Senin, 13 Juli 2009

Naskah sebuah Novel: Chapter eleven.

Eleven.



Kembali ke persoalan tomat tadi, jelas setiap lembar tomat di balik lipanan Burger itu, dan ini, berasal dari buah tomat yang besar, yang montok, padat dan bersi, dan berwarna merah mudah yang segar berserih.”

“Yang tumbuh dengan sehat!”

“Tentu saja, Meadowri!”

“Hasilnya adalah buah tomat terbaik!”

“Seperti itulah cinta!”

“Maksudmu? Dimana hubungannya?”

“Cinta itu seperti buah terbaik dari satu musim panen. Akan tiba harinya dimana dia akan membusuk sama seperti hasil panen terburuk yang anda hasilkan di musim panen itu. Anda akan terus mengingatnya, mengenang rupanya, sambil mengharapkan kejadian serupa itu terulang kembali, di musim panen berikutnya. Yang pasti bahwa, di setiap musim panen, akan selalu ada hasil panen terbaik dan yang terburuk! Kau tentu bisa menebak dari mana buah tomat yang terbaik tersebut berasal?”

“Tentu saja dari bibit tomat terbaik!”

“Cinta itu adalah berkarung-karung biji tomat yang terbaik di gudang kehidupan anda. Jika tidak pernah menyemaikan sebiji cinta, anda tidak akan pernah memetik buah tomat milik anda sendiri! Sebiji tomat sekalipun..., sendiri!”

“Itulah adalah ungkapan-ungkapan bodohmu tentang cinta, bkan?”

“Kadang-kadang kita nampak terlihat bodoh, dan bertingkah bodoh, dari semua perbuatan-perbuatan bodoh yang bisa kita lakukan setiap harinya, adalah mencintai, dicintai, mengatakan dan mengungkapkannya, dan tentu saja pada akhirnya percintaannya itu sendiri! Meadowri....?”

“Ya looke?”

“Berapa banyak cinta dan percintaan yang telah hadir dalam hidupmu, yang telah engkau lewati, yang telah disuguhkan dalam kehidupanmu?”

“Banyak!”

“Sekarang aku percaya, ternyata kau memang tidak hanya cantik, tapi sekaligus bodoh!”

“looke!?”

“Kau tidak sendiria, ada aku, tentunya!”

Looke membuka tasnya. Dia mengambil Carllsbeer yang terakhir.

“Ini adalah petunjuk waktu!”

“Itu yang terakhir?”

“Yep!”

“Seandainya aku bisa menemanimu looke, malam ini akan jauh lebih hebat. Maafkan aku Looke!”

“Tidak masalah. Kita masih punya banyak waktu dan kesempatan yang lain!”

“Aku berharap demikian!”

Itu adalah sekaleng Carllsbeer yang terakhir. Dia membukanya perlahan-lahan, lalu plook.....! dan,

“Criitt...!” buih-buih Carllsbeer menyembur keluar dari kalengnya, tersembur melebar, meluas dan menjauh hingga mengenai tubuh Meadowri.

Meadowri berteriak.

“Looke....?”

Cepat Looke meletakkan Carllsbeer di atas meja. Masih terlihat buih-buih bir meluat perlahan dari kalengnya, membasahi meja. Looke mengambil tissue dan berusaha melap tangan, pakaian dan tepian meja di hadapan Meadowri. Dia panik. Mereka berdua tidak mengharapkan hal tersebut terjadi. Dia berusaha menggapai Meadowri dari tempatnya duduknya, tapi belum sempat niatnya terwujud, tangannya telah terlanjur terlebih dahulu menyenggol cangkir Cappuchino, gelas itu oleng lalu tumpah, membasahi meja dan pakaian Meadowri.

“looke...., koq bisa jadi begini?” ungkap Meadowri dengan perasaan kecewa, namun dua juga sadar tak banyak yang dapat dia lakukan, semuanya telah terlanjur terjadi. Wajahnya memerah, dia nampak sangat marahdan kesal, dia menegok ke sekelilingnya, semua mata yang ada di dalam sana tertuju heran kepada mereka berdua, itu adalah pakaian dari_____________, salah satu busana istimewa yang dia miliki.

“Maaf Meadowri, aku tidak sengaja, kau tahu, aku terlalu bersemangat!” ungkap Looke berkali-kali, tanpa henti berusaha menangkan perasaan marah dan kecewa Meadowri. Dia mengambil semua tissue dan mulai melap meja dan tubuh sedapat yang bisa dia gapai dan lakukan. Dia malu, marah dan kecewa, juga, tidak pada siapa-siapa, tapi kepada dirinya sendiri. Meadowri berusaha membantunya, wajahnya telah memerah, merah padam, entah karena malu atau karena pengaruh alkohol.

“Kau mabuk, bodoh!”

Itulah kata terakhir darinya.

Dia meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, lalu tak selang seberapa lama setelah itu, Meadowri beranjak lalu bergegas pergi, meninggalkan Wendy's, dan meninggalkan Looke sendirian di sana. Seorang petuga kebersihan cepat datang membantunya membersihkan meja, setelah itu, dia masih sempat memesan dua paket Hamburger istimewa untuk dia bawah pulang, untuk Pearl dan Sam.

Keesokan harinya, syuting berlanjut tetap sebagaimana biasanya. Meadowri ada di sana, demikian pula dengan Looke, untuk beberapa shoot yang tertinggal. Demikian pula selama beberapa hari selanjutnya yang masih tersisa. Ini akan menjadi periode syuting yang masih panjang buat Meadowri, berlanjut hingga happy ending, hingga orang terakhir, yaitu kencan yang memenangkan cintanya. Dari sekian banyak kontestan, entah siapa yang akan menjadi pememangnya.

Penyebab yang melatarbelakangi Looke masuk di pertengahan jam kerja waktu itu adalah karena pada pagi itu dia, Pearl dan Sam mengikuti wawancara visa masuk ke Amerika di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Mereka bertiga tinggal menunggu panggilan berikutnya, yang akan menentukan apakah sayap-sayap kehidupan mereka akan mengepak dan membawa mereka terbang jauh hingga ke sana, untuk selamanya.

Buat Looke, segala sesuatunya hampir selesai, rampng dan berakhir. Dia tinggal beberapa saat dan langkah di penghujung cerita dan perjalanan dari sebuah periode yang akan menjadi masalalu dalam hidupnya.

Entah Meadowri akan berkata apa tentang itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar