Senin, 27 Juli 2009

Novel Residu: Therteen.

Therten

Pimpinan Redaksi, Manajer iklan dan seorang Editor senior yang lain memasuki ruang rapat yang berada di lantai Editorial. Dibelakang mereka. Looke mengikuti. Dua jam kemudian kontrak penerbitan selesai diteken, termasuk pembayaran setengah dari nilai kontrak.

Dari sana dia naik ke lantai berikutnya, satu lantai diatas, hampir menjelang malam.

Miss Parker telah menunggu kemunculannya berjam-jam sebelumnya. Dia nampak gelisah dan letih, wajahnya kusut dan berminyak, aroma parfum dari tubuhnya yang berkeringat tak lagi semerbak sempurna. Dari pagi, siang hingga petang dia menyusuri sepanjang jalan Jakarta yang panjang dan penuh dengan kemacetan disana-sini, keluar masuk kantor, hotel dan restoran hanya untuk sekedar menyapa seseorang dan berbasa-basi ringan, sejenak sebelum berpindah ke pertemuan-pertemuan berikutnya.

“Sudah beres?” Mis Parker tak membuang banyak waktu. Looke menutup pintu, menguncinya lalu berjalan mendekati meja Miss Parker.
“Sudah, tinggal membelanjakannya saja. Terimakasih!”
Miss Parker tersenyum puas.
Namun keletihannya yang sangat, tak tersembunyi.
“Taruh tasmu di sana!”
Looke berpaling ke sofa untuk tamu, dia meletakkan tasnya perlahan dari sana, dia mengambil 3 bundel copy novelnya lalu menaruhnya di atas meja di hadapan Mis Parker.
“Ini novel pertama!”
Miss Parker mengambilnya dari tangan Looke dan mulai membaca ringkasan yang ada di cover belakang.
“Cukup menarik!” ungkapnya menanggapi tak seberapa lama kemudian, lalu melanjutkan mengambil copy yang kedua.
Dia mengangguk-angguk setelah selesai membaca ringkasannya.
“Sastra picisan, namun yang seperti ini yang laku di pasaran!”
“Edisi masa kini, mewakili zamannya!”
“Setengahnya adalah pengalaman pribadi dan selebihnya adalah angan-angan!”
Looke tertawa kecil, dia mengangguk, mengakui dan membenarkan.
“Dan yang ketiga?”
“Ini!”
Miss Parker memecingkan keningnya berusaha menarik kelopak matanya yang mulai terasa berat.
“Semuanya telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris!”
“Tapi belum satupun yang terbit, bukan?”
“Benar!”
“Kau terlampau yakin dan ambisius!”
“Sebenarnya itu adalah ide dari seorang teman!”
Miss Parker tak memberi tanggapan.
“Aku ingin menunjuikan sesuatu, boleh?”
“Silahkan, apa?”
“Tunggu sebentar!”
Looke berpaling dari Miss Parker, cekatan dia menghampiri tasnya dan mengambil sesuatu dari sana.
Looke menunjukkan kepada Miss parker.
“Masih tersegel!”
“______________? Kau mau mengajkku main gila, yah?”
“Looke tersenyum genit, dia menggoda menunjukkan kehangatan dan maksudnya, tubuhnya malai berkeringat menebarkan aroma birahi yang telah menemukan bentuknya.
“Ayolah, sedikit saya, Miss!”
“Miss Parker tersenyum.
“Setelah itu sedikit lagi!”
“Tambah sedikit lagi!”
“Dan sedikit lagi, boleh?”
“Boleh?”
“Dasar laki-laki sialan!” ungkap Miss Parker dengan lantang sambil menyambar ponselnya dari atas meja lalu melemparkannya ke dinding, berdiri sigap dari kursinya lalu berlari kecil dan akhirnya melompat ke pelukan Looke.
Looke menangkapnya dengan gesit, dia mengerahkan semua kekuatannya dan memeluk tubuh Miss Parker dengan erat, dengan kuat hingga pelukannya terasa seperti akan merontokkan tulang-tulang Miss Parker. Dia menahan nafash sambil merenggangkan ototnya, ada sensasi yang dia rasakan menggeliat dalam tubuhnya, dalam pelukan Looke.
Looke mengangkat tubuhnya, emggendongnya, sambil memijit-mijit kuat bokongnya dan pahanya yang kencang silih berganti lalu membelai-belai rambutnya.
“Sayang.......!”
“Ya, Looke?” jawab Miss Parker penuh semangat.
“Kau tidak pulang ke rumah malam ini, bukan?”
“Tidak!”
“Jadi?”
“Kita akan bercinta sepuasnya, sayang. Benarkan?” jawab Miss Parker berbisik ke telinga Looke.
“Tentu!” balas Looke.
“Tapi....”
“Ada apa?”
“Bagaimana kalau orang rumah mencarimu?”
“Khan Hpku sudah rusak!”
“Kalau mereka menelponmu kemari, bagaimana?”
“Aku atau kau akan mengatakan bahwa aku sedang tidak ada di sini, mungkin sedang dalam perjalana pulang!”
“Kalau mereka mencarimu sampai kemari?”
“Itu urusanmu, bodoh!”
“Oh iya!”
Looke semakin erat memeluk tubuh Miss Parker. Dia menjuntai di bahu Looke, tenggelam dalam pelukan erat penuh sayang dan hasrat Looke, dia semakin bersemangat memijit tubuhnya, pahanya dan bokongnya, Miss Parker merintih, mengerang dan menjerit setiap kali pijitan Looke pas menyentuh uratnya dan ototnya.
Miss Parker, dia letih dan birahi, sia telah berjalan jauh, berkeliling ke banyak tempat, bertemu begitu banyak orang, dan bekerja lebih banyak dari siapapun, sekarang dia birahi, itu semua adalah sebuah kenikhmatan, sebuah permulaan.
Mereka bercinta, dua kali melampaui pengalaman puncak yang hebat, setelah itu mereka pulang, dalam keadaan mabuk.



