGGI SH & Rekan. Pengacara patikelir dan investigasi hukum!, yang beralamat Jl. Imam Bonjol No.3! Tempat atau domisili hukum, merupakan salah satu sumber lingkungan pengaruh saya saat itu. Itu adalah salah satu dari beberapa perkara yang beruntun saya kerjakan dan selesaikan sepanjang tahun itu, tapi tidak lagi dengan mengendarai sepeda yang telah saya jual di bulan November setahun sebelumnya, ketika sedang menyusun skripsi.
Dari sana, kami menjemput orang ketiga, teman yang bersama-sama dengan saya Sabtu seminggu sebelumnya. Tapi baru beberapa langkah meningalkan Margasiswa, seorang Ibu yang menggendong seorang anak kecil, laki-laki pikir saya, menghentikan langkah kami. Dia meminta sedikit uang.
"Saya cuma punya 5 ribu!" seru saya kepada C'sar, teman saya itu.
"Kasih yang itu saja dulu!" katanya.
Saya mengikuti. Kantor yang kami tuju terletak di sebuah kawasan perkantoran dan pertokoan elit di simpang antara Harmoni Jakarta pusat dan Jakarta Barat. Kedatangan kami kira-kira satu jam lebih cepat daripada tuan rumah, daripada si Bos. Dalam hati, saya berdoa semoga apa yang akan terjadi kemudian, dalam beberapa waktu ke depan, dapat berjalan sebagaimana kesepakatan minggu lalu. Point-pointnya telah saya buat dalam sebuah bentuk perjanjian perdamaian tertulis yang tinggal di teken, di tanda-tangani oleh kedua belah pihak. Singkat cerita, berawal dari niat yang murni untuk menyelesaikan perkara tersebut, dengan penuh dedikasi dan itikad baik, demikianpun selanjutnya proses negosiasi, kesepakatan, penandatanganan Dading hingga ke urusan tentang uang dan pembayaran-pembayaran berjalan lancar, karena terjiwai oleh semangat tersebut; Itikad baik!
Kali ini, kami bertiga meninggalkan kantor itu dengan wajah sumringah… Dikantong saya terselip sebuah amplop tambun yang telah berisi uang dalam nilai jutaan rupiah. Jumlah yang kecil, namun sangat berarti, cukup besar untuk seorang pemula. Cukup lama, hampir seperampat jam lebih kami berdiri kebingungan di pelataran parkir depan kantor itu, mendiskusikan mau kemana selanjutnya. Dari semenjak bangun pagi, saya mulai terpikirkan kesegaran Rootbeer dan ice cream bercampur batu-batu es dari restoran A&W. Entah dengan mereka berdua.
"Sudah.., kita jalan saja dulu nanti saya tunjukin tempatnya!" ujar C'sar.
Dari sana, kami bertiga pergi dengan mengendarai taksi. Dia menggiringnya hingga tiba di sebuah restoran masakan khas daerah, di Gondangdia, restoran Tinoor! Kami membuka satu meja di sudut restoran. Semua jenis masakan yang terpajang di balik etalase digelar, dihidangkan di atas meja. Karena banyaknya menu yang tersaji, nyaris tak satu piringpun yang habis. Masing-masing hanya berkurang beberapa sendok hingga akhirnya kami bertiga kekenyangan.
Hari itu benar-benar adalah hari yang berjalan sempurna.
Paling tidak seperti itulah yang saya pikirkan dan rasakan.
Hidangan penutup dari saya adalah masing-masing sebuah amplop, untuk peran dan kontrusi, obat pegal linu, berisi beberapa lembar uang ratusan ribu, kurang lebih masing-masing setengah dari harga makanan yang tertera dalam nota kasir; Satu juta rupiah lebih, termasuk pajak, saya rasa demikian!
Apakah tendensi dari kisah ini?
Perlu saya tegaskan bahwa ini adalah sebuah cerita, sebuah kisah nyata dimana tidak ada permaian sudut pandang, persepektif ataupun point of view. Saya punya banyak kisah serupa, dari persoalan litigasi hukum hingga ke soal pencurian-pencurian yang berlangsung sukses. Semuanya adalah cerita tentang harmoni, tentang keseimbangan, tentang tangan di atas dan tangan di bawah. Tentang tambah, kali, kurang dan bagi yang benar adil dan manusiawi!
Sepintas lalu, ini sepertinya adalah persoalan yang kecil. Tapi.., hal kecil tersebut seperti secangkir Whiskey Brandy dari Mc. Nulty di sebuah bar yang bernuansa Scootlandia entah Irlandia pada suatu malam, di sebuah acara yang diadakan untuk menghormati salah seorang rekan mereka yang meninggal dalam tugas. Berapa banyak Band (Kelompok musik) yang bubar hanya oleh persoalan sepele; Uang? Perpisahan yang merembet dari bagi-bagi yang tidak jujur, ataukah karena keserakahan, yaitu saat salah seorang dari antara yang lain mulai menganggap dirinya jauh lebih layak memperoleh bagian yang lebih besar dari anggota Band yang lain. Demikian pula dengan peran-peran dalam hidup ini! Saya punya standart nilai tersendiri untuk hal-hal tertentu.
Ini adalah sebuah kisah tentang pertemanan dan persahabatan yang hebat, tidak kurang terlebih di lebih-lebihkan. kalaupun ada yang lebih, sisa yang lebih dari pada yang dapat anda petik dan bawa pulang, adalah sedikit point untuk reputasi saya.
"Kawan.., setidaknya kita pernah melakukan suatu hal di dunia ini, di kehidupan ini bukan?" Paling tidak, seperti itulah yang saya rasakan. Percaya atau tidak, makanan-makanan yang tersisa di atas meja, yang tidak bisa kami habiskan bertiga, kami bungkus dan bawa pulang... semuanya!
Dari Tinoor, kami berpencar, kembali ke tujuan masing-masing, masing-masing entah kemana. Saya langsung kembali Iman Bonjol No. 3.
Malamnya saya bertemu dengan klien saya.
Dia puas dengan hasilnya.., demkian pula dengan uangnya.
Setelah itu, saya masih mengerjakan beberapa perkara, dengan berbagai cerita dan suka dukanya. Semoga ada manfaat yang dapat anda petik dari cerita itu, demikian pula dengan yang berikut ini; Semuanya adalah ceita tentang saya.
Suatu waktu di tahun 2005 ketika Ibu dan kakak saya datang ke Jakarta untuk mengikuti pameran anggrek di TMII saat itu adalah pertemuan saya dengan mereka selama kurun waktu 10 tahun. Ini adalah suatu masa dimana segala sesuatunya mulai berjalan terbalik, berjalan sebagaimana yang tidak saya inginkan dan rencanakan dalam hidup saya. Adalah tahun-tahun awal dari suatu masa resesi, kemunduran panjang saya secara ekonomi. Saya coba untuk bertahan dengan jalan mengamen di bus-bus kota. Setelah itu berpindah pekerjaan sebagai Pembantu Rumah Tangga di Menteng.
Pekerjaan tersebut saya peroleh dari seorang Ibu tetangga kost saya di Anyer, Menteng Atas. Mungkin karena melihat saya menganggur dan selalu bermasalah dan kewalahan dengan tagihan uang kost di tiap akhir bulan, dia akhirnya menawarkan pekerjaan tersebut, menjadi Pembantu rumah tangga di sebuah rumah di Jl. Surabaya, Menteng. Saya berbagi separu-separuh dari gaji pertama saya, yang kala itu dihitung perminggu.
Saya adalah seorang laki-laki yang apa yang ada di otaknya, dalam benaknya yang sederhana, sebagian besar hanyalah khayalan, mimpi, asa dan angan-angan. Pekerjaan Pembantu Rumah Tangga merupakan salah satu angan-angan saya sejak dulu, adalah salah satu cita-cita saya. Hanya saja, ketika itu, menurut saya terlalu prematur, terlalu cepat. Profesi dan pekerjaan sebagai Pembantu rumah tangga bagi saya adalah sebuah ruang inspirasi dan kreatifitas yang sangat hidup dan menarik untuk di selami. Pengalaman-pengalamannya sangat bermanfaat bagi kegiatan saya sebagai Penulis. Sampai saat ini, saya masih memendam harapan, angan-angan dan rencana untuk melakukan pekerjaan tersebut untuk yang kedua kalinya, atau yang ketiga kalinya di beberapa tahun ke depan. Saya berharap mendapatkannya di salah satu dari sekian banyak keluarga-keluarga kaya, super rich yang banyak tersebar di seantero Jakarta, atau bahkan di luar negeri.
Bagaimana dengan sekarang?
Saya berharap tidak sekarang. Mungkin iya, untuk 7 sampai dengan 8 tahun ke depan. Saat ini, saya sedang mencoba meluruskan kembali perjalan hidup saya. Telah terjadi begitu banyak ditorsi dan kerusakan yang saya rasakan. Dari ukuran manapun kita melihatnya, ini adalah sebentuk kehidupan yang tidak sehat dan seimbang. Saya sedang mencoba menatanya kembali dari nol, dari kemunduran dan ketiadaan saya sama sekali, dari kemiskinan saya.
Mimpi-mimpi saya saat ini adalah tentang sebuah keluarga kecil, yang terdiri dari seorang atau beberapa orang istri, beberapa orang anak, kebun yang ditanami oleh sekitar seribu pohon cokelat, anjing-anjing berwarna putih yang hebat dan beberapa ekor kuda, di sebuah kabin, di tepian sebuah hutan. Saya berharap untuk beberapa waktu ke depan, saya bisa berhasil mewujudkan sebuah kabin sekelas salah satu Suit Room di The Regent Four Season, atau desain eksotik terbaru, salah satu room yang ada di di Hotel Sahid Jakarta. Kamar-kamar yang benar-benar hebat dan menggoda!
Semua orang tentu saja ingin hidupnya dipenuhi oleh kesenangan dan diliputi oleh kebahagiaan, dan memiliki waktu serta kesempatan utnuk menikmatinya lebih banyk lagi daripada yang ditawarkan oleh dunia kepadanya. Memili ki sebuah ruangan atau sebuah kamar, atau kabin yang sekalipun kecil, tidak seberapa luasnya, tapi rasanya seperti ‘ngamar di Sahid hotel selama bertahun-tahun. Sayapun demikian! Sebelum waktuku habis, hari-hari hidupku di dunia berakhir, sama seperti dikatakan oleh Tony Collins; Aku sudah melihat banyak hal dalam hidupku ini. Sebelum hidupku berakhir, aku akan melihat lebih banyak lagi!
[26]
Di usiaku sekerat dan sekarat ini, hampir tak banyak lagi yang dapat aku lakukan. Hampir semuanya telah aku lakukan. Sekarang aku letih, sangat-sangat letih. Dan untuk semuanya, waktu--waktu yang masih tersisa, saya ingin kenangan terakhir saya dipenuhi dengan kebahaagiaan. Seperti rasa bahagia seorang anak kecil dengan kado Natal dari seseorang yang dicintai dan di sayanginya, di hari Natal, yaitu di musim Natal yang lalu. “Sebuah kenangan yang menyenangkan untuk selalu diingat.” ujar Pat Laye.[27] Terus terang saja, saya sangat berbahagia dapat mengatakannya, di sini!
Menulis sambil bertani. Bertani sambil menulis. Itulah yang akan saya lakukan ke depan.
"Kamu terlihat sangat lusuh, dan nampak tanpa gairah kawan!"
"Akhir-akhir ini memang saya tidak pernah lagi olah raga."
"Tubuh yang sehat sangat penting artinya untuk menjadi seorang Pembantu yang hebat..!"
"Itu benar sekali. Dan seperti yang saya katakan, saya sangat ingin menjadi Pembantu Rumah Tangga di sebuah keluarga-keluarga supe kaya. Karena itu, saya harus sehat bukan?"
"Dan untuk saat ini?"
"Paling tidak saya berhasil menikmati, melewati panen cokelat pertama saya sebelum masuk pada tahapan kehidupan yang lain, sebagai Pembantu rumah tangga itu tadi!"
"No pel
[28]!"
"Yes Mam!"
Tidak seberapa lama saya melakoninya, saya kemudian berpindah kerja di sebuah salon mobil, milik salah seorang teman. Yang terakhir adalah menjadi tukang semir sepatu di Pondok Indah Mal dan Plaza senayan dari pagi hingga sore, dari sore hingga malam hari saya teruskan di Drive Range Senayan. Pekerjaan tukang semir sepatu ini saya tekuni kurang lebih setahun. Diperiode inilah saya bertemu dengan Ibu dan Kakak saya ketika mereka ke Jakarta untuk pameran anggrek. Beberapa hari sebelum mereka pulang, anting bermata berlian biru entah kristal yang serupa yang menggantung di telinga Angelina Jolie saya berikan kepada Ibu saya. Saya sendiri tidak tahu pasti apakah berlian asli yang demikian itu ada atau tidak, tapi setidaknya saya melihatnya untuk yang ketiga kalinya di sampul novel; The christmas thief.
Ini adalah kisah saya di saat-saat terakhir saya menjalani profesi sebagai tukang semir sepatu. Ini adalah puncaknya!
Suatu waktu saya berpikir, daripada menghabiskan waktu menyemir sepatu yang hasilnya hanya cukup untuk makan dan beli rokok sekedarnya, mengapa tidak mencoba ke luar negeri. Tapi kemana? Dibenak saya kalau bukan ke Amerika Serikat, Inggris atau Jepang.
Caranya?
Lewat jalur tenaga kerja?
Tidak mungkin, saya kondisinya tidak sehat. Saya mencoba jalur ini sejak masih kuliah dan selalu gagal.
Di Jakarta saja surat lamaran saya ditolak di mana-mana.
Lewat visa turis?
Tidak mungkin lagi, saya tidak punya uang. Sisa yang ada di kantong saya hanyalah modal untuk membeli beberapa kaleng semir yang baru.
Lompat pagar kedutaan. Mencari suaka politik?
Seperti yang saya tuliskan sebagai paragraph pembuka dalam surat olografis saya kepada presiden George Walker Bush, saya tidak punya persoalan politik apapun di negara ini. Saya bukan tahanan politik ataupun daftar pencarian orang karena alasan-alasan politik. Saya tidak punya latar belakang politik, tidak pernah atau sedang menjadi anggota ataupun simpatisan parta-partai atau organisasi-organisasi politik manapun yang ada, termasuk afiliator-afiliatornya, dari dulu sampai sekarang. Aktifitas saya semasa kuliah, sama sekali bukanlah aktifitas politik, tidak bersifat politik dan oleh karena itu tidak ada argumentasi dan alasan, titik taut, serta variable ataupun penjelasan yang pantas untuk mengkaitkan kedua hal tersebut, untuk menjelaskannya. Saya sama seperti berjuta Mahasiswa ketika itu, hanya berperan sebagai penonton semata, penggembira dari kejahuan, jauh di luar garis, di luar mainstream.
Akhirnya saya memutuskan untuk kabur saja.
Langkah pertama saya adalah membeli sebuah buku percakapan bahasa Jepang berikut sebuah kamus mini bahasa Jepang. Jelas sekali, tujuan saya tidak lain adalah Jepang. Diselah waktu-waktu saya menyemir sepatu, jika pas tidak ada sepatu yang harus di semir, yang perlu dikilapkan, saya berlatih percakapan bahasa Jepang dan mencoba menghafalkan beberapa kata-kata yang penting.
Suatu sore, tiba waktunya pertunjukan tunggal saya. Sebagaimana biasanya, One man show...! Dalam hal dan perkara-perkara yang penting dalam hidup saya, saya selalu bergerak dan melakukan pertunjukan sendiri. Tidak ditemani siapapun, saya pun tidak memerlukannya!
Saatnya beraksi.
Saya menuju ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, ketika itu masih masuk dalam wilayah Jakarta Raya. Yang saya bawa saat itu hanyalah perlengkapan semir saya, pakaian yang ada di badan dan kedua buku tersebut. Sesampainya di sana, saya tidak langsung beraksi sebagaimana rencana. Sambil menyemir sepatu, saya mempelajari situasi mencari jalan dan celah yang terbaik dan paling memungkinkan untuk lari. Program saya tersebut kiranya cukup terbantu oleh situasi lapangan yang sangat kondusif. Dengan kata lain, jika saya berhasil menemukan jalannya, celahnya yang pas, saya pasti berhasil kabur keluarga negeri, ke Jepang via pesawat terbang jumbo jet.
Selain menyemir sepatu di pelataran parkir terminal B yang khusus diperuntukkan untuk penerbangan-penerbangan internasional, saya juga mencoba membantu bahu membahu dengan para Porter bandara mendorong troli-troli bagasi penumpang dan mengatur troli-troli yang telah digunakan. Dalam perjalanan ke sana, saya sempat bertemu dengan seorang Senior saya, yang bertanya kemana tujuan saya.
"Menjemput seseorang di terminal internasional." Jawabku, dia lalu menunjukkan arahnya.
Tidak jarang juga sepatu-sepatu yang saya semir merupakan umpan, pemberian dari para Porter yang telah kenal cukup baik dengan saya, sekalipun ini adalah waktu yang pendek. Perlahan-lahan saya menyusun strategi terbaik untuk kabur. Sedikit demi sedikit saya bergerak maju, masuk semakin jauh ke dalam gedung bandara, hingga akhirnya saya berhasil tembus sampai ke dalam ruang admistrasi dan melewati ruang chek in penumpang.
Tapi perhitungan saya, bukan di situ jalannya. Saya berusaha sampai ke sana dengan bermodalkan troli, hanya untuk melihat jadwal penerbangan.
Suatu pagi, sebuah mobil catering bandara terlihat dari kejahuan mendekati saya, tengah berdiri di sisi kanan gedung bandara di depan pagar kawat pembatas yang bercelah. Cukup untuk ukuran tubuh saya. Makin lama makin mendekat. Kalau berjalan sesuai rencana, saya hanya perlu melewati pagar itu, lalu berlari cepat kurang dari 100 meter ke sebuah jalan kecil yang ada di dalam halaman lalulintas bandara yang akan dilewati oleh mobil catering tersebut dalam perjalanan menuju ke pasawat yang akan take of dalam satu jam kedepan, setelah mengisi catering pesawat, bahan bakar dan passenger. Saya akan masuk pesawat bersama kotak-kotak makanan, pikir saya. Kotak semir telah saya tinggalkan.
Tangan saya sudah merobek beberapa centi meter pagar kawat yang telah koyak ketika tiba-tiba di pikiran kosong saya terlintas sebuah pemikiran, pertimbangan yang jauh-jauh hari sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
"Saya tinggal selangkah ke pelarian saya ke Jepang. Situasi lapangan sangat mendukung dan kondusif, memberi ruang dan peluang untuk mensukseskan rencana-rencana saya. Peluang lolos ke pesawat 99%. Tapi bagaimana jadinya di Narita, Bandara Internasioal Tokyoo nanti? Bagaimana dengan peluang saya lolos keluar dari bandara Narita? Kalau saya sampai tertangkap, bagaimana? Resikonya akan seperti apa? Mungkin saya akan dideportasi kembali ke Jakarta dan kalau ini yang terjadi, saya tentu akan tersandung dengan persoalan politik dan hukum yang berat! Batal...!"
Itulah kesimpulan akhir saya. Saya langsung menjauh dari pagar, takut terlihat oleh aparat kemanan bandara yang tegas, mengambil kembali peralatan semir sepatu saya yang saya sembunyikan, lalu kembali menyemir sepatu di parkiran. Siangnya, tengah hari, saya meninggalkan bandara dengan menumpang mobil seorang perempuan, seorang Istri entah kekasih salah seorang Diplomat asing yang bertugas di Jakarta.
"Saya baru turun dari diskotek..!" katanya.
O yah, darimana kamu memperoleh uang, seperti untuk membeli Caterpilar atau biaya untuk mendirikan kantor Pengacara sendiri?
"Saya kumpulkan dari mana-mana. Saya ada banyak bisnis, urusan-urusan yang menghasilkan uang. Saya mengerjakan apapun untuk menghasilkan uang. Itulah sebabnya saya menjalani 7 tahun masa kuliah, tapi yang aktif saya habiskan untuk kuliah sesungguhnya hanya 3 setengah tahun, selebihnya tidak aktif.
Saya sangat senang mengikuti bazar-bazar dan pameran. Dari bazar di kampus-kampus, perumahan, hingga ke pameran besar di JHCC. Saya juga pernah berjualan mainan di depan pintu masuk sekolah Al Ashar, di Kemang. Bazar yang rutin diadakan di kampus Kedokteran UI Salemba adalah salah satu bazar langganan saya.
Pada suatu kesempatan bazar yang diadakan di UI, saya menempati satu stand sendiri yang pembayarannya setengahnya dibayar di pertengahan masa pameran. Tentu saja konsumen saya sebagian besarnya adalah Mahasiswa Kedokteran, serta beberapa orang Dokter wanita yang cantik-cantik, nan seksi.
"Mengapa hampir semua Dokter perempuan itu cantik dan seksi ya?"
"Karena kalau tidak seksi dan cantik, rumah sakit isinya pasti cuma orang sakit!"
Saat itu saya menjual aneka mainan anak-anak, salah satunya adalah "Baby Tamagochi,” binatang piaraan elektronik, seukuran stopwatch, yang diperkenalkan pertama kali di Jepang. Mainan ini disukai oleh hampir semua kalangan, miskin ataupun kaya, tua dan muda, pria dan wanita, dari anak kecil kemarin sore hingga ibu-ibu yang kesepian. Salah satu pembeli saya adalah seorang Mahasiswi Kedokteran Gigi tingkat menengah, yang berkulit putih, halus dan lembut, tinggi semampai, dan tentu saja cantik… Hampir tidak ada bandingnya.
Saya jatuh cinta dengannya. Dia membeli 2 buah baby. Tapi saya pikir, perasaan cinta saya bukanlah disebabkan oleh hal itu. Ini murni adalah rasa suka, rasa cinta yang menggebu, rasa saling tertarik yang lumrah di antara pria dan wanita.
Saya sangat menyukainya. Dia tentu saja adalah seorang anak orang kaya, dan saya berkhayal banyak tentang itu. Sehabis pameran, saya langsung mencarinya. Hari pertama, saya ditemani oleh seorang teman. Saya menungguinya di pelataran parkir, salah satu jalan keluar dari kampus itu. Tapi tidak berhasil ketemu.
Hari kedua, kali ini saya berangkat sendiri, saya datangi lagi dia. Semakin banyak orang melihat dan mengenal saya. Tapi setiap kali ada mahasiswa yang lewat di depan saya, mereka langsung pasang air muka tanda tidak senang.
"Mengapa?"
"Mereka mengenali saya sebagai Mahasiswa UKI, sebuah atribut yang kurang disukai luas di kalangan mereka, atribut yang dipandang sebelah mata, kala itu!" Hari kedua itu dia belum juga terlihat.
Hari ketiga saya mencarinya adalah hari yang paling panas, dalam sekejab saputangan saya dari handuk medium basah dengan keringat. Untungnya ketemu. Saya langsung menemuinya saat dia tengah berjalan bersama dua orang temannya menuju ke pelataran parkir mobil. Entah dia muncul darimana. Setahu saya dia tidak pernah melewati saya.
Cepat saya memperkenalkan diri. Katanya dia masih mengingat siapa saya.
"Penjual tamagochi kan?"
"Benar sekali, cantik!”
“Bisa bicara berdua? Sebentar saja!"
Dia berpikir sejenak sambil mempermainkan kotak peralatan praktikum di tangannya yang berisi entah gigi-gigi siapa, kemudian melirik ke arah kedua temannya mencari masukan dan pendapat.
"Maaf, lain waktu saja. Kami sedang terburu-buru!" jawabnya lalu pergi, menjauh dan akhirnya menghilang di antara mobil-mobil yang terparkir di sana. Saya baru beranjak pergi setelah mobil sedannya menghilang sama sekali di balik hiruk-pikuk jalan raya. Itu adalah mobil yang sangat mewah.
Esok harinya saya datangi lagi, dengan harapan hari ini adalah "lain waktu..!” yang dia maksudkan. Tapi dia tidak ada. Sejak saat itu, saya tidak pernah bertemu lagi dengan dia. Saat ini saya sudah lupa bagaimana dan seperti apa wajah cantiknya!
Di bazar itu, saya berhasil menjual ratusan tamagochi.
Tapi belakangan timbul masalah dan persoalan. Beberapa orang yang saya temui setelah bazaar itu mengeluhkan bahwa barang yang saya jual adalah barang yang cepat dan gampang rusak, barang murahan, barang-barang tiruan. Di gudang kost pemilik mainan tersebut di Salemba tengah, memang masih tertimbun aneka mainan termasuk Tamagochi berjumlah ribuan. Bagaimana kondisinya? Saya sendiri tidak tahu.
"Tamagochi jualan kamu cepat sekali rusak, Dek!" kata mereka protes, sambil menunjukkan Tamagochi yang lain, yang asli, sebagai pembanding. Salah seorang konsumen lain yang kecewa itu protes kepada saya pada suatu kesempatan bazar lain beberapa bulan kemudian. Secara kebetulan saya bertemu dengannya di sebuah bazar yang saya ikuti di sebuah sekolah di pondok labu, sekolah Al Izhar. Sekolah untuk anak-anak selebriti dan orang-orang kaya.
Si Ibu yang protes minta ganti, tapi jawab saya mengelak;
"Saya juga tidak tahu, apakah itu adalah barang bagus atau tidak. Itu semua adalah barang-barang titipan yang saya jual!" sanggah saya.
Bagaimana jika bazar kebetulan lagi tidak ada?
"Saya berbisnis apapun!"
"Misalnya?"
"Barang-barang antik dan lukisan!"
"Yang lain?"
"Jika mentok, saya mencuri!"
"Mencuri? Apa maksudmu?"
"Mencuri.., apalagi?"
Suatu waktu, saya sangat membutuhkan uang, sementara itu tidak ada yang dapat saya lakukan untuk memperoleh uang dalam jumlah besar, dalam waktu secepatnya. Akhirnya saya membongkar gudang perbekalan inventaris kampus UKI, kampus saya sendiri. Apapun yang ada di sana, saya ambil, saya kuras sampai habis, lalu saya jual setengah harga. Barang yang paling berat adalah tumpukan kertas-kertas yang masih tersegel, dan yang paling mahal adalah satu set komputer. Saya melakukannya dengan rapih dan sangat bersih. Tapi sebagian Mahasiswa yang mengenal saya curiga, bahkan percaya bahwa sayalah yang melakukannya.
"Sekarang..., kalian tidak perlu mencurigai saya lagi khan?"
Lagi pula, seperempat dari hasil penjualannya saya bagi kepada mereka yang sempat melihat saya mengangkutnya, Juniorjunior saya.
“Kirim-kirim
[29], Bang!" teriak mereka kepada saya, tanpa menoleh sedikitpun. Mereka tengah asyik bermain judi.
*
Seberapa besarkah jarak antara masa lalu dengan masa depan?
Sebesar anda bisa menghayati hari ini, dengan bergairah dan penuh semangat!
*
Satu hal yang tidak akan pernah berubah, yang akan tetap tinggal abadi, hingga akhir masa; Yaitu jarak dan defenisi, antara siapa kawan dan siapa lawan. Siapa musuh dan siapa teman.
Sedangkan si abu-abu, tempatnya di mana Erich?
Dia adalah musuh utama dan yang terbesar dari kedua belah pihak.
Dan, di atas daripada itu semua, dia tidak akan pernah menjadi kawan yang sesungguhnya, bagi siapapun!
*
Cerita ini adalah cerita dari seorang kawan satu universitas dengan saya, kurang lebih 17 tahun yang lalu, di tim Bas kelompok paduan suara Universitas, serta persahabatan yang panjang setelah itu. Dia orang Toba. Keberadaannya dimana, bagaimana kehidupan dan situasi ekonominya, tak ada kabar beritanya sama sekali sampai saat ini. Kabar terakhir yang saya dengar, dia sedang mengikuti program TKI ke Jepang.
Suatu waktu, tim paduan suara kami mengisi acara grand opening Gran Melia Hotel di Jakarta yang bertema "The mexican night!" yang juga sekaligus diperuntukkan sebagai perayaan ulang tahun perkawinan salah seorang konglomerat Indonesia, salah seorang pemilik saham di hotel tersebut, ketika salah seorang penyanyi Tenor di depan saya salah dalam mengeja beberapa kata dalam sebait lagu. Selang beberapa lama kemudian, giliran solo singer di barisan Mezzo Sopran mengulangi hal serupa.
"Apa yang kemudian terjadi?"
"Pertunjukan tidak berhenti. Tidak berantakan, hanya karena keselahan-kesalahan kecil, kesalahan-kesalahan satu orang!"
Setelah sesi pertunjukan kami selesai, saya langsung membaur di antara para undangan.
First class!
Apa yang menarik dari sana?
Lagu ...Killing me sofftly... yang dilantunkan dari sebuah ansambel musik live tinggal beberapa bait masuk ke refrein yang pertama, ketika saya menyadari seorang ibu muda, menurutku dia adalah tamu perempuan yang tercantik yang hadir di sana malam itu, ternyata sedang menatap dan memperhatikanku sejak dari tadi.
"Apakah itu karena sepiring udang yang saya pegang? Ataukah memang ada sesuatu yang menarik pada diri saya?"
Tak salah lagi, saya tak membuang percuma waktu yang singkat itu. Sebuah momentum dan peluang yang berarti Profit, Gain dan Benefit jangka panjang, jika saja saya bisa mengolahnya dengan cerdas. Tapi ternyata, kami hanya bisa saling memandang, tersenyum dan bermain mata dengan genit, hingga lagu itupun berakhir. Kami berdua seperti dua orang sinting di tengah sebuah pesta yang megah dan meriah.
Saat acara bubar, saya pulang ke tempat kost dengan tas yang telah terisi penuh dengan satu set alat makan.
First class!
"Saya pikir, sepertinya dia sedang syahwat...? Atau mungkinkah ini adalah tandanya cinta?"
"Akh.., itu semua khan hanyalah perasaan-perasaanmu saja, Erich!"
Dari semua lagu. yang pernah kami pentaskan, tak ada yang lebih menggugah hidup dan perasaan kemanusian saya lebih daripada lagu "The Russian Antheem!" karya Andrew Loyd Weber!