*


Both Dior yang bersol kayu di tumitnya berdetak harmonis seirama dengan ayunan langkahnya yang anggun dan percaya diri menyusuri lantai _________ yang terbuat dari panel-panel trasso granit yang licin, bersih dan berkilau.

Namun dia tidak sendiri, ini kejutan, dia menggandeng Pearl dan Sam. Meadowri berada di salah satu meja yang ada disana, duduk membelakangi pintu masuk.

"Selamat malam nona!"

Meadowri berpaling. Dia melihat raut tegang dan pucat di wajah Pearl dan Sam. mereka bingung dengan sorot kamera yang diarahkan kepada mereka. looke tidak memberitahukan apa yang sedang berlangsung. Mereka telah menonton beberapa episode kencan Meadowri dengan Looke di TV, tapi tidak tahu menahu sedikitpun tentang shoting maam ini. Mereka berpikir, ini mungkin adalah makan malam yang istimewa dari Looke untuk mereka. banyak hal akan terjadi dalam hidup mereka dalam beberapa waktu kedepan. Ini mungkin adalah bagian dari kenagan mereka, yang akan mereka tinggalkan, dan bahkan mungkin lupakan.

Looke ingin semuanya berjalan wajar, mengalir sebagaimana yang seharusnya sebagaimana kebiasaan keseharian mereka bertiga. Looke ingin mereka tampil sebagaimana umur mereka, sebagai dua orang anak-anak.

Meadowri kecewa. Dia memendam rasa marah dalam dirinya. Dia ingin mengungkapkannya, menumpahkan semua perasaannya malam ini. Dia sengaja memilih restoran yang romantis, lagi pula ini adalah shoting terakhir dirinya dengan Looke, malam ini dia akan tereliminasi dari kencan Meadowri yang telah mendekati akhir pertunjukan.

Penonton kencan Meadowri telah memilih, telah merequest siapa yang akan tetap bertahan dan pada akhirnya menjadi sang penakluk Meadowri dan siapa pul;a yang harus tersingkir di setiap episodenya, tapi karena ini adalah tontonan Sutradaralah yang menentukan, bagaimana pertunjukannya harus berjalan.

"Siapa"

Meadowri belum mengenalnya.

"Anak-anakku!"
"Anakku? Jadi Looke, kau sudah berkeluarga?"

"Perkenalkan....."

"Pearl!" sambung Pearl cepat memperkenalkan dirinya.

"Dan........"
"Sam!"

"Pearl dan Sam?"

"Yep!"

Pearl dan sam mengangguk mengikuti jawaban Looke.

"Ayo, silahkan duduk!"

Dia berpikir jelas bagaimana menyesuaikan dirinya dengan apa yang ada di depannya. Sekali lagi dia kecewa, dia tidak menduga ataupun mengharapkan Looke adalah seorang duda.

Pita dalam ketiga kamera masih panjang.

Namun ini tidak akan berlangsung lama.

Ini adalah sebuah makan malam terakhir, hidangan penutup yang disajikan di meja kehidupan mereka berdua.

Seorang pelayan baru saja meninggalkan meja mereka dengan 2 lembar bon makanan. Menu-menu yang terbaik yang tertulis dalam bon perlu beberapa saat untuk mengolahnya sebelum disajikan.

"Apa yang mereka ketahui, Looke?"

"Pearl menontonnya 'Kak!"
"Kamu?"

"Benar!"

"Dan Sam juga!"

Looke hanya mengangguk dan menebar senyum.

"Mereka sangat menyukainya!" tanggapnya.

Meadowri berpaling kembali ke Pearl dan Sam.