Deburan ombak pagi, Mengalun mohon mentari, Agar kembali menerangi isi bumi.

Hai umat yang terlelap, Segera tinggalkan mimpimu, Gelap malam, Sinar surya berganti gelap.

Gentarkah kau hai jiwaku ingat masa lalu, Masa yang penuh tangis sendu. Mungkinkah kau mengharapkan, Kini.... Tuhan Allah surgawi memberkati.

A.., a.., a.., a.., a… Di kepenatan ku berdoa, Agar tetap teguh dalam bekerja, Ora et labora truskan berkarya.
[30]

Cerita berikut ini berlatar belakang romantika, di sebuah lokalisasi Parawaria. Oleh karena itu, tidak heran jika cerita ini tidak hanya lucu tapi sekaligus juga seronok, terlebih jika dituturkan secara verbal, oral dan disertai dengan gerak gemulai parawaria. Disinilah letak kesulitannya, cerita ini hanya akan benar-benar terdengar lucu jika dituturkan dalam keasliannya.
Alkisah, suatu malam yang belum terlalu jauh merangkak larut, nampak sekelompok Waria/Banci yang terdiri dari beberapa orang terlihat tengah asyik bercengkerama riang, satu dengan yang lain. Pengunjung malam itu sepertinya tidak seramai malam-malam sebelumnya.
Tiba-tiba seorang Waria lewat dengan senyuman dan ayunan langka riang, melangkah dan melenggok girang di depan mereka sambil menutupi tangan kanannya dengan telapak tangan kirinya yang lebar dan kekar yang tengah berusaha mendongkrak, mengorak-ngorek, menggapai sesuatu dari balik celah gigi dan gusinya. Semakin dia mendekat, wajahnya yang manis dan cantik dengan sapuan bedak tebal, menor dan mentereng, semakin nampak serius. Sepertinya sesuatu yang terselib di sana benar-benar merupakan sebuah perkara yang serius.
”Toyib sombong ya, mentang-mentang baru makan daging!” sapa seorang dari kerumunan itu dengan serius menyebutkan nama asli Tasya yang telah berlalu beberapa langkah melewati mereka.
Mendadak Tasya entah Toyib menghentikan langkahnya. Dia terdiam, nampak sewot, sejenak lalu berpaling dengan gerakan anggun disertai sedikit rasa kesal karena hal yang terselib di sana, di giginya yang belum juga berhasil dia keluarkan.
Balasanya ketus, ”Siapa yang baru makan daging. Orang ini jembut
[31] orang yang pada nempel!”
Beberapa tahun lewat setelah kejadian yang diceritakan oleh teman saya itu kepada saya, suatu sore pada sebuah meja yang dikerumuni oleh setidaknya 5 orang muda, dewasa, pekerja kelas menengah dari beberapa korporasi yang masing-masing letaknya tak seberapa jauh dari restoran JCO Donuts & Coffe. Mereka baru saja pulang kantor, dan singgah ketempat tersebut untuk menikmati hidangan aneka donut yang lezaaaat.
Sambil melumat lembut Crispy donut yang renyah di mulutnya,Tuo melirik penuh tanya kepada Lilie, yang tengah memiringkan tubuhnya agak ke belakang sambil menutupi tangan kananya dengan telapak tangannya yang lebut dan mewangi tengah berusaha mengeluarkan sisa makanan dari balik celah-celah gusi dan giginya dengan jemari tangannya yang lentik, menebarkan aroma donut yang menempel di kulitnya.
Maradu, yang duduk di sampingnya dengan keluguan dan rasa ingin tahunya, dia bertanya;
”Lilie, jembut siapa?”
”Saya.., tadi!” sambung Tony yang duduk persis di depan Lilie menanggapi dengan cepatnya, spontan, tanpa dia sadari lalu menyemburkan semua donut yang tersedak di tenggorokannya.
Lilie tersontak kaget, yang lain terperangah nyaris tak percaya.
”Tony.., sialan benar kau!” teriak Lilie lantang sambil melempar tusuk gigi di tangannya ke arah Tonny yang tak percaya dengan kebenaran yang baru diucapkannya.
Beberapa waktu setelah itu;
"Si Toyib, maksud saya Tasya ada dimana?" tanya seorang Waria kepada temannya.
"Tidur!"
"Tidur..?" "Iya! Ada apa?"
"Sombong benar itu si Tasya, jam segini sudah tidur!"
"Habis makan daging kali'!"
"..?..."
Bersamaan dengan itu, dari balik gubuk, tiba-tiba terdengar suara bas yang melengking...
"Tasya 'gitcu loh!"
*
Nyonya Hllen adalah seorang ibu 60an tahun, yang masih memiliki tunggakan kredit perumahan yang rutin mendatangi rumahnya setiap akhir bulan. Sepanjang pagi hingga petang hari itu, petugas collector dari bank lokal Stateprison county, sebuah pemukiman menengah di pinggiran distrik lockdown Nevada, yang sejak pagi setidaknya telah tiga kali mendatangi rumahnya, mengedor-ngedor pintunya. Tapi tak berhasil bertemu dengannya.
Menjelang sore, pintu rumah miss Hellen kembali terdengar di ketok berkali-kali, untuk yang keempat kalinya, diiringi oleh alunan lagu simple tis a gifft to be free dari speaker bell dari belakang.
”Miss Hllen.., excuseme, it’s Pedrolo, open your door please!” ungkap si tamu menjelaskan siapa dirinya.
Dia tak lain adalah seorang Evangelis muda di Gereja setempat, Gereja tempat miss Hllen menjadi anggotanya.
Tak seberapa lama kemudian, terdengar derit sepatu kulit miss Hllen yang bersoll karet mentah, berderit di atas lantai panel kayu rumahnya, mendekati pintu, diikuti dengan rasa kesal dan emosi yang telah memuncak. Dia tak sabar lagi memuntahkannya. Tangannya nampak menggenggam sepatunya yang lain, boot yang biasa dia pakai berkebun di belakang rumahnya.
”Kau tidak perlu berbasa-basi dan terlampau bermanis-manis seperti itu Kamerad. Efek dramatis dan simpatik yang coba engkau kesankan pada suaramu dan keramahanmu itu malah membuatku mual dan kepalaku rasanya mau pecah. Kalian, debt collector dimana-mana sama saja. Tidak punya perasaan!” jawab Miss Hllen dengan kesal sembari merusaha memutar anak kunci sloot pintu rumahnya.
Lanjutnya lagi...
”Gorki, kamu tidak perlu bersusah payah melakukan semua tipuan ini. Kau tidak mungkin mengelabuiku. Aku hafal betul yang mana suara Pedrolo dan yang mana suara serigala buas dan tak tahu diri macam kau. Sekalipun kau berusaha menutupi tubuhmu dengan kulit domba yang paling halus sekalipun, deruh nafashmu yang lapar benar-benar membuatku muak. Demi Tuhan.., oh tidak, aku rasa kau tidak mempercayainya. Tapi percayalah, kau tidak akan semudah itu memangsaku Gorki! Aku pastikan tidak akan semudah itu.”
Miss Hllen akhirnya berhasil membuka gerendel pintunya. Perlahan-lahan dia mendorong pintu yang kedua yaitu, pintu kasa anti nyamuk dari aluminium, lalu mengayunkan sepatu di tangannya ke arah tamu di depannya, berteriak sambil melemparkannya dengan sekuat tenaga...
”Aku perintahkan, keluar kau dari sini setan!” bentak Miss Hllen.
Pedrolo, Evangelis yang masih muda itu berdiri tegap, terpukau persis di depannya. Dia terpana, terpesona dengan gerakan gesit miss Hllen. Dia tak sempat menghindar sedikitpun, mengelak ke samping ataupun merunduk. Diapun tak sembat mengucapkan sebait do'a pendek. Dia hanya berdiri terdiam di tempatnya.
Saat.....
”Swinggg..!” desis yang panjang sepatu Boot Miss Hllen melayang hanya sejengkal di atas kepalanya!
*
Pada suatu malam dua orang pemuda dusun Goten dan Dalton terlihat berjalan kaki agak terburu-buru menyusuri jalan setapak yang menghubungkan desa mereka dan desa tetangga yang baru saja mereka kunjungi. Setelah berjalan dan berlari silih berganti cukup lama, akhirnya mereka sampai juga ke jembatan yang menghubungkan kedua desa itu. Disana, di pertengahan jembatan langkah mereka berdua terhenti.
”Kau lihat tidak itu Goten!”
”Iya benar. Sepertinya sebuah telor mata sapi, hanya saja dalam ukuran yang tidak sebagaimana biasanya. Yang ini jelas jauh lebih besar. Bahkan masih terlalu besar untuk semua anggota keluarga kamu yang besar, setelah engkau berbagi bagian denganku.”
”Bahkan kalaupun dengan terpaksa kita masih harus berbagi lagi, seperlunya untuk keluarga Anggie dan Aliceku, masih akan tersisa cukup banyak, pastinya!”
”Tentu dan sekalipun aku yang pertama kali melihatnya, untuk kali ini kau percayalah padaku bahwa aku tidak akan seserakah yang kau takutkan dan pikirkan. Itupun jika pikiran-pikiran seperti itu ada di kepalamu.”
”Aku tidak punya masalah yang berarti denganmu, yang akan membuatmu bersikap tega dan belaku curang denganku dalam hal berbagi. Goten, kita adalah teman baik, bukan begitu?"
"Ya, tepat sekali, Goten!"
"Dan aku percaya, kau akan berbagi jauh lebih adil dan manusiawi denganku jika kau yang melakukannya daripada aku. Bukan begitu Dalton!”
”Bahkan sampai ke remah-remahnya Goten!”
”Brilliance of the moon!
[32] Kau memang kawan yang bijak dan penuh pengertian. Aku tidak tahu, apakah aku dapat bertemu lagi dengan orang seperti Kau. Ketulusan dan kerelaanmu berbagi bahkan sampai ke hal-hal yang besar seperti telor mata sapi raksasa itu benar-benar membuatku bangga berteman denganmu. Aku benar-benar terharu Goten dengan semua itu!”
”That’s what are friend for, body!”
“Dan bagaimana dengan telor mata sapi raksasa temuanmu itu? Kau sadar tidak, sepertinya dia telah bergeser sedikit agak ke hilir dari saat pertama kali kita melihatnya tadi?”
“Kalau kita terlambat membuat kesimpulan dan membuat keputusan tindakan apa yang akan kita lakukan dengannya, dapat aku pastikan tak lama lagi dia akan hanyut terbawa arus!”
“Berarti kita harus bergerak cepat, secepatnya menariknya ke tepian!”
“Benar sekali Goten. Sayang aku tak sepandai kau dalam hal berenang. Tapi mungkin aku bisa membaktikan diriku, tenagaku untuk hal yang lain."
“Tepat. Aku sendiri yang akan menyelam dan mengangkatnya dari dasar sungi. Tapi setelah aku berhasil, Kau harus bisa membantuku menariknya ke ke tepian!“
“Baiklah. Tapi kau jangan menyelam dulu ke sana sebelum aku sampai di tepian yang di sana, yang sejajar dengan telor itu.
"Baik! Bergegaslah ke sana.“
Dengan gerakan yang cepat, Dalton meninggalkan Goten menyusuri salah satu tepian sungai, disebelah kanan.
”Stop!“ teriak Goten dari atas bibir, pinggiran jembatan siap untuk terjun ke dalam sungai. Tak seberapa berlalu kemudian, tubuhnya yang atletis dan ramping telah melayang di udara dan,
„Byurrr..!“ bunyi gemercik gemerincing suara air memecah keheningan malam yang mulai nampak berselimut kabut tipis.
Perlahan-lahan, Goten mengayunkan lengannya seirama dengan kepakan kakinya menyibak permukaan air sungai yang gelap dan berkabut. Perlahan-lahan namun pasti dia mulai berenang ke hulu menghampiri bayang-bayang bulan yang terpantul dari dasar sungai berwarna merah kekuning-kuningan dengan lingkaran cincin putih doff, persis seperti telur mata sapi rakasasa.
”Berhenti Goten!“
”Disini?“
”Ya benar, telur mata sapinya tepat di bawah tubuhmu!“
Cepat Goten menarik nafash panjang lalu menyelam ke dasar sungai dengan gesit. Kurang dari satu menit, Goten merangkak-rangkak di dasar sungai, dia berenang kembali menuju kepermukaan. Dari tepian kali, Dalton mengikuti setiap pekembangan dan kemajuan yang mungkin dihasilkan oleh Goten, detik-perdetik.
Setelah mengisi paru-parunya dengan udara malam yang segar, sejuk bercampur beberapa titik-titik embun malam secukupnya, Goten kembali menyelam.
Detik dan menit yang singkat berlalu dengan cepat. Setelah mencoba melakukan penyelaman dan pencarian selama beberapa kali, akhirnya Goten sadar dan sampai pada penilaian bahwa dia sebenarnya tengah mencari sesuatu yang salah, di tempat yang salah. Dia seharusnya bergegas pulang ke rumah, masuk ke kandang ayam, memungut beberapa butir telur ayam yang terhampar di sana, lalu masuk ke dapur, menyalakan api dan mulai menggoreng satu persatu telor-telur di keranjang bambu yang ada di tangannya, menjadi beberapa buah telor mata sapi yang lezat.
”Ada kemajuan Goten?” tanya Dalton berharap banyak.
”Diam kau Dalton!” bentak Goten dengan raut wajah penuh kecewa dari sana setelah menyemburkan air sungai yang sedingin es dari mulutnya, lalu berenang kembali ke tepian dengan kesalnya menghampiri Dalton yang nampak kecewa dengan hasil yang diperoleh Goten.
”Seharusnya kau yang melakukan semuanya ini Dalton, bukan aku!” seru Goten emosi.
”Tapi kau sudah tahu sebelumnya khan bahwa aku tidak pandai berenang!” Dalton membela diri.
”Asal kau tahu saja, kau atau siapapun tidak perlu terlalu pandai untuk menunjukkan dengan baik siapa kita sebenarnya!”
”Maksudmu?”
”Apa yang selama ini kita cari bukanlah telor mata sapi dalam ukuran super jumbo. Itu adalah bayang-bayang bulan purnama yang berada tepat di atas kepalamu!”
Dalton menengadahkan kepalanya, terpaku dan tercengang dengan apa yang dilihatnya; Lingkaran bulan purnama yang sempurna, berwarna merah muda kekuining-kiningan tepat seperti telor mata sapi rakasasa yang ada di sungai dan telor mata sapi yang digoreng setengah matang.
”Ilusi, fatamorgana yang benar-benar memuakkan, tipuan malam yang sungguh-sungguh menyebalkan. Sungguh keterlaluan. Semua ini benar-benar tidak lucu sedikitpun, Goten!”
”Kau benar Dalton. Seharusnya semua ini tidak pernah terjadi, atau setidaknya bukan kita yang melakukannya!”
”Apanya Goten?”
”Semua kebodohan ini tolol, apa lagi!?”
*
Tuan Tarso menghempaskan tubuhnya yang berat dan tambun ringan ke atas sofa kulit butut berwarna cokelat di beranda rumahnya. Debu tipis mengepul bercampur udara pengap dari balik pori-pori busa lapuk melalui celah-celah kulit pembungkus sofa yang kumal, kusut dan beberapa robekan pendek di sana-sini.
Keletihan yang melukiskan perjalanan hidupnya yang telah melampaui, mengalami dan mengupayakan banyak hal, lebih banyak daya, upaya dan bahkan kegagalaan dan kekecewaan dari orang-orang segenerasinya terukir dan terpahat dengan jelas, dan sempurna di kulitnya dan di peluh keringatnya.
Dia menyekanya, lalu perlahan melemparkan lenso tebal yang khusus untuk melap keringat keatas ujung sepatu kulit Bally bututnya yang terbuat dari kulit lembu terbaik, yang terlentang di atas permukaan meja kaca di depannya.
Dia menarik beberapa kali nafash panjang dan berat yang disertai dengan gumpalan tipis asap Lucky Strike lalu bangkit perlahan-lahan dari kursinya, berjalan beberapa langkah ke depan kemudian menuruni anak tangga samping beranda rumahnya yang berbentuk panggung, setelah itu dia berputar mengitari sisi rumahnya menuju ke pekarangan yang ada di belakang rumah, sebuah halaman yang tak seberapa luasnya, tempat dimana terdapat sebuah kandang ayam yang dihuni oleh belasan induk ayam yang tengah mengerami dan beberapa ekor ayam-ayam jago. Di dunia ayam, sebagaimana dalam hidup kita ini, sekedar untuk ikut serta mengerami, anda bahkan tidak perlu terlampau banyak pejantan dalam hidup anda. Tapi untuk hal yang lain, anda niscaya tidak akan menemukan variasi yang kreatif dan inovatif dari hanya satu pejantan saja. Percayalah!
Perbincangan yang didengarnya dalam bus kota tadi masih terus terngiang-ngiang di kepalanya, menghantui pikirannya, dan mungkin tak terkecuali akal sehatnya.
”Bangun siang itu tidak baik buat hoki. Salah sedikit, rejeki bisa kepatok ayam!” demikian kesimpulan perbincangan yang didengarnya tadi.
Hari ini dia bangun agak kesiangan, lebih siang dari kebiasaannya bangun lebih siang, yaitu saat para pekerja kantoran telah mulai melakukan aktifitasnya. Jadi tidak mengherankan jika bisnisnya hari ini berantakan. Dia pulang ke rumah tanpa sempat bertemu dengan orang yang terikat janji bisnis denganya. Untung saja, pertemuan tersebut baru merupakan tahap pemulaan, dari sebuah transaksi bisnis yang porsentase keberhasilan dan kegagalannya sama besarnya. Dan, jika benar-benar ada bisnis yang sesungguhnya, segala sesuatunya mengenai waktu dan janji pertemuan setidaknya berantakan di awal. Jika hubungan bisnis tersebut masih merupakan sesuatu yang dapat diperbaiki, paling tidak tuan Tarso, hanya memerlukan sedikit perbaikan yang seperlunya, polesan sekedarnya. Jika segala sesuatunya telah membaik kembali, tidak ada salahnya bagi dia jika mulai berpikir, melanjutkan kembali mimpi-mimpinya dan harapan-harapannya tentang transaksi-transaksi bisnis yang riil, sebagaimana yang sudah-sudah.
Dia mampir sebentar di dapur, mengambil sebilah pisau yang paling tajam dari sana, mengasahnya kembali hingga terlihat nampak lebih tajam lagi, lalu meneruskan langkahnya menuju ke kandang ayam. Miss Tarso sedang dalam perjalanan pulang yang terburu-buru ke rumah. Sedikit rasa dongkol tertahan di tengorokannya, karena dia hanya berhasil membawa pulang beberapa ikat sayuran dan sebotol susu sapi segar. Uang yang ada di tanganya tidak cukup untuk membeli seekor ayam, yang paling kurus sekalipun.
Tarso, menatap satu persatu ayam-ayamnya.
“Saya sudah terlalu tua dan letih bergumul dengan hidup ini, dan sekian banyak bisnis-bisnis yang ternyata lebih banyak gagal dalam hidupku. Saya tidak akan berada di sini dengan menenteng pisau jagal ini melainkan seember jagung dan dedak untuk kalian nikmati beramai-ramai sebagaimana biasanya, jika saja tidak ada masalah yang sangat serius di antara kita.
Saya rasa selama ini hubungan kita baik-baik saja. Kalian membalas perhatian dan kemurahan hati saya yang tulus dengan telur-telur kalian yang tambun dan lezat. Untuk hal telur yang satu itu, kalian punya segmen penggemar fanatik tersendiri.
Tapi soal telur itu adalah persoalan yang lain. Dan tidak lama lagi itu akan menjadi bagian dari masa lalu di antara kita. Jika saja kalian bisa mengerti, belakangan ini saya merasa mengalami persoalan, pergumulan yang sangat serius dengan bisnis-bisnis saya yang ternyata lebih banyak gagalnya. Dan tadi, di bus kota saya mendengar beberapa penumpang berceloteh dengan panjang lebar tentang ayam dan keberuntungan.
Terus terang saja sampai saat ini, sedikitpun saya tidak bisa menemukan titik tautnya yang logis dan terang bagi kita tapi, jelas tidak dapat saya pungkiri bahwa perbincangan-perbincangan tersebut ternyata telah terlanjur meracuni pikiran dan akal sehat saya.
“Kotek.., kotek.., kotek..!” balas ayam-ayam di depan Tarso bersahut-sahutan, gelisah seolah-olah mengerti pergumulan yang seperti apa yang tengah dialami oleh tuannya dan sekaligus mengingatkan bahwa ada suatu salah pengertian, pemahaman dan pemaknaan yang serius terhadap obrolan yang didengarnya.
“Kotok.., kotok.., kotok..!” suara ayam-ayam yang gelisah semakian riuh dan ramai terdengar.
“Dikemudian hari, dapat saja muncul novum, fakta-fakta baru yang sama sekali tidak akan memberi ruang dan peluang sedikitpun bagi saya untuk memperdebatkan atau menguji kembali keputusan saya saat ini. Tapi, bagaimanapun, untuk saat ini saya rasa perpisahaan yang jelas sangat menyakitkan di antara kita inilah yang merupakan jalan terbaik bagi siapapun. Lagi pula, kita masih sama-sama belum tahu kapan fakta-fakta tersebut akan terungkap, itupun kalau terungkap. Kalau tidak ada novum atau tidak terungkap sama sekali, bagaimana? Bukan tidak mungkin saya tidak akan pernah berurusan dengannya lagi. Rasanya sebentar lagi Nyonya kalian pulang.” katanya Tarso sambil menarik nafash panjang, berat, lalu mulai menangkapi ayam-ayam satu pesatu dan menyembelihnya.
Setelah semuanya selesai, satu persatu ayam-ayam dibersihkan. Jumlahnya kurang dari 3 baskom plastik. Semua proses itu selesai selang tak seberapa lama kemudian pintu pagar depan rumahnya berderit. Miss Tarso telah pulang!
”Tarso.., ayam-ayam ini.., apa yang telah kau lakukan dengan mereka?” teriak Isterinya histeris, tak mengerti dengan pemandangan yang dijumpainya.
”Tak satupun yang tersisa. Semuanya satu kandang, dari kandang kita di belakang rumah!” jawab Tarso, kalem, solah-olah tidak terjadi apa-apa.
”Oh my God!”
”Jumlahnya jelas terlalu banyak untuk kita berlima. Tapi juga saya rasa tidak semua tetangga kita kau sukai khan Miss Tarso! Kau bebas memilihnya dengan siapa engkau akan berbagi ayam!”
”Apa yang telah terjadi? Apa yang telah kau lakukan? Beri aku penjelasan yang masuk akal Tarso!”
”..?.., masuk akal?”
”Ya!”
”Misalnya?”
”Apakah ini karena sesuatu yang berhubungan dengan epidemi, hama atau penyakit?”
Pada umumnya, banyak perempuan nampak cantik, menarik, yang bertaburan pesona dengan sepasang anting gelang dan manik yang menjurai bak buah anggur yang ranum di telinganya. Dari sekian banyak yang pernah saya lihat, trendnya mewabah dari lapangan tennis, dari telinga Maria Sharapova. Dia trend centernya, dialah yang memperkenalkannya ke hadapan publik, setelah itu trendnya menyebar dan meluas dengan cepat, seperti penyebaran dan epidemi hama dan saki!
[33]
”Tidak Nyonya. Sama sekali tidak seperti itu jalan ceritanya. Kekuatiranmu menurutku terlalu berlebih-lebihan. Itu menurutku!”
”Lalu mengapa? Seperti apa ceritamu?”
”Aku hanya tidak punya pilihan lain.”
”Pilihan katamu? Bagaimana dengan mereka? Kau pikir apa mereka memilikinya?
”Semua akan sampai pada gilirannya. Anggaplah kali ini aku hanya mencoba mempercepat prosesnya saja!”
”Kau bahkan berhasil melakukannya terlalu cepat bagi sebagiannya!”
”Ya, mungkin, seperti salah satu yang di tanganmu itu!”
”Apakah tidak terlintas sedikitpun di benakmu bagaimana perasaan mereka saat mereka melihatmu melakukannya?”
”Tidak lama lagi mereka akan menghiasi meja makan kita. Kalau kau bisa mengerjakannya dengan cepat, mungkin semuanya telah tersaji di atas meja makan kita sebelum James Story, Broken Mokara dan Apple Blossom, dengan perut lapar, pikiran kusut dan rambut acakan-acakan kembali dari kantor. Mungkin inilah saatnya yang tepat bagi kita untuk memuaskan perut mereka dengan aneka hidangan ayam yang lezat dari tanganmu. Sekarang aku pikir, sepertinya tidak ada gunanya lagi kau berusaha menggiringku menguji keputusan yang telah aku ambil.”
”Lagi pula, tokh mereka tidak bisa lagi kembali seperti semula. Tunggu apa lagi?”
Lanjut Tarso setelah hening yang tak terjawab...
”Jadi, mulailah bekerja Miss Tarso! Aku akan membantumu melakukannya!”
”Tuan Tarso, bagaimana rasanya setelah kau membantuku melakukannya
[34], rasanya masih dapat aku rasakan sampai sekarang!”
”Bukankah itu beberapa minggu yang lalu, Miss!”
”Tapi rasa nikhmatnya..? Hmm.., masih kerap membuat bulu-bulu halus di sekujur tubuhku bekidik tak karuan. Getarannya bahkan masih membuat tubuhku terasa geli’, saat setiap kali aku menatap tubuhmu atau berdekatan denganmu, setiap kali menyentuh tubuhmu, Tuan!”
”Kalau begitu, seharusnya tidak lagi menjadi persoalan jika aku membantumu lagi mengurus ayam-ayam ini dari setumpuk daging mentah menjadi semeja hidangan lauk pauk yang lezat dan nikmat di atas meja makan kita, untuk makan malam kita nanti, untuk menenangkan perut dan sekaligus memenangkan hati James Story, Broken Mokara dan Aple Blossom!"
”Kau memang sialan Tarso. Kau terlalu pandai menurutku. Terlalu pandai memojokkanku dalam segala hal, pada situasi-situasi yang tak mungkin aku tolak dan tak memberiku pilihan!”
”Tapi setidaknya, kau sudah pernah merasakan bagaimana nikmatnya aku pojokkan. Bukan begitu Miss?”
”Sialan!”
”Dan untuk hari ini, kau memiliki pilihan yang terbuka!”
”Apa maksudmu?”
”Kau boleh memilih, apakah aku harus melakukannya terlebih dahulu denganmu ataukah dengan ayam-ayam ini!”
”Kalau kau melakukannya terlebih dahulu denganku, aku pasti akan langsung tersungkur lemas di atas ranjang kita, tertidur pulas, lelap hingga besok siang. Jadi menurutku, sebaiknya kita melakukannya terlebih dahulu dengan ayam-ayam ini, yang terbaik yang dapat kita lakukan, baru kau membantuku melakukannya denganku. Bagaimana?”
”Masuk akal. Itulah yang aku sukai dari kau Miss Tarso. Tidak seberapa banyak, tapi kecerdasanmu itu kadang-kadang sungguh sangat berguna bagi keluarga ini, teristimewa di saat-saat yang paling membingungkan seperti ini! Kau hebat Miss. Aku mengakuinya!”
”Kalau begitu, ayo kita mulai, Tarso. Masih cukup waktu sebelum James Story, Broken Mokara dan Aple Blossom pulang dari kantor.”
”Do it miss!”
*
"O ne' bandoro'?
[35]"
Ada apa Kak?" balas Melo yang tidak jauh darinya duduk bersilah, di atas hamparan tanah berlapis rumput-rumput hijau yang telah kering, terlihat seolah-olah sedang mengamati Amba dengan pekerjaannya. Tapi.., sebenarnya, dia sendiri tengah melamun dan berkhayal banyak, mencoba melukiskan kehidupannya yang baru kelak, di antara hamparan pasir Miami Beach, udara tripis Florida dan kerlap-kerlip gemerlap New York.
"Angkat itu telephone!"
Cepat Melo terbangun dari lamunanya. Terkejut, lalu melompat berdiri meraih ponsel yang tergeletak tidak jauh darinya degan gerakan artistik dan gesit layaknya John Statham, seperti jagoan dalam Transpoter. Dia meneguk sedikit kopi dari gelasnya lalu.......
"Dari siapa?"
"Lilie Allen, pacar kak Tinggi, dari London!"
"Buttokko!
[36]"
"Ha.., ha.., ha..!"
"Guk.., guk.., guk..!" Manis, Scooby dan Iput menyalak, saling sahut-bersahutan.
"Auuu..!" Brownie jantan tua yang tangguh mengikutinya dengan lolongan panjang sambil mengkibas-kibaskan ekornya yang lembut gemulai ke kiri dan kekanan, ke atas, ke bawah, seolah-olah senang dengan pemandangan yang dilihatnya. Menurut kepercayaan leluhur kami turun temurun dari masa lalu, jika anjing menyalak dan melolong demikian, itu pertanda bahwa Browni tengah menyapa kehadiran roh-roh leluhur kami!
"Serius kak Amba?"
"Lilie Allen Prumpung mungkin!"
"Bukan.., di sini terulis Tanggul, Kak!"
"Itu berarti Kiroro!"
"Oh iya! Jadi bagaimana ini Kak?"
"Kau saja yang bicara!"
"OK!"
Setelah dering yang panjang.
"Klik....."
Lalu,
"Hallo..?"
"Hallo juga!"
"Selamat siang!"
"Selamat siang juga!"
"Ini siapa ya?"
"Saya Melodi el Patria Bokko', Saya tinggal di Buisun 101. Saya biasa dipanggil Melokun. Selamat datang di nursery Grace Species Orchids kami!"
Lanjutnya,
"Kamu siapa?" "Saya Kiroro!"
"Itu khan pacarnya kak Tinggi yang di Jepang?"
"Begitu ya?" "Ia..!"
"Kata siapa?" "Kata kak Tinggi!"
"Tapi saya ini bukan Kiroro Jepang. Kakak adalah Kiroro yang di Tanggul!"
"Oh.., Kiroro Tanggul ya?"
"Benar!"
"Melo sering mendengar nama kakak Kiroro disebut-sebut kak Tinggi!"
"Bagaimana dengan kiprahku?"
Melo terdiam. Sejenak otaknnya yang masih kanak-kanak berputar mencari arti kata tersebut. Mungkin dia belum pernah mendengarnya sebelumnya.
Jika anda pernah berkeliaran di lokalisasi PSK semacam itu, tidak sedikit yang mangkal di sana adalah PSK karena alasan-alasan ekonomi. Beberapa orang di antaranya adalah PSK-PSK dengan pekerjaan khusus, yaitu sebagai Hunter para laki-laki penikmat seks yang memiliki kemapuan plus dalam bercinta. Mereka adalah PSK tester.
Jika anda hebat baik soal ukuran maupun tekniknya dalam bercinta, anda akan segera diarahkan secara sistematis dan digembleng khusus untuk terjun dalam industri seks, salah satu industri tertua dan terbesar di dunia, sepanjang masa. Seks adalah industri yang besar dan hebat, yang melibatkan banyak orang dan tentu saja uang! Biasanya mereka-mereka ini akan diarahkan untuk menjadi pria-pria PSK khusus untuk para Ekspatriat atau orang asing yang secara umum memiliki kecenderungan dan selera yang sederhana, mereka tidak mau terikat, baik secara pribadi maupun secara ekonomi dengan industri tersebut.
Just kiss and say good bye!
Jika dicermati secara mendalam dari sudut pandang para ekspat, PSK-PSK independent jauh lebih kecil resikonya! Setiap malam, anda dapat melakukannya dengan orang yang berbeda, dengan pengalaman dan ceritanya yang berbeda.