"Bagaimana menurut pendapat kalian?"

"Papa yang paling keren!"

"Benar Kak!" sambung Sam sambil mengacungkan jempolnya.

"Ya khan Pa?" lanjutnya.

Meadowri dan Looke saling bertatapan.

"Terima kasih!" jawab mereka serempak.

"Baju yang Kakak pakai itu seperti yang Kakak pakai dalam episode yang lalu?"

"Papa yang mengotorinya!"

"Tapi sudah kakak cuci sampai bersih. Lihat!"

Meadowri berdiri meninggalkan kusrinya, di koridor sempit yang merupakan jarak kosong antar meja dia berputa-putar dua tiga kakli menunjukkan pakaiannya, dia ingin membuktikan ucapannya.

Looke tahu itu adalah stelannya yang terbaru.
Pearl dan Sam terperagah, mereka berdua kagum akan kecantikan Meadowri dan keaindahan pakaiannya.

"Pearl ingin cepat besar!" bisik pearl diam-diam dalam hati.

"Pearl, Sam, bagaimana? Looke?"

"Cantik sekali!" balas mereka bertiga hampir serempak. Meadowri membalasnya dengan senyumannya yang termanis, dia puas dan bahagia melihat mimik wajah tenang di kedua ank itu.

"Itu hanyalah segelas Cappucino!" pikir mereka berdua.

Meadowri kembali ke tempatnya.

Dari dalam tasnya. Looke menfgambil dua lembar foto, selembar foto close up Meadowri dan selembar yang satunya adalah foto dia dan Looke dari salah satu lokasi syuting. Dia membagikann ya kepada Pearl dan Sam sambil membisikkan sesuatu.

Meadowri terperanjat melihat kedua lembar foto itu dan persiapan Looke.

"'Kak tolong ditandatangani!"

"Tanda tangan Kakak jelek, bagaimana ya?"

"Papa juga!"

"Kalau begitu, baiklah Pearl!" dia mengambil bolpoin parker dawat dari tangan Looke, foto dari Pearl dan Sam lalu membubuhkan tandatangannya, berikut sebuah catatan pendek dibawahnya, darinya.

Pearl tersenyum, dia puas dan bahagia, perasaan yang kira-kira sama seperti yang dirasakan Meadowri tadi.

"Kakak adalah idola Papa, Pearl dan Sam!"

"Tapi Papa juga masih punya banyak pacar!" sambung sam sambil membayangkan banyaknya foto di dinding kamar mereka.

Pearl melirik ke arahnya.

Bersamaan dengan itu, Pelayan yang membawa makanan pesanan mereka menyapa.

"Steak...."

Untuk Meaadowri!" jawab Looke sambil membantu pelayan meletakkan piring stak di hadapan Meadowri.

"Sosis......"

Untuk Papa, Pearl dan untuk Sam!"

Mereka berdua nampak begitu berselera.

"Ini yang pertama kalinya kami datang ke sini!"

Meadowri mengangguk memaklumi sambil memotong-motong steak di piringnya dalam ukuran kecil.

Seorang Pelayan yang lain muncul dengan membawa minuman.

"Masih penasaran dengan Cappucino paling enak yang pernah saya ceriotakan?"
"Ya!"

"Ini dia, Looke!"

Meadowri menyambut cangkir capoucino dari tangan pelayan dan menghidangkannya ke hadapan Looke.

"Cappucino paling enak? Meadowri, kau yakin?"

"Dicoba saja dulu!"

Looke cepat mengangkat gelasnya dan menyeruput cappucino panas itu sedikit demi sedikit.

"Penilaianmu benar-benar sempurna!"

"Dan bosmu tidak lain adalah bos yang hebat, Looke!"

"Ya, dia berhasil membuat kami mempercayai takhyul, bualannya itu selama bertahun-tahun!"

"Ha.., ha.., ha..!"

Tapi tiba-tiba Meadowri berhenti tertawa. Seorang tamu yang sedang mendekati meja pesanannya menarik perhatiannya. Dia tamu yang baru saja masuk.

"Looke, lihat, bukankah itu adalah bos Nomoto?"

"Apa? Bosku? Disini?"

"Itu..., coba kau lihat!"

Looke memutar tubuhnya mengikuti arah yan ditunjukkan oleh Meadowri.

"Ya tuhan, dia benar-benar ada di sini?"

"Menurutku dia langganan di sini!"

"Benar pembual, sialan!"

"Ha.., ha.., ha..!"

Pearl dan Sam tidak memerlukan banyak waktu untuk menghabiskabn sosis-sisis di pringnya. Dalam sekejab piring mereka bersih.

"Pearl dan Sam mau tambah lagi?"