Anda tidak perlu bermain petak umpet dengan suami-suami mereka. Jika dia pernah melakukan hubungan badan luar nikah selain dengan istrinya, ada kemungkinan dan peluang dia akan menjadi seorang suami yang terbuka. Bukankah perempuan juga berhak melakukan dan mendapatkan hal yang sama, kenikhmatan dan peualangan yang sama? Rasa bosan bisa menghinggapi siapa saja, kapanpun, di manapun, Anda, tidak terkecuali istri anda. Jika itu yang terjadi, mungkin anda bisa berhasil mengurung tubuhnya untuk beberapa waktu, untuk beberapa saat, tapi tidak dengan hasratnya, khayalan-khayalannya dan fantasi-fantasinya yang kian menggebu. Cepat atau lambat, dia akan menemukan jalannya, celahnya, lalu menyelinap pergi menemui kekasih fantasinya. Jika dia telah mulai bermain petak umpet dengan anda, dia akan semakin menjiwai dan menikmati pilihannya. Jika permainan petak umpet tersebut berkembang menjadi persoalan menang atau kalah, semakin anda merasa lebih pandai dari pasangan anda, jangan heran jika pada akhirnya anda akan menemukan daftar panjang kekalahan anda. Jadi, sebaiknya ini hanyalah bisnis. Kalau saya pribadi, saya akan bersikap terbuka, bersikap permisif, sepanjang dia melakukannya dengan bersih dan sehat. Itu saja! Jika tidak, dapat saya pastikan dia bukan hanya suami yang sangat cemburu, yang over posesif, yang akan mengikuti istrinya kemanapun dia melangkah. Dan bila anda ketahuan melakukannya dengan istrinya, menjadi gundik atau simpanan istrinya, tidak diragukan lagi, dia akan mengejar anda sampai ketemu, membalas dan bahkan mungkin menghajar anda sampai babak belur. Tapi ada juga varian yang ketiga, yaitu suami yang betipikal egois, dia melakukannya, penikhmat hubungan seks luar nikah yang aktif, akan tetapi dia tidak mau menerima kenyataan, mendengar ataupun mendapati istrinya tengah bermain cinta, bermain asmara dengan pria lain.
"Yang ketiga ini yang repot Kang!"
"Tidak! O ya.., Kakak mau apa?"
"Saya mau lihat-lihat bunga species yang ada di kebunmu Melo!"
"Bisa! Tapi bunganya tinggal sedikit!"
"Tidak mengapa!"
"Tapi Kakak harus bayar karcis!"
"Kippu? Karcis? Berapa?"
"Kalau lokal Rp. 10.000, Foreigners Rp. 50.000. Uangnya dimasukkan ke dalam kotak ini!"
"Uangnya sudah banyak belum?"
"Tidak. Tinggal sedikit. Habis diambil kak Amba!"
"Kenapa?"
"Disuruh Mami!"
"Buat apa?"
"Buat beli rokok, beli telor, beli ikan, tempe sayur dan beli es cream untuk Melo!"
"Semuanya?"
"Tidak. Sebagiannya dikirim buat kak Tinggi, buat ketik humor species dan buat ke Tanggul!"
"Ke Tanggul? Untuk apa?"
"Kata kak Amba untuk bertemu dengan Kiroro!"
"..?..."
"Itu berarti Kakak khan?" "I.., i.., iya, Melokun!"
"Kakak Tinggimu ada tidak?"
"Tidak!"
"Tahu dia ada di mana?" "Tidak. Tapi menurutku sepertinya dia sedang mengetik humor species, seperti katamu!"
"Biasanya kak Tinggimu datangnya kalau sudah malam..!"
"Dan bau anggur khan?"
"Ya.., kadang-kadang!"
"Dari mana Melo tahu kak Tinggi suka minum anggur?" "Karena waktu kak Tinggi masih tinggal di sini, hampir tiap malam kak Tinggi minum-minum sendirian di meja makan. Kadang-kadang juga dengan kak Amba, kadang-kadang dengan Melo!"
"Dengan Melo? Minum anggur?"
"Iya kak. Dan kadang-kadang juga tuak! Kakak tahu khan minuman seperti apa itu? Mami dan kak Embi sering belikan kak Tinggi anggur. Katanya kak Tinggi capek, jadi perlu minum!"
"Terus..?"
"Sering juga kak Tinggi mengajak Melo minum-minum di Galampang
[37] sambil makan daging babi, Pa'piong[38] dan putu' lendong[39]!"
"Sampai mabuk?"
"Iya.., pulangnya jalan kaki berdua!"
"Pasti seru sekali ya?"
"Banget kak! O ya.., Dewa-Dewa tentu juga akan mengalami pengalaman-pengalaman serta situasi yang serupa setiap kali mereka minum anggur merah. Anggur.., kata kak Tinggi adalah minuman para Dewa. Entah dari mana kak Tinggi mengutipnya!"
"Bagaimana dengan susu, cokelat atau susu cokelat?"
"Kakak.., itu adalah minuman buat Baby!"
"Bagaimana dengan Melo?"
"Melo juga minum susu paling kurang lima kali sehari. Pagi, siang, petang, malam dan sebelum tidur. Masing-masing dua botol sedang!"
"Jadi?"
"Sebagaimana baby-baby pada umumnya, Melo wajib minum susu Milo atau susu Dancow setiap hari. Tapi kalau kebetulan lagi ada kak Tinggi, Melo juga kadang-kadang ikut serta minum anggur, tuak atau bir dengan kak Amba!"
"Oh my God..!"
"Kenapa Kak?" "Apa yang kau minum tadi jelas sangat mengejutkan kakak!"
"Seperti itulah hidup ini Kak! Selalu penuh dengan kejutan. Jika Kakak benar-benar terkejut dengan penjelasan Melo tadi, Melo berharap ini dapat merupakan perkenalan kecil yang mengesankan di antara kita. Kejutan kecil tersebut, dapat Kakak pahami sebagai perkenalan, ucapan selamat datang di dunia kami yang bersahaja, di kolam geomtric Ping yang jenaka. Untuk bisa masuk ke sana lebih jauh, Kakak sudah paham khan dengan aturan mainnya?"
"Lokal Rp. 10.000...."
"Dan Foregners Rp. 50.000. Dimasukkan ke dalam kotak khusus yang pengurusan dan pengawasannya saya tangani sendiri!"
"Kuncinya?"
"Ada di kantong Melo!"
"Serepnya ada tidak?"
"Ada.., masing-masing satu di tangan Mami dan satu di tangan kak Amba!"
"Inilah yang dimaksudkan dengan..."
"Pengawasan melekat, kak!"
"Menyimpan kunci kotak uang, kotak harta di tangan masing-masing orang yang makan dari periuk nasi yang sama, di meja makan yang sama, dan tinggal seatap, dalam rumah yang sama?"
"Seperti itulah kami menghayati dan menghargai serta mengapresiasi nilai-nilai kebersamaan dan keterbukaan dari setiap setiap nilai-nilai dan kepentingan kami sendiri, baik yang bersifat jangka pendek, maupun jangka panjang!"
"Terus?"
"Kami memang menyimpan sedikit demi sedikit apa yang kami dapat setiap hari dalam kotak ini. Kemudian menguncinya dengan rapat dengan alasan keamanan. Akan tetapi, jika kepentingan kami menghendaki, kami dapat saja melonggarkan kuncinya, membuka kotaknya dan mengambil berapapun yang kami butuhkan untuk menutupi kebutuhan kami!"
"Jadi?"
"Kakak harus sedapat mungkin mengerti bahwa kami adalah keluarga kecil yang tidak mau ambil resiko makan batu untuk menjaga agar kotak harta kami tetap utuh dan tidak terusik, tidak terjamah, tak berkurang sedikitpun, sekalipun hanya untuk sekedar makanan. Kami tidak seperti orang yang memasukkan uang ke dalam celengan dengan tangan kirinya tapi di saat yang bersamaan, tangan kanannya memasukkan batu ke dalam mulutnya!"
"Dengan kata lai..?"
"Berkat Tuhan bagi kami seperti embun pagi, selalu ada dan menyegarkan dahaga kami, memenuhi kebutuhan kami!"
"Oh my God, Melo.., seperti itukah?"
"Iya kakak Kiroro! Ada apa? Apakah ada sesuatu yang salah dari penjelasan saya?" "Maafkan Kakak ya..! Beberapa tetes air mata haru Kakak telah menetes di atas Grand Toromu yang gagah nan indah ini!"
"Ha..? Kakak Kiroro menangis?"
"Benar sekali Kun. Kakak jelas sangat terharu!"
"Itu belum seberapa Kak. Mungkin Kakak tidak akan berhenti menangis tersedu-sedu jika menjadi bagian dari kehidupan kami....., setidaknya untuk saat ini!"
"Jujur saja Kakak sangat tersentuh dan terharu. Seandainya Kakak bisa berada lebih dekat lagi dari sini ke tempatmu, dimana Melo berada saat ini, mungkin akan lebih baik bagi kita berdua! Satu, dua, tiga langkah kecil tokh tidak akan membuat Kakak letih dan kelelahan.!"
"Kalau menurut Kakak itu baik adanya, menurrut Melo tidak ada salahnya untuk dicoba!"
"Baiklah..! Tapi aku kibaskan dulu air mata yang telah terlanjur menetes di atas kuncup-kuncup bunga dan daun Grand Toro ini!"
"Jangan..! Tidak usah Kak! biarkan saja air mata haru itu ada di sana. Mungkin akan lebih baik dan bermanfaat bagi proses fotosintesis bunga itu, untuk memberikan sedikit kesegaran untuk beberapa jam kedepan sebelum Melo mulai menyiramnya. Masih terlalu siang untuk memulai penyiraman. Lagi pula, pekerjaan kak Amba belum selesai. Jadi..., biarkan saja air mata haru Kakak itu ada di sana sejenak!"
"Oh my dear.., baiklah Melo!"
"Tidak apa-apa Kak. Tapi.., o ya, ngomong-ngomong, kakak Kiroro tanggul pasti suka sekali minum teh bukan?"
"Benar sekali. Darimana Melo tahu, ya? Ataukah kamu cuma sekedar menebak-nebak saja?"
"Tidak.., dari kak Tinggi. Kata kak Tinggi, menurut John Stuart Bleckie, water is the drink of the beast. Teh adalah minuman buat para wanita!"
"Di mana....?"
"Di dunia Kak!"
"Di mana katamu Melo?"
"Ya.., di dunia!" Ha.., ha.., ha...
Ha.., ha.., ha...
"Kak Tinggi punya banyak uang dong?"
"Tidak.., pake' uangnya kak Amba!"
"Kakak Ambamu tidak marah?"
"Tidak. Kalau sudah sampai di rumah, Melo langsung disuruh tidur, biar tidak ketahuan Mami dan kak Amba!"
"Oh begitu ya?" "Iya, memang begitu Kak. Seru sekali deh!"
"Ingin sekali rasanya menjadi bagian dari perjalanan malam Melo dengan kak Tinggi!"
"Melo juga kadang-kadang merindukan masa-masa indah itu terulang kembali, setidaknya untuk beberapa kali. Tapi kata kak Tinggi, akan lebih seruh kalau kami melakukannya nanti di kehidupan kami yang baru kelak di kehidupan malam Tokyoo yang semarak, New York, atau jalan-jalan Los Angles dan San Fransisco yang romantis!"
"Menurut Kiroro, mimpi-mimpi kalian, rencana-rencana, serta harapan-harapan kalian benar-benar dahsyat Melo!"
"Seperti itulah bahan-bahan ajaib Kak!"
"Apa maksudmu?"
"Berarti Kakak belum membaca Humor Species edisi Free Attitude khan?"
“Oh, ada yach?” "Benar sekali.”
“Jadi ketahuan deh!"
Ha.., ha.., ha...
Lanjutnya,
"Melo pernah main ke tempat kakak yang di Tanggul belum?"
"Belum!"
"Tahu tempatnya itu ada di mana?" "Tidak. Kata kak Amba, itu rahasia kecilnya kak Tinggi!"
"Hmm...m...!"
"Kalau Melo sudah besar seperti kak Tinggi, jangan lupa minta kak Amba tunjukin tempatnya ya! Sempatkan main ke Tanggul, walaupun hanya sekali saja, sejenak saja. Kalau perlu, kami akan menyiapkan semua keperluanmu selama berada di sana!"
"Baiklah kakak Kiroro!"
"Tapi 'ngomong-ngomong, umur Melo sekarang berapa ya?"
"6 tahun. Karena itulah Melo dipanggil Melokun. Kalau Melo sudah besar seperti kak Amba, Melo akan dipanggil Melosang, itupun kalau Melo tinggal di Jepang. Kalau Melo tinggal di London atau Amerika Serikat, Melo akan dipangil tuan Melo. Kalau Melo lebih besar dan lebih besar lagi, Melo akan dipanggil Rambo..!"
"O'..., o'.., o'.., begitu ya?"
"Iya dong Kak!"
"Kakak tidak lihat badanku sekarang sudah mulai membesar dan bertambah kuat. Demikianpula dengan otot-ototku. Hanya gigigku saja yang ompong beberapa bijji. Mungkin karena Malo makan terlalu banyak ice cream dan makan cokelat. Tapi..., bagaimana ya kak Kiroro, Melo sepertinya tidak bisa hidup tanpa cokelat dan ice cream, sama seperti Masha. Tapi tidak mengapa, kata kak Embi, aku khan masih kecil, gigi-gigiku masih bisa tumbuh lebih bagus lagi!"
"O ya, Kakak kenal tidak dengan Masha?"
"Tidak. Siapa dia?"
"Pacarnya kak Tinggi yang lain!"
"Kata siapa?"
"Kata kak Tinggi!"
"Pastikan kakak Tinggimu masih punya banyak pacar yang lain, bukan begitu Melo?"
"Iya.., benar.., masih banyak lagi!"
"Kata kak Tinggimu semua khan?"
"Iya, benar sekali!"
"Monyet buluk, sialan benar laki-laki yang satu itu!"
"Maksud Kakak?"
"Oh maaf Melo. Kakak sebenarnya tidak bermaksud berkata demikian."
"Kakak marah ya sama kak Tinggi?"
"Tentu tidak Melo, Kakak hanya kesal karena terlalu banyak nama pacarnya yang dia sembunyikan, yang kak Tinggimu rahasiakan dari Kakak!"
"Oh itu berarti Kakak cemburu!"
"Tidak..!"
"Ayolah Kak, kakak Kiroro cemburu khan? Mengaku sajalah!"
"Baiklah, Kakak memang sedikit agak cemburu!"
"Nah begitu dong. Khan jadinya lebih baik khan?"
"Benar. Tapi tolong ya jangan bilang siapa-siapa!"
"Baik Kak!"
"Janji?"
"Janji!"
Ada rentang yang sejenak di antara mereka.
"Tapi..."
"Tapi kenapa Melo?"
"Rasanya Melo tidak mungkin berbohong dengan kak Amba. Dia akan memarahiku habis-habisan kalau ketahuan!"
"Mengapa?"
"Dia sepertinya satu segalanya tentang Melo. Ya..., jadi rasanya tidak mungkin untuk berbohong!"
"Hm..."
"Lagipula, kata kak Amba, semua itu demi kebaikan Melo juga!"
"Kalau memang demikian adanya, Baiklah. Bagaimana yang terbaik buat Melo saja.
"Terimakasih Kak!"
"O ya.., bunga-bunga di nurserymu ini sepertinya tinggal sedikit Melo. Tidak seperti yang Kakak duga sebelum-sebelumnya!"
"Seperti yang aku katakan tadi, memang tinggal sedikit!"
"Yang lainnya ke mana?"
"Sudah dijual!"
"Dijual?"
"Iya!"
"Kemana?"
"Ke Jakarta!"
"Mengapa?"
"Hasil penjualannya dikumpulkan untuk biaya kami ke Amerika Serikat!"
"Apa maksudmu Melo?"
"Kakak belum dengar ya dari kak Tinggi bahwa Melo, Mami, kak Amba, dan dan mungkin kak Embi akan pindah ke Amerika!"
"Untuk berlibur?"
"Tidak kakak ini bagaimana sih? Kami mau tinggal di sana selamanya. Melo akan meneruskan sekolah di sana!"
"Mengapa harus ke Amerika?"
"Kata kak Tinggi, untuk mengejar dan menggapai harapan, peluang, pilihan serta kemungkinan-kemungkinan yang terbaik bagi hidup kami, dan terlebih untuk masa depan Melo yang masih sangat panjang sekali. Hal ini terkait erat dengan persoalan adaptasi, akulturasi dan proses sosialisasi yang harus kami lalui dengan berhasil dan tuntas. Membaur atau terasing! Jika tidak, kami akan terisolasi dalam lingkungan pergaulan dan sosial yang buruk. Jika kami dapat melalui semua proses tersebut dengan baik, dengan cepat dari sejak dini, niscaya kami terlebih Melo akan dapat mengembangkan diri dan talenta Melo dengan maksimal, secara wajar, seiring dengan pertumbuhan umur dan kedewasaan Melo!
Saya sendiri belum paham betul, apakah kami akan langsung terbang ke Amerika Serikat ataukah akan terlebih dahulu mengantarkan kak Tinggi ke Jepang! Tapi menurutku, kemanapun itu, bagaimanapun bentuknya, perjalanan kami terukur. Pada situasi-situasi tertentu, hal ini kira-kira senada dengan apa yang digambarkan oleh Richard .M. Clurman dalam buku Againts the time tentang program perjalanan keluarga Steve Ross berkeliling dunia yang terlihat dengan jelas dari konsep pemikiran yang dikembangkan oleh Courtney tentang perjalanan mereka, yang tersebut sebagai sebuah proses pengenalan, pembelajaran dan pendidikan serta pengenalan secara langsung di alam terbuka, di habitatnya, berbagai budaya dunia kepada anak-anak mereka sejak dini, sejak mereka masih kecil!"
"Ya...banyak hal hebat dan besar di luar sana!"
"Kata kak Tinggi, keluar kau dari kotakmu, dan tengok dunia di sekelilingmu. Kau merasa besar dan hebat? Itu seperti katak melihat dan membayangkan dunia dari balik tempurung!" lanjutnya menambahi ucapan Angelina Jolie.
"...B…b…begitu ya?" "Benar sekali Kak!"
"Lalu bagaimana dengan bunga-bunga yang tersisa ini?"
"Bunga yang mana?"
"Vandopsis
[40] ini, Melo!"
"Jangan dipegang-pegang Kak, nanti bunganya rusak!"
"Tidak.., Kakak hanya ingin menciuminya dari dekat!"
"Oh kalau begiu tidak apa-apa!"
"Tadinya GrandToro itu banyak sekali. Tapi sekarang tinggal sedikit!"
"Bagaimana pendapatmu tentang GrandToro itu?" "Rimbun, segar dan jelas ini adalah jenis anggrek Giant yang langkah!"
"Benar sekali. Makanya kak Amba menyuruhku menyiramnya setiap hari, merawatnya dengan baik!"
"Tidak capek?"
"Tidak.., khan tinggal sedikit bukan?"
"Oh iya. Lalu yang tersisa ini akan diapakan?"
"Kalau kami sudah mau pergi, semuanya akan dijual sampai habis! hasil penjualkan anggrek-anggrek itu kira-kira sama nilainya dengan seribu Dollar di tangan Yuri saat menggendong Masha, panggilan sayang dan akrab Maria Sharapova yang berumur tujuh tahun kala mereka meninggalkan Nyangan, kampung halaman mereka di Siberia, Rusia, menjemput masa depan di Florida, USA.
Berapa penghasilan Maria Sharapova saat ini? Berapa besar kekayaannya? Itu semua sama besar nilainya dengan seribu Dollar di tangan Yuri saat itu! Cerita besar di balik petualangan dan perjalanan hidupnya menuju ke puncak daftar nama-nama petennis nomor satu dunia yang dimulai dari masa kecilnya, dari umur 4 tahun, saat dia untuk yang pertama kalinya menyentuh raket tennis dan mengayunkan raket tennis milik salah seorang petenis putra terbaik Rusia, Yvgeney Kavelnikov. Dua tahun kemudian, dia meninggalkan Rusia, melalui penerbangan panjang yang melelahkan, menuju Amerika Serikat, Florida! Saya juga akan demikian Kak, sekalipun dengan lika-liku kisahnya yang berbeda. Saya baru berumur 6 tahun lebih sedikit. Hanya lebih muda beberapa bulan dari Masha ketika itu!"
Jika anda memahami dan sekaligus mengerti makna yang tersirat di balik cerita dalam novel Sydney Seldon, anda akan tahu dan sadar bahwa novel hebat tersebut berkembang dengan mengesankan menjadi sebuah naskah Master of the game, ratu berlian dari sebuah pesan pendek;
"Cerita orang-orang hebat dan tangguh dimulai dari masa kecilnya!"
Dimasa kecilnya, saya adalah seorangh anak kecil yang penuh, yang melimpah ruah dengan aneka ragam macam cerita. Suatu waktu, nenek saya memberikan seekor anak babi untuk saya. Setelah beberapa bulan dipelihara, tiba saatnya babi tersebut di jual. Saya tidak ingat lagi berapa harga jualnya sore itu. Tapi yang pasti, malamnya, uangnya langsung saya pakai untuk membeli sebuah pesawat TV, hitam-putih, merek Toshiba. Itu adalah pesawat TV pertama yang ada dalam rumah kami. Beberapa tahun kemudian, saya mewakili SD, tempat sekolah saya dalam sebuah perlombaan kecerdasan dan ketangkasan tingkat lokal. Kami juara satu!.
Itulah kesimpulan saya.
Begitu ya?"
"Benar sekali Kak!"
"O ya.., boleh tidak kakak Kiroro beli beberapa pohon sekarang, untuk menghiasi rumah Kakak?"
"Boleh saja, tapi harganya mahal Kak!"
"Ada diskon tidak?"
"Apa itu?"
"Bisa di tawar tidak?"
"Bisa saja.., tapi Melo harus bilang dulu sama kak Amba!"
"Kalau saya cabut beberapa batang saja, boleh tidak?"
"Hei.., kakak Kiroro, jangan! Nanti kak Amba marah!"
"Ok, baiklah!"
"Sialan...!"
"Kalau Platigastarium
[41] ini bisa tidak Kakak pegang-pegang?"
"Tidak boleh!"
"Kalau Intanae
[42] yang indah nan menawan ini?"
"Yang mana?"
"Yang di pakis yang berdiri!"
"Yang bunganya kuning, bercampur putih doff dan cokelat bukan?"
"Benar sekali!"
"Yang digantung di atas Papio gigantifolium
[43] yang besar-bensar dalam pot besar?"
"Benar!"
"Kok Kakak bisa tahu?"
"Karena Kakak saat ini sudah ada di dalam green housemu!"
"Didalam green houseku?"
"Kakak jangan bercanda dong!"
"Tidak Kun.., Kakak tidak bercanda. Kakak serius!"
"Berarti Kakak belum beli karcis ya?"
"Belum!"
"Belum juga memasukkan uang ke dalam kotak ini?"
"Belum juga!"
"Sialan..! Kakak ini sekarang ada di greem house yang mana?"
"Yang di samping rumah!"
"Depan kamar Mami bukan?"
"Iya, benar sekali!"
"Tunggu saya ya Kak!"
Dengan cepat Melo Berlari dari kebun di belakang dapur sambil menenteng kotak karcis menuju ke ruang tengah, yang letaknya persis di samping kamar Mami yang dia maksudkan, menghadap ke samping rumah, lalu membuka tirai jendela....
"Sroooot...!"
"Hah..?" desis Melo terperanjat melihat segerombolan orang telah berada di dalam green housenya, manatap sambil tersenyum melambai-lambai ke arahnya.
"Kak Amba..! teriaknya sekuat tenaga.
"Ada yang mau curi bunga!"
Setelah itu, dia bergegas menutup kembali tirai itu, lalu berlari cepat kembali ke kebun dimana Amba tengah membersihkan sisa-sisa terakhir green housenya yang telah di bongkar. Dari kejahuan terdengar suara Kiroro Tanggul memangil-manggilnya keras.....
"Melo.., tiketnya mana? Kotaknya di mana? Uang karcis ini harus Kakak taruh di mana Kun?"
Namun dia tidak berpaling sedikitpun. Dia tidak menghiraukannya sama sekali. Dia terus berlari, dan berlari!
Sesampainya di kebun.
"Kak Amba,ada orang mau curi bunga!"
"Apa?"
"Ada orang mau curi bunga. Mereka banyak sekali, Kiroro Tanggul dan teman-temannya!"
"Kau jangan bercanda Melo. Kakak lagi capek nih!"
"Tidak Kak, Melo tidak bercanda. Orangnya ada di atas!" "Dimana?"
"Didalam green house depan kamar Mami!"
"Sunguh?"
"Sungguh!"
"Ayo kita lihat!"
"Ayo Kak!"
"Kotakmu mana?"
"Ini!"
"Karcismu?"
"Ini!"
"Suruh mereka bayar dua kali lipat. Kalau tidak mau, usir mereka!"
"Kalau tidak mau pergi?"
"Lempar!"
"Tapi mereka banyak sekali Kak!"
"Panggil Iput, Scoob, manis dan Brownie!"
"Kalau manis tidak mau?"
"Tangkap dia. Kita bakar nanti malam!"
Tak lama kemudian, mereka berdua telah sampai di depan green house diikuti oleh browni, Iput dan scooby yang tidak henti-hentinya menyalak.
"Mana orangnya?"
"Itu Kak!"
"Hah...?"
*
"Ehem...., excuse me. Sedikit sedekahnya Tuan!"
Seru seorang peminta-minta kaki lima kepada seorang pejalan kaki. Dia melirik sejenak ke arah gelandangan itu, lalu mengangkat telapak tangannya sambil tersenyum, tipis.
"Maaf!" katanya.
Karena seringnya dia meminta-minta tanpa sekalipun mendapatkan apa-apa, dia lalu jadi penasaran. Setelah mencari tahu kesana-kemari, rupanya pria perlente, paru bayah tersebut tidak lain adalah Pendeta di sebuah Gereja setempat yang belum seberapa lama didirikan, sebuah tempat yang tak seberapa jauh dari tempat mangkalnya mengemis.
Suatu hari, di hari Minggu, si gelandangan bangun lebih cepat dari hari-hari bisanya. Dengan stelan terbaik yang bisa dimiliki oleh orang sepertinya, tujuannya adalah gereja tersebut, tempat dimana si Pendeta mengemban tugas rutinnya sebagai pembawa Kotbah mingguan. Thema kotbah minggu itu adalah tentang hukum kasih, yaitu kasih terhadap sesama manusia.
"Kasihilah sesamu manusia, seperti mengasihi dirimu sendiri! Apa yang anda lakukan jika menemukan diri anda lapar dan dahaga?"
Tidak salah lagi, itupun jika anda sungguh-sungguh mencintai diri anda, anda akan bergegas ke dapur, atau menghampiri meja makan terdekat yang dapat anda jangkau dalam waktu singkat, lalu mengambil segelas air dan sepiring makanan. Ini adalah naluri, respon minimum yang paling manusiawi yang dapat dilakukan oleh setiap manusia.
"Bagaimana sikap anda jika ada seorang yang karena kemiskinannya menghampiri anda untuk sedikit belas kasihan, beberapa tetes air dan sekeping roti dari meja anda? Apa yang akan anda lakukan. Bagaimana respon anda?"
Tanya si pendeta lantang menutup kotbahnya sekaligus menantang anggota jemaatnya untuk memberi jawaban dalam kehidupan keseharian mereka masing-masing.
Si Pendeta merapihkan kembali beberapa kepingan, lembaran catatan kotbahnya lalu memasukkan kembali ke dalam lipatan Alkitabnya. Setelah itu, dia membasahi bibirnya dengan setegukan air putih.
Dia siap meninggalkan mimbar!
Tapi, Si pengemis tiba-tiba berdiri dari kursinya, mendahului langkahnya..
"Ehemm..! gumannya menghentikan langkah Pendeta.
Lanjutnya
"Excuse me, sedikit sedekahnya, Tuan!"
Mendengar suara dan ujaran yang tidak asing lagi di telinganya, refleks dia memalingkan pandangannya ke arah jemaatnya, melepas senyum sumringah yang paling manis, sambil mengangkat tangannya ke arah si pengemis.
"Maaf!" katanya!
*
"Excue me..!"
Sapa seorang pria, Joey namanya, seorang pejalan kaki di depannya. Si perempuan menghentikan langkahnya sedikit enggan, demikian pula dengan Pudddle putih polos yang menyertainya.
"Ya.., ada apa Tuan?"
"Nona.., sepertinya ada sesuatu di dalam mata saya. Jelas ini mengganggu sekali. Bisa tidak Nona membantu saya mengeluarkannya?
Si pria memohon mengutarakan maksudnya sambil mengkedip-kedipkan mata kananya.
"Entalah!" jawab Kiddie, perempuan itu sambil mencondongkan tubuhnya lebih mendekat.
"Apakah itu debu-debu jalanan, atau sesuatu yang lain?"
"Entahlah!"
Lanjut Kiddie, tidak lama setelah itu;
"Saya tidak melihat apapun yang anda maksudkan di sana Tuan, selain selaput mata anda yang kian memerah. Itu saja tentunya!" "Seperti inilah mata seorang pria yang sedang jatuh cinta, Nona! Dengan sedikit usapan lagi, percayalah, Nona akan melihat mata merah ini berubah menjadi semerah kelopak mawar merah yang mekar di pagi hari, warna merah yang lembut dan segar berserih. Sangat menyenangkan hati!"
Kiddie menggerakkan tubuhnya selangkah menghindari Joey.
"Saya berharap kamu berkenan memetik setangkai mawar itu dan membawanya serta menemani perjalanan sore Nona!" lanjutnya.
"Apa maksudmu?"
"Saya menyukaimu. Sungguh! Mungkin ini adalah cara yang tidak lazim, tapi percayalah saya benar-benar mencintai kamu!" jawab Joey menggebu tak kuasa lagi membendung perasaannya.
"Semoga semua itu tidak terlalu cepat untuk kita!"
Kiddie tertegun. Kerutan tebal di keningnya sekaligus menjelaskan betapa bingungnya dia dengan situasi yang ada di depannya. Terlebih dengan Joey, adalah seorang pria asing dalam hidupnya. Dia sama sekali belum mengenal Joey sebelumnya.
"Tuan..?" "Joey!"
"Joey..?" "Benar!"
"Baiklah Joey.., jika kamu melakukan semua ini karena cinta, seperti katamu....."
Kiddie menyertakan tanda kutip dengan jarinya pada kata "Cinta" tersebut.
"Saya percaya, kamu akan mempunyai kebun mawar yang indah. Senang rasanya bisa memetik setangkai untuk di kamar saya. Namun, untuk kali ini, rasanya tidak Joey. Saya rasa masih terlalu muda untuk setangkai mawar, mawar yang jelas berduri. Kau jelas tahu hal itu. Saya belum siap tertusuk durinya Joey! Saya masih terlalu muda untuk semua itu. Kamu jelas bisa mengerti khan Joey?"
Joey terdiam, tak siap secepatnya dengan jawaban.
"Lain waktu saja. Bagaimana?" Kiddie meneruskan, memecah kebuntuan yang dialami Joey.
"Baiklah Joey, saya masih harus mengelilingi taman ini satu putaran lagi. Bye.., bye Joey. Stu, ayo!"
Kiddie tak membuang banyak waktu. Cepat dia berpaling dari hadapan Joey, lalu melanjutkan langkahnya.
"Tipuan mata..? Modus operandi yang baru..., seperti makan malam? Ya seperti itulah. Tapi boleh juga!" Bisik Kiddie perlahan pada dirinya sendiri.
"Dan Stu.., bagaimana menurutmu?"
Dia hanya mengkibas-kibaskan ekornya, genit.
"Oh nona.., tidak, tunggu!" teriak Joey dari jarak tak kurang dari sepuluh langkah di belakang Kiddie sambil berlari mengejar, mendekat. Kiddie tak bergeming sedikitpun. Langkahnya terus terayun, sementara Joey semakin mendekat, dia mencoba meneriakkan beberapa perkataan. Sepertinya tak ada yang berhasil.
Menyadari kenyataan tersebut, dia akhirnya berhenti melangkah. Dia berdiri terdiam, dan dibalik keputusasaannya, dia mencoba upayanya yang terakhir;
"Stu...!"
"I love you. Kaudengar itu?"
Dan...
"Ya.., setidaknya engkau bisa mengerti!" lanjut Joey, kali ini berbisik untuk dirinya sendiri.
Mendadak Kiddie menghentikan langkahnya. Demikian pula dengan Stu mengikui. Sejenak dia berdiri terdiam, mencuri beberapa hela nafash untuk menetralkan denyut jantungnya, lalu memalingkan tubuhnya ke arah Joey, yang tanpa harapan.
"Joey, you can help me...?"
Kiddie bertanya, berteriak ke arah Joey, sambil menawarkan ujung tali pengikat Stu yang ada dalam genggamannya!
*
Ada dua kaegori manusia yang pada kenyataannya sama sekali tidak membutuhkan sama sekali diskon atau label potongan harga pada barang-barang dagangan anda.
Yang pertama adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, yang tidak memiliki uang sama sekali.
Dan yang kedua adalah...., orang yang mampu membeli dua sekaligus, sekalipun dia tahu, bahwa dia sama sekali tidak membutuhkannya.
*
Persoalan pertama yang merupakan pokok pembicaraan serius antara sepasang pengantin baru saat menaiki ranjang pengantin mereka untuk yang pertama kalinya, bukanlah tentang; Seberapa meriahkah pesta pernikahan yang baru saja mereka lalui? Apa saja isi kado-kado pernikahan yang telah mereka peroleh dari para undangan? Dan siapa yang memberikannya?
Mungkin mereka tidak akan melewatkan malam itu tanpa sedikitpun menaruh perhatian pada rencana bulan madu mereka, sedikit membayangkannya. Malam itu, saat itu.., tidak ada yang lebih merisaukan pasangan pengantin manapun di tepian ranjang pengantin mereka lebih dari pada; "Siapa dari antara kita yang harus berada di bawah dan siapa yang harus berada di atas?" Sebagai pengalaman pertama bagi pasangan pemula, persoalan ini tentunya sangatlah mengganggu dan merisaukan, setidaknya menurut sebagian orang. Karena dalam situasi tersebut akan sangat menentukan apakah mereka harus tidur terlebih dahulu selama beberapa jam sebelum melakukannya sekali lagi untuk sekedar menyamakan posisi1:1, ataukah mendapatkan diri anda terlentang tidak berdaya, bermandikan keringat, berada dalam situasi puncak orgasme yang tidak menyenangkan, yang tidak berakhir bahagia, sambil berbisik pada diri sendiri;
"Biarlah malam ini menjadi milik Jason saja. Setidaknya saya cukup mencintainya!"
Karena tekanan cinta, kadang-kadang seseorang memang harus menafikan, melupakan dan mengorbankan kesenangan dan kepentingan, serta ego pribadinya sendiri, bahkan peluwesan, pelenturan dan pemaafan pada situasi dan kondisi yang paling mustahil sekalipun untuk dilakukan.
Jika ini benar-benar merupakan pengalaman yang pertama bagi anda, tanpa mengeyampingkan beban emisionalnya, tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan lebih daripada; Mempersiapkan diri anda sebaik mungkin, sebelum anda masuk dalam permainan cinta anda, yang biasa-biasa saja atau yang paling muktahir sekalipun, di malam-malam pertama anda. Dan langkah pertama yang cukup bijak adalah dengan mengapresiasi momentum tersebut sebagaimana layaknya malam-malam pertama yang dilakukan oleh hampir sebagian besar pasangan di masa lalu, sekarang dan akan datang.