Pearl melirik ke arah sam, mencoba bertanya sekaligus mengajaknya untuk jawaban yang masih dia pendam, dia membalasnya dengan raut wajah yang bingung lalu melirik ke Looke. Looke tak cepat menanggapi, dia menimbang terlebih dahulu apakah anak-anaknya benar-benar masih memerlukan sedikit tambahan sosis lagi atau tidak.

Tapi Pearl tak membuang banyak waktu.

"Tidak 'Kak, Sam sepertinya sudah kenyang, kata Papa!" ungkap Pearl kecewa dengan raut muka Looke, dan lamanya waktu yang dia perlukan untuk membuat keputusan. Sam mengangguk membenarkan Pearl.

Looke terhenyak dari lamunannya, jawaban Pearl benar-benar menyadarkannya dan membuatnya malu.

"Pearl, Papa belum mengatakan apa-apa bukan?"

Pearl tak menjawab, dia nampak tegang.

"Papa mau tambah satu porsi lagi, bagaiamana dengan Pearl dan Sam?" lanjut Looke menghentikan ketegangan dan rasa bersalah yang dirasakan oleh Pearl.

"Tambah juga!" jawab mereka berdua serempak dengan bersemangat.

Meadowri tak memberi komentar, dia hanya mecoba tersenyum, dia terhanyut dengan situasinya.

"Sudah kenyang...., kata Papa? Boleh juga Pearl!" bisiknya dalam hati.

Setengah porsi sosis hanya memerlukan waktu setengah dari waktu sebelumnya.

Tempat yang sangat menyenangjkan. Kau lihat sekeliling, benar-benar nyaman dan romantis!"

"Dan masakannya, cappucinonya yang hebat!"

"Tidak diragukan lagi, kau memang ahli dan pandai dalam memilih, itu menurutku, paling tidak sampai sejauh ini!"

"Sebulan sekali saya datang ke mari, makan steak atau sosis dengan secangkir latte atau cappucino sudah seperti ritual buat saya!"

"Ritual yang mengeyangkan!"

"Dan mahal, kau tahu khan Looke, semua ada harganya. O ya, untuk memastikan kau perlu waktu berapa lama lagi?










Rabu, 15 Juli 2009

Novel residu: Cpater twelve.


Twelve.


Sebagaimana biasanya, dia bersiap terlebih dahulu sebelum menelphone Looke untuk menjemputnya. Dari sana, mereka berdua menuju ke sebuah megah Plaza terbaru di jantung Jakarta.

Mereka masuk ke Guest, membeli beberapa pernak-pernik perempuan, lalu ke Prada, Luis Vuitton melihat—lihat beberapa exclusiv stuf edisi terbaru utnuk di beli bulan depan. Di _________ Drew membeli kemeja untuknya.

Looke membeli sepasang booth ¾ dari Dior edisi terbaru, kemja falnel berlapis beludru kotak-kotak hijau dan beberapa kemeja warna cerah lainnya Lavine. Malam itu dia berbelanja kemeja lebih dari satu lusin, masing-masing di _____, ______, _______ serta beberapa sepatu lainnya di _________, dan __________. Di Amerika, dia akan sangat kewalahan dan kesulitan menemukan dan berbelanja sepatu, kemeja dan celana bukan saja yang diinginkannya, tapi yang cocok dan pas dengan ukurannya.

Terakhir mereka berbelanja di Levi's, mereka berdua keluar dari counter itu dengan menenteng beberapa kantong belanjaan. Di Giordano mereka masing-masing membeli sepasang jeans dan terakhir di Cerruti 1881, mereka berbelanja habis-habisan.

Drew selanjutnya mengajaknya ke salah satu toserba pakaian yang menjual berbagai produk fashion merek menengah. Dia memerlukan beberapa pakain dalam untuknya, bra dan celana dalam. Looke mengikuti Drew mencari dan menemukan pilihannya, hampir tidak ada lagi celah di tangannya untuk tentengan kantong belanjaan tambahan. Mereka telah berbelanja habis-habisan dan sepuasnya. Drew mengambil beberapa Bra dan Cd dari raknya lalu bercakap-cakap dengan seorang Pramuniaga perempuan yang ada di dekatnya. Setelah kata sepakat, dia mengeluarkan dompet lalu menyelipkan beberapa lembar uang diam-diam ke balik telapak tangan Pramuniaga.

Setelah itu, dia kembali menghampiri Looke. Si Pramuniaga berjalan mendekati salah satu kamar ganti, kamar pas yang ada di pojok, ada beberapa kamar pas di sana.

Drew menunjukkan beberapa BH.

“Semuanya?”

“Tidak, hanya beberapa. Bantu aku Looke!”

Drew menarik bahunya. Looke menikuti, mereka berdua lalu masuk ke kamar pas.

“Pramuniaga itu melihatku, Drew!?”

“Tidak mengapa, sudah beres, dia kooperatif!”