Dimanakah anda atau si dia berada ketika mulai muncul pertanyaan dalam benak dan pikiran anda;
"Apakah malam-malam yang akan saya lalui ke depan sebagian besarnya akan akan berakhir seperti ini, atau tidak?"
Apakah di atas ranjang, terbaring, tertidur lelap dalam pelukannya?
Apakah dia terlihat sedang duduk berjongkok di atas kursi, sambil menghisap berbatang-batang rokok, memandangi anda yang sedang tertidur, terbaring sendirian di ranjang?
Jika anda merasa telah memiliki sikap mental pemenang, jangan buang banyak waktu. Buka cepat pintu kamar dan tarik pasangan anda. Anda telah siap sepenuhnya, tidak hanya untuk bermain cinta.., tapi sekaligus memenanginya!
"Malam ini, niscaya akan menjadi milik anda.., bukan Jason!"
Jika tidak, mungkin lebih baik jika anda benar-benar tidak terlalu mencintai pasangan anda dengan getaran emosi dan semangat yang membabi-buta. Karena niscaya, anda akan perlu sedikit mengulur waktu, dan hal ini tidak lain berarti bahwa anda memerlukan paling tidak sedikit banyak kebohongan, dalih, alasan dan argumentasi untuk berkilah.., sesudah dan sebelumnya anda bercinta!
*
Apakah pasangan anda sekarang seperti salah satu kembang di halaman rumah kami?
"Keindahannya begitu membosankan!"
*
Siapapun anda, anda bisa jatuh cinta kapanpun, pada siapapun, tapi tidak untuk mengatakannya, mengutarakannya, terlebih menjalaninya. Perlu sedikit mental dan keberanian untuk semua itu.
Mungkin, dengan kata lain, sepertinya tidak ada yang lebih nista dari sekian lusin keputusan terburuk yang pernah dibuat dan dilakukan oleh umat manusia, adalah selain daripada mengatakan; "Aku cinta padamu, sungguh! Hanya saja, aku tidak memiliki sedikit keberanian untuk mengatakannya, ketika itu!" kepada seseorang yang tengah menunggu ajal, di detak-detik terakhir hidupnya yang hampa!
Mengapa?
Karena boleh jadi, kejutan itu akan membangkitkan kembali kesadarannya, dan kesadarannya bukan tidak mungkin akan memperpanjang umurnya, memberinya sedikit, sekedar kekuatan untuk menunda kematiannya.
Atau bukan tidak mungkin, dia akan melawan kematiannya dengan segala daya upaya, hanya untuk sekedar membalikkan keadaan, atau paling tidak untuk beberapa detik yang tersisa, dia akan bertanya balik kepada anda, untuk sebuah pertanyaan yang mungkin tidak akan pernah sempat anda jawab;
"Jadi sekarang kau sudah memilikinya, sialan..?"
Mengutip sebuah nash kitab Pengkhotbah dari Injil;
"Segala sesuatu akan menjadi indah pada waktunya!"
Demikian pula dengan cinta!
*
Informasi tertinggi ada di tangan Bos atau Big Bos.
Jika anda tertarik, mencari dan atau bahkan memerlukan informasi tertinggi, jangan sekali-kali mengacaukan keadaan dengan mengorak-ngorek informasi dari tong sampah.
Cari pada Bos, atau Big Bos!
Dan.., jika anda terkait dengan suatu hal, atau anda berkepentingan dengannya, pendek kata; Anda terlibat masalah dan anda berkepentingan untuk melenyapkan semua informasi dan hal-hal yang terkait denganya, cari pada orang yang berkepentingan. jangan dari kaki-kakinya, yang tidak lebih dari tong sampah
"Are you think smart?"
"Think again!
[44]"
"Why?"
"Tong sampah itu tidak lebih dari baut-baut kecil dari sebuah mesin besar yang tidak lebih berarti dari yang sepantasnya. Dia dapat anda buang dan gantikan kapan saja, jika sudah tidak diperlukan!"
Dalam hirarki organisasi dan kekuasaan, tidak ada instruksi yang datangnya dari bawah. Semua informasi yang tertinggi, perintah-perintah penting dan hal-hal yang terkait dengannya, hingga pada pecahan-pecahan yang paling terkecil yang dipandang sebelah mata, semuanya, ada dalam laci, tersembunyi di balik kegemerlapan hidupnya yang tak tersentuh para Big Bos
The untouchable!
Jika anda berkepentingan melenyapkannya, menyelesaikan persoalan dengan sekali tembak, putuskan mata rantainya, kill the Big Bos!
"One man, one shot. Titik! Begitu saja bukan?"
Case close!
Resensi ini terilhami oleh salah satu blockbuster, film apik yang dibintangi oleh Bruce Wills, dimana dia berperan dengan sangat bagus sebagai En. Goodcat!
Tentu ada banyak resensi dapat dibuat dari film tersebut dan cukup banyak film lainya, tapi hanya ini yang dapat saya lakukan, untuk film ini!
*
"Hei Doug, tunggu dulu....!"
"Tunggu? Ada apa?"
"Aku ingin mengatakan, atau paling tidak menanyakan sesuatu hal!"
"Apa..? Katakan!"
"Apa yang kau pikirkan saat Dave Spitser mengarahkan busur panahnya ke arahmu dengan anak panah yang terbidik tepat ke jantungmu, Russ?"
"Dia adalah seorang laki-laki yang tengah mengalami depresi. Itu menurutku!"
"Ya.., akupun tahu itu!"
"Kemungkinan yang pertama adalah; Aku tidak akan pernah tahu apakah dia akan melepaskan anak panahnya atau tidak. Karena itu aku segera menghindar!"
"Kau tidak ingin mengetahui pilihannya saat busur anak panah itu telah terlanjur menancap di jantungmu. Benar begitu bukan?"
"Benar sekali! Aku pikir kau cukup mengerti tiap detail film itu!"
"Bagaimana dengan kemungkinan yang kedua?"
"Kalaupun tokh dia memilih melepaskan anak panahnya saat aku masih berdiri di sana, timbul pertanyaan yang lain; Siapa yang bisa menebak ke arah mana Dave akan melepaskan anak panahnya? Bagaimana jika dia memiringkan sedikit busurnya ke kiri atau ke kanan, ke atas atau ke bawah, sesaat sebelum melepaskannya? Sedikit diplesetkan di sana, adalah sesuatu, kenyataan, ruang dan jarak yang lebar di sini. Bagaimana jika ternyata dia tidak berubah pikiran sama sekali, demikian pula dengan aku?" "Tapi kau khan bisa melompat menghindar dengan segera. Sekali lompatan ke kiri atau ke kanan, akan menghindarkanmu dari masalah yang sangat serius. Kau tahu itu..., engkau pasti akan terhindar dari anak panah, dari masalah yang sangat serius!"
"Tapi bagaimana jika ternayata aku melakukan lompatan yang salah?"
"Oh my God! Untunglah saja saat itu kau bergegas menghindar Russ!"
"Untung saja itu hanya sebuah film. Tapi kau tahu khan Doug, dalam kehidupan nyata, kadang-kadang beberapa orang bahkan tidak memiliki sedikit waktu dan peluang yang cukup untuk sekedar menghindar. Anak panah telah terlanjur menancap di jantungnya sebelum dia sempat berpikir; Apa yang harus aku lakukan?" "Tuhan jelas masih mencintaimu Russ. Kau harus mempercayainya!"
"Tepatnya.., skenariolah yang menyelamatkan aku, sialan! Cepat pergi dari sini, aku masih ada urusan lain!"
"Ba.., baiklah.., baiklah Russ!
Jawab Doug terbata-bata sambil mengayunkan beberapa langkah mundur.
Tepat di depan pintu masuk Clark's Bar & resto, dia membalikkan badan lalu mendorong pintu keluar masuk, akan tetapi belum sempat dia melompat keluar dengan langkah-langkah kecilnya, tiba-tiba kaca berhamburan mengikuti rentetan letupan senjata api yang tidak jauh dari sana. Dia tersungkur bersimbah darah karena beberapa peluru telah menghujani tubuhnya.
Russ, cepat membalikkan badan, mencari tahu apa yang telah terjadi.
Doug telah tergeletak, terlentang di lantai, di depan pintu masuk, di antara pecahan-pecahan kaca dan darah segar yang mengalir dari tubuhnya.
"Dddoug..?" desis Russ histeris, tak kuasa melihat kengerian yang terpampang di depan matanya.
The Weather man, Si peramal cuaca, Film hebat dimana Nicholas Cage salah seorang ikon The Montblac, berperan sebagai; En. Dave Spitser!
Saya rasa saya juga memiliki reputasi yang cukup pantas untuk dikemudian hari menghiasi bulletin bulanan Montblanc. Bayarannya rasanya lumayan!
*
Kehidupan manusia di derajat yang paling murni itu, seperti sebuah sketsa, hanya berupa garis-garis polos di atas kanvas putih.
Warna-warna akan menjadikannya menjadi sebuah lukisan kehidupan, yang utuh.
*
Dia, masuk ke dalam kuburnya tak membawa apa-apa, satupun dari apa yang dimilikinya di dunia, di kehidupannya. Sebagian berlian, intan, emas dan permata masih tersimpan utuh di lemari pakaian, dalam laci meja kerjanya. Dan sebagian lainnya menggantung di kening, di bibir, di hidung, di telinga, mata, melingkar berkilauan menyilaukan mata di leher, di pergelangan tangan dan kaki Isterinya yang hadir serta di pemakaman, menghantarkannya ke liang lahat diiringi oleh alunan requim yang menyayat hati.
Salah satu Reguim
[45] yang melegenda, karena latar belakangnya, adalah sebuah komposisi terakhir dari komposer Wolfgang Amadeus Mozart. Ini adalah karya terakhirnya, pesanan dari seseorang yang bertopeng, di tahun-tahunnya yang paling produktif dalam kehidupannya yang singkat, di Wina, Austria. Tahun 1781, dia meninggalkan Salsburg, menuju Wina, bersama Istrinya dia mengucapkan selamat tinggal kepada kampung halamannya, untuk selamanya!
Saat itu, seharusnya dia berkata...
"No request!!
Mungkin umurnya akan sedikit lebih panjang.
Dia hanya membawa beberapa rahasia yang disimpannya selama ini, yang tidak seorangpun yang hadir disana mengetahuinya, tidak pula di dunia ini..., selain dirinya sendiri.
Hanya rahasia yang dia bawa pergi.
”Carmen, apakah itu Isterimu?”
”Tidak. Bukan, tentu saja, kau mengenalnya bukan? Dia jauh lebih muda. Suaminya baru meninggal beberapa hari lalu. Tahu tidak, dia adalah perempuan paling kaya di Long Island saat ini. Dia janda Tony!”
”Jangan kau bergurau Carmen!”
”Tidak. Aku serius. Dekati saja!”
Carmen adalah salah seorang tokoh dalam ”The Soparanos seasons IV”
"Apa yang kira-kira anda pikirkan tentang saya?"
Saya adalah seorang pria miskin yang sekarat, yang hidup dari belas kasihan, dari sebuah negara dunia ketiga yang malang. Saya seorang Penulis, ini adalah karya ketiga saya yang utuh dalam bentuk buku. Sebenarnya saat ini paling tidak saya sudah menulis sedikitnya 5 buku termasuk dua novel hukum jika saja saya tidak miskin. Selebihnya daripada yang dapat anda baca atau koleksi saat ini adalah karya-karya tulis saya yang hilang dari disket dan file-file di rental-rental pengetikan.
"Maaf Mas.., data dan file anda sudah terhapus. Diketik saja lagi, siapa tahu masih ada yang teringat!"
"Bangsat!"
Berikut ini adalah situasi, keadaan yang kerap saya bicaran dengan beraneka, berbagai orang dan kalangan, perihal situasi hidup saya.
No respon.
Tapi...
"Suatu waktu, kalian akan melihat buku-buku dan novel karya saya terpajang di etalase dan rak-rak toko buku di seluruh dunia, dari ke empat penjuru mata angin. Ini adalah sederetan karya-karya tulis bernilai jutaan, atau bahkan bernilai miliaran Dollar, dikemudian hari.
Disini, ada bisnis yang sangat besar, bagi mereka yang menjadi bagian di dalamnya!
Ini adalah salah satu harta warisan saya yang bernilai ekonomis, yang akan saya tinggal mati, yang akan saya wariskan kepada anak-anak saya, dan Istri-Istri saya, kepada dunia termasuk didalamnya aset-aset dan investasi-investasi.
"Anak-anak Amerika yang makmur, sehat, sejahtera... Bukan begitu tuan Erich?"
"Dan diberkati!"
"Terpujilah Allah, wahai kau penulis!"
"Terpujilah.., kawan!"
Dia terdiam sejenak, menarik nafash panjang.
"Kalaupun ada di antara mereka yang pada akhirnya akan berprofesi sebagai Penulis, saya berharap mereka hidup dan berprofesi sepadan dengan dunia mereka. Mereka tidak boleh menjadi Penulis yang miskin yang mengemis dan bahkan berbau bangkai tikus seperti Bapaknya. Saya telah mengalami kepedihan dan penderitaan hidup selama bertahun-tahun, dan kau sendiri tahu tidak, apa kira- kira kesimpulan dari semuanya itu?"
"Tidak! Menurutmu bagaimana? Tolong kau jelaskan?"
"Tak satupun bermanfaat bagi perkembangan jiwa dan diri saya, kedewasaan saya dan proses kreatif saya. Sebaliknya, saya sangat dirugikan dalam banyak hal. Ini adalah situasi, keadaan dan kehidupan yang sangat tidak sehat. Saya harus melewati dan menjalani hal-hal yang sangat tidak pantas untuk dijalani, dan tidak manusiawi. Orang yang berpikiran sehat dengan kehendak bebasnya, siapapun di muka bumi ini tidak akan mau menjalani kehidupan yang seperti yang telah saya jalani. Kalau ada dan terbuka pilihan hidup yang lebih baik, wajar dan manusiawi, saya juga tidak mau menjalani kehidupan yang seperti ini, itu. waktu produktif saya habis terbuang percuma hanya untuk keluar masuk rental pengetikan. Ketajaman dan kecerdasan saya tumpul dan tidak bisa berkembang dengan sehat karena saya tidak mampu membeli buku-buku bacaan. Keterbatasan teknologi inilah yang menyebabkan beberapa naskah buku saya hilang entah dimana. Pada kenyataannya, tidak ada yang benar-benar bermanfaat dari kemiskinan.
Dengan kata lain.., saya tidak ingin anak-anak saya meratapi kemiskinan mereka dalam tulisan-tulisan mereka. Cukup saya saja. Mereka harus atau paling tidak menulis sesuatu yang bukan merupakan ratap tangis dirinya, tidak tentang kemiskinan dan kemiskinannya, untuk dibaca oleh orang-orang yang tidak mampu membeli buku, seperti saya. Banyak karya-karya hebat dari masa lalu dan sekarang berderet di rak-rak toko buku atau di antara tumpukan-tumpukan buku-buku bekas di pasar loak, tapi semurah apapun harganya, saya tidak mampu membelinya!
"Kau mengenal orang itu tidak?"
"Ya.., mmm.., tapi tidak seberapa baik!"
"Dia dikenal luas dalam beragam nama, citra dan identitas. Reputasi dia sebenarnya seperti apa? Hampir tidak ada yang tahu pasti, selain mereka-mereka yang pernah berhubungan langsung dengannya. Dan semua itu adalah di masa lalu!"
"Si pembawa keajabain. Hah.., itukah dia?
"Seperti itulah!"
"Mereka tak pernah benar-benar nyata. Seperti kebenaran yang ada di udara. Kebenaran yang tertiup oleh angin, ke arahmu, untuk kau hirup. Ini sehat dan menyegarkan, sumber kehidupan!"
"Sama seperti kelatenan, yang bentuk fisiknya tidak terlihat tapi efeknya nyata. Kau dapat menikmati dan mencicipi banyak manfaat dari sana, sekaligus kerusakan!"
"Beberapa kalangan menyebutnya sebagai si kepala kulit pisang!"