“Kau pasti te....”

Drew tersenyum. Looke tidak melanjutkannya lagi. Dioa mengerti dengan cepat.

Demikian pula dengan birahinya. Menurut pendapat umum, libido seorang pria dapat terangsang dan tercetus dalam sekejab, dan berakhir dengan cepat. Itulah yang dialami Looke.

“Jangan berisik ya, sayang!” pinta Drew.

Perlahan-lahan Drew membuka kacing blazernya lalu kemejanya. Looke mengikutinya dengan cermat, dia mulai grogi, denyut jantungnya memburuh, nafashnya menggebu tak karuan, ada rasa takut kepergok yang sangat, yang membaur dengan perasaan nafsuh yang menggila. Blus Drew telah terlepas, dia melemparkannya sembanranganke lantai. Seluruh tubuhnya yanbg indah nan elok terbuka, terpampang di hadapan Looke, putih, segar dan bersih. Wangi _________ yang telah membaur dengan keringat membuat tubuh Looke nampak lemas, tapi denyutan jantungnya menandakan bahwa dian sangat bergairah dan nampak sangat bersemangat. Dia sedang berusaha menikmatinya.

“Kita tidak akan melewatkan apapun, sedikitpun dari malam ini!”

Looke mengangguk dengan gerakannya yang kian grogi.

“Aku juga, Drew!” bisiknya.

“kalau begitu, bantu aku melakukannya!”

Drew membalikkan tubuhnya menghadap cermin yang sedikit lebih tinggi dari mereka. Ruangan itu, selain pintu masuik semuanya dilapisi dengan cermin di ketiga sisinya.

“Pelan-pelan saja Looke!” balas Drew membisik.

Looke telah melepaskan kaitan Branya ketika dia merasakan getaran syahwat dari tangan lentik Drew yang meremas penisnya yang telah ereksi dengan sempurna, dia terkejut setengah mati.

“Saatnya kau menggunakannya juga, Looke!”

Looke tak membuang banyak waktu, dia melepas Bra itu cepat, membuangnya ke lantai, lalu mulai meremas-remaa, membelai dan memijat dengan lembut punggung Drew. Dia menggeliat, sedikit, dia berusaha menikmatinya sedikit demi sedikit. Setelah itu dia menciumi pundaknya, lehernya, kembali ke bahunya dan pungungnya. Mengangkat kedua tangannya dan merasakan sensasi bau keringat perempuan, kemudian meremas-remas buah dadar Drew yang telah membesar dengan sempurna, perpaduan antara payudara gadis remaja dan payudara seorang perempaun yang telah menyusui beberapa orang anak, itu terlihat dari putingnya.

“Looke..., lakukan yang terbaik, sayang!” Jerit Drew dengan suara basah mendesah dan berbisik. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan titik-titik sarat yang birahi, pori-porinya meneteskan titik-titik keringat dan bulu-bulu halus di di tubuhnya berkidik. Looke nampak kian bersemangat dan agresif. Dia membaliikan tubuh Drew, mereka sedang berhadap-hadapan, dia mengangkat roknya, melihatnya sejenak lalu kembali berciuman dan bercumbu. Drew membuka gesper Looke beserta sleting celananya dan mulai meremas-remas Penisnya. Mereka benar-benar larut dan menjadi bagian dari permainannya. Mereka masing-masing melakukan apa yang mereka inginkan, pantas mereka lakukan dan yang selama beberapa hari ini mereka khayalkan. Ini adalah contoh kreatif sebuah percintaan yang berjalan mulus dan sempurna dalam situasi sempit dan terjepit oleh waktu maupun tempat, karena mereka mengikuti prinsip-prinsipnya dengan benar. Di Plaza-plaza, seks adalah bisnis kecil-kecilan para pramuniaga dan industri besar dan meluas di tingkat Germo dan_____________.

Akhirnya merekapun bercinta.

Di Plaza itu mungkin bukan hanya mereka yang telah melakukan hal serupa sepanjang hari itu, dari pagi hingga bubaran di toilet, parkiran mobil hingga ke kamar pas, tapi yang pasti untuk hari itu saja tidak ada pserta yang melakukannya lebih baik dari mereka, tidak ada percintaan yang berjalan mulus dan sempurna sebagaimana yang mereka lakukan. Mereka berdua keluar dari kamar pas dengan wajah riang dan berseih-serih, dengan bersemnangat.

Selanjutnya mereka Shanghai Noddles, di lantai dasar, mengakhiri proses panjang percintaan mereka, di sana.

Jika anda sering-sering naik kendaraan umu, anda akan sering bertem dengan pekerja-pekerja plaza dan restoran yang tertidur dalam perjalanan mereka pulang ke rumah. Mengapa? Apakah semata karena keletihan dan lelah telah bekerja 8-9 jam sehari dimana separuh dari waktu itu dalam keadaan berdiri? Pertanyaan tersebut sekaligus jawaban yang benar untuk sebagian besarnya. Selebihna adalah karena mereka baru saja melalui perjalanan, pengalaman percintaan yang hebat di kamar ganti pakaian para karyawan.

Mereka letih dan lemas itu karena seks yang hebat.

Hanya saja tips hari ini belum cukup untuk semangkuk Vietnemse Noodles atau semangkuk Shanghai Noodless yang dihidangkan di dalam mangkuk tembikar ukuran jumbo, mangkuk

mie dari tembikar peninggalan era dinasti Han, Ming, Tang atau Sung.

Ini adalah kenangan saya dari masa lalu.

Dulu saya pernah memiliki beberapa buah mangkok mie dan soup dari tembkar asli era dinasti Han dan Sung. Disinilah saya meresakan perbedaan rasa dari sebungkus Nissin instant Noodless yang disuguhkan di atas mangkok modern dengan Mie atau soup yang dihidangkan di atas tembikar antik Han, sung dan Imari dari masa lalu!

Saya sudah mengalaminya dan mengerti bagaimana rasa berbedanya!


Senin, 13 Juli 2009

Naskah sebuah Novel: Chapter eleven.

Eleven.



Kembali ke persoalan tomat tadi, jelas setiap lembar tomat di balik lipanan Burger itu, dan ini, berasal dari buah tomat yang besar, yang montok, padat dan bersi, dan berwarna merah mudah yang segar berserih.”

“Yang tumbuh dengan sehat!”

“Tentu saja, Meadowri!”

“Hasilnya adalah buah tomat terbaik!”

“Seperti itulah cinta!”

“Maksudmu? Dimana hubungannya?”

“Cinta itu seperti buah terbaik dari satu musim panen. Akan tiba harinya dimana dia akan membusuk sama seperti hasil panen terburuk yang anda hasilkan di musim panen itu. Anda akan terus mengingatnya, mengenang rupanya, sambil mengharapkan kejadian serupa itu terulang kembali, di musim panen berikutnya. Yang pasti bahwa, di setiap musim panen, akan selalu ada hasil panen terbaik dan yang terburuk! Kau tentu bisa menebak dari mana buah tomat yang terbaik tersebut berasal?”

“Tentu saja dari bibit tomat terbaik!”

“Cinta itu adalah berkarung-karung biji tomat yang terbaik di gudang kehidupan anda. Jika tidak pernah menyemaikan sebiji cinta, anda tidak akan pernah memetik buah tomat milik anda sendiri! Sebiji tomat sekalipun..., sendiri!”

“Itulah adalah ungkapan-ungkapan bodohmu tentang cinta, bkan?”

“Kadang-kadang kita nampak terlihat bodoh, dan bertingkah bodoh, dari semua perbuatan-perbuatan bodoh yang bisa kita lakukan setiap harinya, adalah mencintai, dicintai, mengatakan dan mengungkapkannya, dan tentu saja pada akhirnya percintaannya itu sendiri! Meadowri....?”

“Ya looke?”

“Berapa banyak cinta dan percintaan yang telah hadir dalam hidupmu, yang telah engkau lewati, yang telah disuguhkan dalam kehidupanmu?”

“Banyak!”

“Sekarang aku percaya, ternyata kau memang tidak hanya cantik, tapi sekaligus bodoh!”

“looke!?”

“Kau tidak sendiria, ada aku, tentunya!”

Looke membuka tasnya. Dia mengambil Carllsbeer yang terakhir.

“Ini adalah petunjuk waktu!”

“Itu yang terakhir?”

“Yep!”

“Seandainya aku bisa menemanimu looke, malam ini akan jauh lebih hebat. Maafkan aku Looke!”

“Tidak masalah. Kita masih punya banyak waktu dan kesempatan yang lain!”

“Aku berharap demikian!”

Itu adalah sekaleng Carllsbeer yang terakhir. Dia membukanya perlahan-lahan, lalu plook.....! dan,

“Criitt...!” buih-buih Carllsbeer menyembur keluar dari kalengnya, tersembur melebar, meluas dan menjauh hingga mengenai tubuh Meadowri.

Meadowri berteriak.

“Looke....?”

Cepat Looke meletakkan Carllsbeer di atas meja. Masih terlihat buih-buih bir meluat perlahan dari kalengnya, membasahi meja. Looke mengambil tissue dan berusaha melap tangan, pakaian dan tepian meja di hadapan Meadowri. Dia panik. Mereka berdua tidak mengharapkan hal tersebut terjadi. Dia berusaha menggapai Meadowri dari tempatnya duduknya, tapi belum sempat niatnya terwujud, tangannya telah terlanjur terlebih dahulu menyenggol cangkir Cappuchino, gelas itu oleng lalu tumpah, membasahi meja dan pakaian Meadowri.