"Artinya..?"
"Kau dapat tergelincir atau bahkan terperosok sangat dalam pada hal-hal, pada apa yang dipikirkannya!"
"Ups..!"
"Berpegangan..!"
"Oh ya.., tapi ngomong-ngomong Erich, coba kau tengok, lihat itu, satu yang lain yang ada di sana!"
"Itu khan tuan Soprano!"
"Benar. Menurutmu.., apa yang sedang dia lakukan di sana?" "Menunggumu, menyanyikan sebuah requim untukku. Kira-kira demikian!"
"Istri-istrimu kelak akan menjadi janda-janda yang sangat beruntung, Erich!"
"Apa katamu?"
"Maaf kawan.., aku hanya bergurau!"
"Mereka telah menghadirkan cinta dalam hidupku. Anak-anak yang mereka lahirkan adalah manifesto keberadaanku! Di sinilah keberadaan orang-orang seperti Iis cum suis menjadi penting, menjadi sangat penting dalam hidup saya!"
"Setiap orang yang melihatmu akan terkenang leluhurmu!"
"Yep. Itulah yang akan terjadi dengan mereka! tapi........"
"Apa?"
"Ini adalah kisah yang lain.
Suatu malam.., di sebuah pojok Nautica coffe shop
[46] yang menghadap ke salah satu sisi bundaran Hotel Indonesia, sebuah tempat bersantai dan ruang tunggu sebuah hotel berbintang, duduk beberapa orang asing. 3 dari keenamnya, adalah permpuan-perempuan cantik!
Seperti yang sudah-sudah, pesanan mereka akan diantarkan oleh seorang pelayan wanita yang itu-itu saja. Tidak boleh yang lain. Hanya dia yang boleh melayani mereka.
"Mengapa..?"
"Kami mencintai seseorang. Dia mengandung anaknya. Ini adalah sebuah kehormatan bagi kami!"
Mereka datang ke sana, minum-minum kopi selama beberapa saat, di pekan terakhir tiap bulannya, hanya untuk bertemu dengan perempuan pelayan itu. Melihatnya dari dekat, menciumi bau tubuhnya, mendengar suaranya dan melihatnya tertawa dan tersenyum!
Dia adalah istri dari seseorang yang dicintai!
Akan selalu ada orang-orang seperti George Walker Bush untuk mereka, untuk mencintai, menjaga dan melindungi mereka. Seperti tukang roti dari Amerika!
Uncle Sam is comig to town!
"Apa..?"
"Maksudmu?"
"Kelanjutannya yang tadi?" "Tiap generasi punya cerita, kehidupan dan mimpi-mimpinya sendiri-sediri. Jangan terlalu kau pikirkan dan persoalkan!
Dengan perkataan lain; Apakah Hitler dan Einstein sama seperti bapak ataukah buyut mereka? Apakah anak-anak Hitler dan atau Einstein secara otomatis akan menjadi Hitler dan Einstein-Einstein generasi kedua atau jilid ketiga. Pobia dan ketakutan-ketakutan seperti ini masih menghantui orang-orang Eropa sampai saat ini. Entah merngapa!
Saya tidak tahu, apakah akan ada George Bush junior, generasi yang terbaru!
"Setahu saya, kau adalah seorang CEO yang hebat dari sebuah perusahan keuangan, bukan begitu?"
"Benar!"
"Bapakmu adalah seorang Pembantu Rumah Tangga dari usia mudanya hingga Tuanya, bukan?"
"Dia pernah bercerita bahwa setiap kali menyemir sepatu Tuannya, sepatu-sepatu Majikannya, Tuan dan Nyonyanya, dia selalu membayangkan itu adalah diri saya!"
"Lacoste..."
"Dia anak yang hebat, dari Istri yang keduaku, yang sekarang. Dia adalah seorang Pelukis!"
Selang beberapa waktu setelah itu...
"Permisi Tuan!" "Ya.., ada apa? Apa yang bisa saya bantu?"
"I want to find Tika!"
"Cari saja dia di Hotel Grand Hyaat! Dia ada di sana!"
"Apakah saya akan berhasil?"
"Sebaiknya kau berusaha saja terlebih dahulu. Dia adalah salah seorang pelayan wanita yang ada di sana. Kejadiannya kira-kira 10 tahun yang lalu. Dia adalah salah seorang teman baik saya, teman dekatku, yang wajahnya mirip sekali dengan Permasuri Kerajaan Malaysia itu, Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong, Tuanku Nur Zahira. Dia melayaniku, memberi service yang penuh rasa hormat!"
"Menyenangkan sekali ya rasanya di layani oleh orang-orang yang memiliki rasa hormat, dan mengerti nilai-nilai kehormatan!"
"Ya.., ya.., bergegaslah kau ke sana. Itu adalah tempat yang sangat nyaman untuk bersantai dan menunggu. Sudut pandanganmu luas dan beragam. Kalaupun kau tidak berhasil menemukannya, setidaknya ada dan terbuka banyak hal bisa kau lakukan!"
"Ok. aku berangkat sekarang!
"God luck my friend! "Yep!"
*
Salah satu seni terbesar umat manusia di abad ini, dan di sepanjang abad di masa lalu dan di masa depan adalah tentang; Manajemen godaan!
Setidaknya, sampai saat ini saya mengetahui bahwa ada tiga perkara yang penting tentang hidup untuk kita ketahui bersama-sama, untuk kita renungkan, dan untuk masing-masing kita amalkan.
Pertama; Adalah menjalaninya.
Yang kedua; Adalah menikmatinya..,
Dan yang ketiga; Adalah mensyukurinya.
*
”Dimasa jayanya, saya makan steak dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik. Itulah malam-malam saya, di masa lalu!” ungkap Al Capone kepada seorang Sipir penjara.
Yang penting sebenarnya adalah;
”Dimana anda saat ini berada?”
”Malam ini, beberapa saat ke depan, saya akan bertemu, makan malam dengan seorang perempuan cantik, di sebuah restoran di pusat kota, di seberang pulau. Di restoran, malam ini...., tuan Al Capone!” balas si Sipir dari balik teralis sel penjara, di sisi yang berbeda.
Percakapan ini saya adaptasi, nukilkan dari sebuah narasi singkat tentang memoar, perjalanan hidup Al Capone yang mengabadikan sepenggal riwayat kehidupan Al Cataraz, tempat yang telah membekukan dan merontokkan kemegahan para penjahat-penjahat besar, para Mafia, para legenda di masanya.
Mereka adalah penjahat-penjahat besar yang namanya tercatat dalam sejarah. Kisah-kisah hidup mereka akan selalu menjadi bahan bacaan yang paling menarik sepanjang masa.
Mungkin anda dan saya tidak akan pernah menginjak sel-sel tahanan atau sel-sel penjara yang menakutkan, seperti Al Cataraz, tapi percayalah, kita semua sebenarnya tengah berada dalam sel-sel penjara diri kita sendiri, di tengah gemerlap, keramaian dan hiruk pikuk kehidupan, di kehidupan yang bebas dan merdeka ini!
Saya pernah di sana!
Apa pesan sederhana yang dapat anda simpulkan di balik tayangan LockDown, State Prison atau tayangan-tayangan semacamnya, baik yang dapat anda tonton di National Geographic Chanel atau di jaringan TV lain? "Selama penjara-penjara tersebut masih berisi manusia, bukan hewan atau binatang, itu berarti bahwa di sini masih ada hukum!"
"God bless you Amerika!"
"Mengapa?"
"Karena semuanya, karena sistem dan nilainya masih berjalan sebagaimana mestinya!"
*
Orang-orang dengan tingkat pergumulan hidup seperti saya, hanya memiliki 3 pilihan dalam menjalani hidup dan mengapresiasinya.
Gembira, dengan senyum sempurna yang menawan.
Boring. Yaitu pada saat hidup berjalan tanpa jiwa, tanpa irama, tanpa tujuan, hampa dan sekedarnya saja. Saya tidak berani memberi apresiasi terlebih komentar apapun pada situasi hidup yang sedemikian tidak menyenangkan itu. Garis bibir saya datar. Air muka saya dingin. Dan anda tidak akan mendapatkan kesan apapun dari sana!
Yang ketiga adalah wajah yang kelam, wajah yang bermuram durja. Kehidupan ibarat perahu terbalik sebagaimana lekukan senyumnya. Kehidupan pada tahap ini sungguh-sungguh merupakan sebuah periode yang mencemaskan untuk di jalani. Anda punya sedikit kekuatan dan sedikit uang?
"Cepat pergi dari sini. Atau, cepat pergi dari sana!"
Jika anda tidak memiliki sumber daya atau apapun yang dapat memberi kekuatan kepada anda untuk mengendalikan kehendak bebas anda sendiri atas hidup anda sebagaimana orang yang merdeka, saya hanya dapat memberi sedikit nasehat; Bermainlah yang cantik dengan hidup anda. Playing good!
"Mengapa..?"
"Anda mungkin akan tersenyum, tapi ketahuilah bahwa itu semua adalah pada hal-hal yang tidak penting bagi diri anda, yang sama sekali tidak akan membangun hidup anda, mencerdaskan dan mendewasakan anda. Itu adalah situasi yang berpotensi besar merugikan anda!"
"Dan ironisnya..!"
"Sekalipun anda mencoba mensiasatinya dengan bersikap tidak sebagaimana adanya, berpura-pura seolah-olah semuanya berjalan baik-baik saja, tidak ada kesedihan, kepedihan, beban atau tekanan, ketahuilah bahwa itu semua sebenarnya adalah saat-saat yang paling kritis, yang paling buruk dalam hidup anda. Yang anda siasati hanyalah diri anda sendiri. Itu adalah saat dimana anda tengah mengasihani hidup anda, masa depan anda. Ini adalah kenyataan yang sangat buruk. Anda benar-benar telah hancur, pada pengertian-pengertian, ukuran-ukuran situasi dan derajat yang sebenar-benarnya!"
Jika anda tidak memiliki sumber daya dan kapabilitas yang memadai untuk membangun diri anda sendiri, itu artiya;
"Hei.., seseorang harus menolongnya!"
Hidup itu indah.
Life is beautiful, so beauty, milik anda sendiri, milik saya sendiri, milik kita pribadi masing-masing. Jika kita dapat berjalan bersama, dan memahami berbagai persoalan dengan pengertian dan ukuran-ukuran yang sama, itu baru sebuah permulan, sebuah permulaan yang baik. Itu hanya sekedar berarti bahwa; Syukurlah kita masih memiliki nilai-nilai dan ukuran-ukuran yang sama dalam memahami berbagai persoalan tersebut. Kenyataan ini adalah sesuatu yang menggembirakan. Jika pantas untuk dirayakan, mari kita bersama-sama merayakannya!
Namun, itu baru sebuah permulaan!
Bagaimana kita akan menjalani yang selebihnya?
Jika saya dapat membantu anda, saya tidak akan membiarkan anda mencuri sepotong roti untuk sekedar membuat anda mencicipi bagaimana rasa sepotong roti di pangkal lidah, terlebih-lebih untuk membuat anda terlepas dari rasa lapar.
Mengapa di pangkal lidah?
Makanan apapun, seenak apapun, rasanya hanya sampai sebatas lidah.
"Saya akan memberinya untuk anda, jika saya memilikinya. Saya akan membelikannya satu untuk anda jika saya memiliki uang, beberapa atau bahkan sekantong untuk anda. Saya tidak akan membuat anda terpenjara 20 tahun plus kewajiban kerja paksa sebagaimana yang dialami oleh Jean Vlajean, gelandangan dalam Les Mirables, yang mencuri sepotong roti karena lapar! Saya akan melakukan semuanya, memperlakukan anda sebagai manusia, karena saya juga adalah manusia, sebagaimana anda!"
Saya sudah mengalami semuanya itu, dari sudut pandang manapun anda bertanya.
Kehidupan saya sebagiannya adalah memberi dan sebagian lainnya menerima. Ada kalanya tangan saya berada di atas, ada kalanya tangan di bawah.
Kawan seperti itulah hidup yang sesungguhnya!
*
Jika anak anda sedang jatuh cinta, jangan memberinya makan. Seenak apapun semuanya itu, dia sama sekali tidak menginginkannya. Dia tidak memintanya dari anda, dan dia tidak akan pernah memanjatkan sebait do'a paling pendek sekalipun untuk mensyukurinya!
Beri dia kesempatan untuk menjalaninya.
Beri jalan baginya. Biarkan dia pergi, berlari, bergegas menemui kekasihnya.
Ini adalah menu sederhana yang paling lezat dari restoran manapun, dari dapur manapun, yang ada dimuka bumi ini.
Ini adalah ungkapan sederhana, yang dapat anda pahami dengan baik dan benar jika anda memiliki cinta.
Jika anda pernah menjalaninya, saya percaya, anda akan berucap singkat;
"Itu adalah saya!" dengan wajah riang gembira dan senyum menawan kepada dunia.
"Akh.., saya?" "Ya benar sekali.., itu adalah saya!"
Jika anda tidak memiliki keduanya, atau salah satu dari keduanya, saya hanya bisa berkata;
"Hei body..., be creatif!"
Mengapa?
Karena cinta itu sama sekali bukan angka-angka, tidak juga grafik, terlebih statistik.
Cinta itu adalah kreatifitas.
Dalam proses dan hasil akhirnya, tidak kurang ataupun lebih dari sekedar sebuah karya kreatif yang sederhana!
Puncak daya cipta dan kreasi manusia adalah cinta.
Dan tidak ada pemandangan yang lebih mengagumkan selain daripada melihat seseorang melakukan pekerjaanya dengan luapan rasa cinta.
*
Apa yang akan anda lakukan dengan remah-remah yang tercecer di atas meja makan anda?
"Menyapunya ke lantai, untuk dimakan oleh anjing!"
"Saya akan membuangnya ke dalam tong sampah!"
"Dengan Anda bagaimana Tuan?"
"Saya punya banyak teman yang kelaparan!"
*
Ada kalanya dalam hidup ini, anda akan bertemu dengan seseorang yang bersampel buruk, tapi isinya, kehidupannya yang sebenarnya begitu mengesankan.
Sebelum membacanya, anda tidak akan pernah tahu bahwa itu adalah Tortilla flaat, The Testament, atau peradilan-peradilan yang menyesatkan! "Ini adalah Tortilah Flaat dari John Stainback yang jenaka.
Dia jenius!
Kau tidak akan bisa menipuku dari kulitnya, sekalipun engkau mengganti sampulnya, mengemasnya dengan sangat baik, dengan apapun. Kau tidak akan pernah berhasil mengelabuiku, memperdayaiku dalam hal apapun. Kau tidak akan pernah bisa mempermainkanku!"
"Rupanya kau sudah membacanya, ya?"
"Memang pikirmu bagaimana?"
"Saya rasa.., Tuhanpun memilikinya!"
*
Dunia ini, terdiri dari orang-orang biasa dan orang-orang yang luar biasa. Para pecundang dan pemenang. Somebody dan nobody, dan kadang-kadang kita menjadi yang biasa, pecundang dan nobody pada suatu ketika dalam hidup ini dan somebody di kesempatan yang lain.
Apakah mungkin kita, anda atau seseorang melakoni kedua posisi dan citra tersebut pada saat yang bersamaan?
*
Waktu itu, pagi di hari Sabtu, 18 April 2009.
Saya baru mau tertidur, ketika terdengar seseorang memanggil nama saya dari kejahuan...
"Erich..!"
Kantuk saya hilang dalam sekejab. Beberapa jam kemudian saya baru benar-benar bisa tertidur. Sorenya saya bangun dan hal pertama kali terlintas dalam pikiran saya adalah kutipan ucapan John Hutton pada sebuah artikel di The Point, sambil memanjatkan sebait do'a pendek. Dalam khusuk, jiwa saya berucap pada Tuhan;
"Berapa banyakkah waktu yang akan Kau berikan? Dari yang aku harapkan, Tuhan.., tambahkanlah kiranya sedikit lagi!"
John Hutton berkata;
"There has been no collaps, and this is not the begining of the and!
[47]"
Bagian ini, khusus saya persembahkan sebagai do’a saya untuk anak-anak saya yang lahir dari rahim yang sederhana para Perempuan-Perempuan Jalang di beberapa lokalisasi Wanita Tuna Susila, di Jakarta. Kalian adalah anak-anak kehidupan, pemilik kehidupan, adalah anak-anak yang lahir dari segumpal cinta yang paling murni yang pernah saya miliki sebelumnya. Tuhan menyertai kalian!