“looke...., koq bisa jadi begini?” ungkap Meadowri dengan perasaan kecewa, namun dua juga sadar tak banyak yang dapat dia lakukan, semuanya telah terlanjur terjadi. Wajahnya memerah, dia nampak sangat marahdan kesal, dia menegok ke sekelilingnya, semua mata yang ada di dalam sana tertuju heran kepada mereka berdua, itu adalah pakaian dari_____________, salah satu busana istimewa yang dia miliki.

“Maaf Meadowri, aku tidak sengaja, kau tahu, aku terlalu bersemangat!” ungkap Looke berkali-kali, tanpa henti berusaha menangkan perasaan marah dan kecewa Meadowri. Dia mengambil semua tissue dan mulai melap meja dan tubuh sedapat yang bisa dia gapai dan lakukan. Dia malu, marah dan kecewa, juga, tidak pada siapa-siapa, tapi kepada dirinya sendiri. Meadowri berusaha membantunya, wajahnya telah memerah, merah padam, entah karena malu atau karena pengaruh alkohol.

“Kau mabuk, bodoh!”

Itulah kata terakhir darinya.

Dia meletakkan beberapa lembar uang di atas meja, lalu tak selang seberapa lama setelah itu, Meadowri beranjak lalu bergegas pergi, meninggalkan Wendy's, dan meninggalkan Looke sendirian di sana. Seorang petuga kebersihan cepat datang membantunya membersihkan meja, setelah itu, dia masih sempat memesan dua paket Hamburger istimewa untuk dia bawah pulang, untuk Pearl dan Sam.

Keesokan harinya, syuting berlanjut tetap sebagaimana biasanya. Meadowri ada di sana, demikian pula dengan Looke, untuk beberapa shoot yang tertinggal. Demikian pula selama beberapa hari selanjutnya yang masih tersisa. Ini akan menjadi periode syuting yang masih panjang buat Meadowri, berlanjut hingga happy ending, hingga orang terakhir, yaitu kencan yang memenangkan cintanya. Dari sekian banyak kontestan, entah siapa yang akan menjadi pememangnya.

Penyebab yang melatarbelakangi Looke masuk di pertengahan jam kerja waktu itu adalah karena pada pagi itu dia, Pearl dan Sam mengikuti wawancara visa masuk ke Amerika di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.

Mereka bertiga tinggal menunggu panggilan berikutnya, yang akan menentukan apakah sayap-sayap kehidupan mereka akan mengepak dan membawa mereka terbang jauh hingga ke sana, untuk selamanya.

Buat Looke, segala sesuatunya hampir selesai, rampng dan berakhir. Dia tinggal beberapa saat dan langkah di penghujung cerita dan perjalanan dari sebuah periode yang akan menjadi masalalu dalam hidupnya.

Entah Meadowri akan berkata apa tentang itu!

Minggu, 12 Juli 2009

Naskah sebuah Novel: Chapter ten.


Chapter ten.




Looke membuka Carlsbeer yang keempat, meneguk sedikit lalu ke toilet. Itu adalah permulaan, tidak lama lagi dia akan kembali ke sana, dan seterusnya. Semakin banyak bir dia minum, dia akan semakin sering terlihat keluar masuk toilet, dan semakin mabuk. Alkohol dalam Beer mulai menampakkan fungsinya, itu nampak di wajahnya, merah dan sorot matanya menjadi sedikit sayu, gerakannya lunglai namun hal tersebut sekaligus berarti bahwa dia dapat berbicara jauh lebih banyak. Meluas dan mendalam tentang berbagai hal, jauh dari keadaan normalnya.
Tapi siapa yang benar-benar percaya ucapan yang keluar dari seorang peminum? Dari seorang yang sedang mabuk?
Saya kerap berada dalam situasi serupa itu, dan tentu saja setelah sadar kembali, lepas dari pengaruh alkohol, beberapa waktu setelah itu, saya mulai mengingat kembali semua ucapan-ucapan saya dari kaleng ketiga sampai dengan terlentang tak berdaya di kursi sambil mulai memuntahkan sedikit demi sedikit Bir-bir yang telah saya minum beserta semua makanan yang ada di sana, saya mulai menyadari ternyata semua yang telah saya ungkapkan dan katakan sesungguhnya adalah omong kosong terhebat yang pernah saya ucapkan.
Jika anda pernah melewati masa-masa seperti itu, saya yakin bahwa anda akan percaya jika saya mengatakan itu adalah salah satu saat-saat paling indah dan membahagiakan dalam hidup, paling tidak untuk seorang peminum arak seperti saya. Jika di antara makanan dan minuman yang ada dalam perut anda ada juga hal-hal lain yang tidak berguna, tentu alkohol tersebut terbukti bermanfaat bukan?
Di wajahnya, Meadowri mulai terlihat ragu, apakah situasi yang berkembang di depannya adalagh merupakan bagian dari skenario atau tidak lagi. Semaunya nampak wajar dan, sungguhan, cermin yang memantulkan kehidupan Looke yang sebenarnya, di bawah sorot lampu dan kamera.
Orang-orang sering menasehatinya, jangan pernah hidup dengan seorang pemabuk, namun saat ini, yang seorang itu ada di depannya. Semeja dengannya, nampak mulai membual di kehidupanna. Meadowri berusaha sedapat mungkin mengikutinya, mengikutinya sampai sejauh mana ini akan berlaku. Suatu waktu di Paris, dia menghadiri sebuah Fashion show dimana beberapa orang pragawatinya berada dalam keadaan setengah mabuk. Hasilnya, show berjalan mulus dan tetap berakhir sebagaimana biasanya. Saya juga.
Looke menarik selembar tomat dari balik lipatan Burger, lalu menunjukkannya ke hadapan Meadowri.
“Ini hanya selembar tomat, seperti yang kau lihat. Tomat yang diiris tipis dengan tekhnik yang sangat baik. Mengiris tomat, bawang dan mencampur adonan adalah pekerjaan utama saya sehari-hari di Nomoto....”
“Kau adalah pembuat roti yang handal, aku percaya!”
“Benar. Tapi bisakah kamu membayangkan seperti apa bentuk utuh dari selembar tomat ini?”
“Meadowri mencoba membayangkannya sambil merangkai satu persatu kata-kata yang sekiranya pas untuk mengatakannya.