The end.

[1] Tai adalah bahasa Jepang yang kira-kira berarti; Orang lain, Sesutu yang lain, yang baru, yang berbeda, Dalam bahasa Indonesia, "Tai" berarti air besar. Tai adalah bunyi dari Tie dalam bahasa Inggris yang berarti dasi.

[2] Endless Story By Reira starring Yuna Ito. Lyrics: D.A. Thomas. Music: D.A. Thomas. Romaji&English translation By: Cori, from the single: Endless Story @2006.


[3] Slam, sebuah group band rock balada asal Malaysia.


[4] Artikel Peter Burrow, Business week, 4-10 Oktober 2006.

[5] 3T Dalam bahasa Toraja, merupakan satir slang yang berarti; Tersandung, terjatuh dan berada dalam keadaan yang tidak berdaya, seperti keadaan seekor kura-kura dalam keadaan terbalik.


[6] Sinonim dari kata senggama, berhubungan intim. Kata tersebut memang bias bermakna demikian.


[7] Geri Halliwell, Nama dan peristiwa, Kompas edisi April 2009.


[8] KORUPSI: Sifat, sebab dan fungsi oleh Syed Hussein, LP3ES, 1983.

[9] Catatan dalam salah satu iklan sepatu merek All Star, di suatu waktu lalu.

[10] Moto dari maskapai penerbangan, EJTIHAD.

[11] The Magic of Christmas Day lyrics performed by Celine Dion.www.sing365.commusic/lyric.nsf/The-Magic-of-Christmas-Day-lyrics.


[12] Buku harian cacat air oleh Janet Konttinen, Chikken Soup for the Mother's Soul 2, Jack Canfild, Mark Victor Hansen, Marci Schimoff, Carol Klein, GPU, JAkarta 2002.

[13] First of may; Bee Gees.

[14] Kompas minggu kedua bulan April 2009.

[15] Melakukannya; Keadaan yang menggambarkan posisi klimaks, puncak sensasi klitoris, enjakulasi pada sebuah kasus senggama.

[16] Pertama kali saya melihat kata-kata tersebut pada kotak pembungkus makanan dari restoran A&W.

[17] Peradilan yang sesat oleh Herman Mostar, penerbit Graffiti Pers Jakarta, 1983.

[18] Artikel dalam koran Berita Buana, Minggu, edisi Oktober 2008.

[19] Iklan TOD'S. Figur iklan/model; Gwynette Paltrow.

[20] Kakak (Bah; Sunda)

[21] Saat untuk mengenang oleh Sharon Wright, Chikken Soup for the Mother's Soul 2, Jack Canfild, Mark Victor Hansen, Marci Schimoff, Carol Klein, GPU, JAkarta 2002.

[22] Pelayan restoran pria.

[23] A loose, adalah kata dalam bahasa Inggris yang jika diucapkan, bunyinya kira-kira akan terdengar; Elus! Sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang berarti membelai, mengusap-usap, dll. To take a loose artinya mengusap!

[24] Iklan pariwisata pejabat pelancongan dan penerangan Kedutaan Turki, harian Kompas 2007

[25] Kalimat perintah yang berrati membuat sesuatu berada dalam keadaan terpojok.

[26] Wajah Tuhan oleh Tony Collins, Chikken Soup for the Mother's Soul 2, Jack Canfild, Mark Victor Hansen, Marci Schimoff, Carol Klein, GPU, Jakarta 2002.

[27] Cinta Ibu oleh Pat Laye, Chikken Soup for the Mother's Soul 2, Jack Canfild, Mark Victor Hansen, Marci Schimoff, Carol Klein, GPU, Jakarta 2002.

[28] No pel! adalah kalimat perintah, yang dalam bahasa Betawi/Jakarta berarti; Yang ini pel! Yang itu pel! pel lantai ini atau yang itu! Jika No dan Pel di gabungkan, bunyinya akan terdengar menjadi; Nopel! yang mana adalah bunyi yang sama terdengar untuk kata Novel!
Artinya; Dia adalah seorang pembantu rumah tangga yang mendapat perintah dari majikannya untuk mengepel lantai. Kebetulan dia adalah juga seorang penulis Novel yang hebat. Majikannya mungkin tidak tahu sama sekali perihal hal tersebut. Atau boleh jadi dia berpura-pura tidak tahu.
"Yang jelas, majikannya sanagt menikmatinya! Itu pasti. Tidak salah lagi."
"Jangan kamu mulai melempar gossip kawan!"
"Gossip? Memangnya kau memaknai ucapanku seperti apa? Kau sepertinya salah menempatkan sudut pandangmu kawan!"

[29] Sinonim; Bagi-bagi.

[30] Terjemahan Indonesia oleh; Bonar Sihombing.

[31] Rambut yang tumbuh di sekitar alat kelamin.

[32] Kata yang sama adalah judul seri kedua novel karya Learn Hearn; Brilliance of the moon, penerbit Matahati, Jakarta .

[33] Penyakit.

[34] Senggama, hubungan intim, percintaan.

[35] Ungkapan yang berarti mandor.

[36] Bohong, Penipu.

[37] Kedai makan, yang biasanya berada di pasar-pasar.

[38] Daging babi yang dimasak dalam bambu.

[39] Masakan lauk pauk dari belut.

[40] Bunga Vandopsis atau GrandToro (Anggrek species).

[41] Nama anggrek species.

[42] Nama salah satu anggrek species langka. Saya sangat menyukainya.

[43] Nama anggrek species langka.

[44] Motto jaringan TV National Geographic Chanel.

[45] Biografi Wolfgang Amadeus Mozaert, terbitan Grasindo Jakarta.

[46] Bukan nama sebenarnya, tapi ada!"

[47] Kutipan dari sebuah artikel dalam Koran harian The Point edisi Juli 2006.