Looke tak menunggu, membuang banyak waktu berlalu begitu saja.
“Ukurannya kira-kira sedikit lebih kecil dari hamburger yang ada di tanganmu itu!”
“Sebesar ini?”
“Coba kau kecilkan sedikit, gunakan imajinasimu untuk mereduksi ukurannya, bukan nilainya, arti pentingnya atau fungsinya, kau akan menemukan ukurannya yang pas, paling tidak ukurannya yang mendekati!”
Meadowri meletakkan hamburger di atas meja, dan dengan tangannya dia membeknuk sebuah lingkaran, sebuah kepalan.
“Kira-kira sebesar ini?”

“Ya, benar. Tapi bisa juga lebih kecil sedikit lagi!”
“Seperti ini? Balas Meadowri sambil mengecilkan sedikit lingkarannya.
“Ya, sebesar itu, tapi juga bisa lebih besar.”
Meadowri mengerti maksudnya.
“Seperti ini yang kau maksud khan?” dia memmperbesar kepalannya dua kali lebih kecil dari pengecilannya.
“Kira-kira seperti itu!” jawab looke. Dia puas.
Dia mengambil kemabli Hamburgernya dari atas meja dan menunjukkannya ke hadapan Looke.
“Sebesar inilah ukurannya yang paling mendekati, sialan!” jawab Meadowri dengan ketus dan sebel lalu menggigit tepian hamburger seukuran dengan lebar gigitannya yang maksimal yang dapat dia lakukan.
“Kurangi sedikit dari yang baru saja kau gigit itu!”
Itulah ukurannya yang paling bijaksana!”
“Yep! Rasanya?”
“Jangan kau bertanya!”
“Kunya Hamburgernya perlahan-lahan, Nona. Dengan mulut terkatup, biarkan tekanan gigitan dan kunyahan menghembuskan udara ke hidungmu. Dari situ kau akan dapat merasakan aroma kelezatannya. Setelah kau menelannya, kelezatannya pun habis. Hanya kenangan dan memori kelezatannya saja yang tertinggal, yang akan menghantuimu untuk senantiasa datang kembali ke sini setiap kali kau punya waktu dan uang yang cukup. Bayang-bayang imajiner kelezatannya itu, kira-kira sama adiktifnya dengan alkohol di Carlsbeer atau nikotin di setiap batang rokok dan tembakau. Maaf nona, ini adalah rahasia,
di kehidupan seksual saya, lidah sangat membantu, jelas, tidak hanya di dapur Nomoto.
Meadowri tersentak terkejut mendengarnya. Dia merinding, bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya berkidik, dalam sekejab birahi yang meledak telah menguasainya....
“Apa?”
Dia berteriak, separuh histeris, menggema ke seluh ruangan restoran itu. Orang-orang melirik ke arahnya, tidak ketinggalan Foster, Kline dan kru.
“Aku khan sudah minta maaf sebelumnya!”
“Bodoh!”
“Mau minta di cut tidak?”

“Jangan, bodoh!” jawabnya cepat, birahi seperti zat adiktif di tubuhnya mencoba menguasai pikirannya dan kehendaknya, dia menggeliat karena sensasi yang tertahan.