Senin, 29 Juni 2009

naskah sebuah novel: Chapter two.

Chapter two.



Jam weker di atas meja berdering, sebagaimana setelannya. Ayam jantan berbokok saling sahut menyahut dengan ayam betina, terdengar dari jehauan, dari sebuah kampung yang tak jauh dari tempat tersebut., yang kadang berkokok lebih cepat dari setelan jam weker, namun terkadang pula lebih telat.

Pearl terbangun dengan cepat, lalu membangunkan Sam dan Looke, yang bangun dengan cepat sebagaimana biasanya, dan yang pertama kali dilakukannya adalah membuat dua gelas susu cokelat Milo, masing-masing segelas untuk Pearl dan segelas untuk Sam. Tidak lupa segelas kopi untuknya sendiri. Setelah itu, kemudian membuat beberapa lapis roti sandwich untuk sarapan mereka dan untuk bekal Sam dan Pearl ke sekolah. Pearl berumur 8 tahun, kelas dua di sebuah sekolah dasar negeri, seperempat jam perjalanan dengan kendaraan umum ke sana.

Sam berumur 7 tahun,Tk, di sekolah yang sama, dia memiliki Ibu yang berbeda dengan Pearl, tidak diragukan lagi wajah mereka serupa dan jelas bahwa Looke adalah ayah kandung mereka berdua. Mereka tidak mengetahuinya, mungkin belum.

Looke bekerja d sebuah restoran Steak & Bakery kurang lebih telah lima tahun tahun terakhir ini, dengan upah bulanan yang cukup, pas untuk membiayai kebutuhan hidup mereka bertiga dari sewa kamar, makanan, rekreasi mingguan, uang jajan Pearl dan Sam hingga biaya sekolah mereka.

Looke adalah seorang Penulis yang handal, dia hebat dalam merangkai kata dan membuat cerita. Umurnya 34 tahu, cukup tua kiranya untuk di sebut sebagai seorang Penulis muda dan berbakat. Itu adalah sebutan yang seharusnya dia sandang 10 tahun yang lalu, saat dia baru mulai merintis karirnya di dunia kepenulisan dengan membaca buku!

Kamar itu terletak di lantai dua sebuah rumah yang berdiri diatas sebuah pekarangan yang luas berbentuk hurup U. Sebagian penghuninya adalah pekerja kantoran, beberapa orang mahasiswa dan sisanya adalah pasangan suami-istri dan pasangan samenleven.

Di dalam kamar no. 20 itu, ada sebuah sringbad double size tempat tidur untuk mereka bertiga, sofa panjang kelas satu Montiso berwarna biru langit yang lembut dan nyaman, sebuah kulkas medium, meja tulis serta rak buku dimana bertumbuk sejumlah novel dan majalah.

Sam berdiri dari duduknya dari sofa yannyaman itu lalu melompat ke atas ranjang, berjalan mendekati dinding yang merapat dengan tempat tidur. Perhatiannya tertuju pada sebuah foto yang baru tertempel di dinding beberapa jam sebelumnya., di anatara gambar-gambar lainnya yang mengitari ke 4 sisi sebuah TV flat yang menmpel di dinding.

“Ada yang baru, Kak!”

Pearl berdiri, meompat mngikuti langkah Sam. Dia memandangnya dengan seksama, hartinya mulai membaca, Sam yang penasaran melirik ke arahnya...

“Itu gambar siapa Kak?”

“Tertulis Yuna Ito dan Gianna Jun!”

Bersamaan dengan itu, Looke keluar dari kamar mandi.

“Yuna Ito itu siapa sih Pa?” tanya Prearl cepat, ingin tahu lebih banyak dari yang sejauh ini dapat dia baca.

“Penyanyi Jepang. Dia adalah seorang penyanyi yang hebat!”

“Bagaimana dengan Gianna Jun?”

“Bintang Film, dari Jepang!”

“Bagaimana pendapatmu Pearl dengan gambar itu?”

“Cantik, Pa. Dua-duanya!”

“Sam?”

“Benar, mereka cantik sekali, Pa!”

“Itu adalag foto Yuna Ito di sebuah studio rekaman dan Gianna Jun sedang bersiap menuju ke sebuah pesta!”

“itu di tokyoo khan Pa?”

“Benar, pestanya di tokyoo, Sam!”

Sam mengambil kepingan CD Endlless Story lalu memutarnya di palyer VCD, kemudian melangkah keluar dari kamar, menjemur handuknya di atas bentangan sebuah tali depan kamarnya.

Pearl meneruskan mebaca tulisan, komentar yang ditulis Looke di kaki kedua foto tersebut, mengejanya satu persatu menjadi sebuah kalimat yang utuh sedapat yang dia bisa:




Gianna Jun, menurutku, kamu adalah seorang perempuan muda yang beranjak dewasa, semakin matang sebagaimana Yuna Ito, saya berharap tidak keliru berpikiran demikian dengan terhadap kalian, dua sosok yang mewakili generasi dan lingkungannya, sosok yang menarik dan berkepribadian tangguh seperti sosok perempuan pionir yang digambarkan oleh Janet Konttinent. Kedua tersebut juga sekaligus mewakili citra seorang wanita yang daripadanya banyak pria, tidak terkecuali saya berharap banyak, dapat memiliki paling tidak satu orang anak dengan kamu! Kamu cantik, menawan dan kalian sangat menggairahkan!

Setiap kali melihat foto-foto tersebut, saya memimpikanmu, memimpikan kalian berjalan-jalan berdua atau kita bertiga di bawah sinaran lampu jalan Tokyoo yang semarak dengan pakaian yang sangat indah itu, dengan ayunan langkah sebagaimana orang dewasa yang penuh ercaya diri, itu dalam keadaan mabuk. Gianna Jun, Yuna Ito, i am Sakenori, seorang peminum arak yang hebat. Hampir setiap malam saya melaukannya. Tentu setiap orang memiliki kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan serta kesenangan-kesenangannya sendiri, saya sangat menghargai dan memberi apresiasi yang yang sepantasnya terhadap arti penting dan keberadan sebuah perbedaan, saya sangat menghargainya. Saya percaya bahwa banyak hal-hal hebat di dunia ini, di khidupan ini berkembang menjadi ssesuatu yang hebat karena berangkat dari sudut pandang tersebut. Bukankah kita hidup di dunia di lingkungan dimana masing-masing memiliki nilai dan ukuran-ukuran sendiri dalam memaknai hidup ini. Kadang-kadang sangat menyenangkan berada di tengah -tengah lingkungan yang seide, sepikiran, satu nilai dan seirama dengan gerak langkah kita, akan tetapi secara pribadi, saya selalu tertarik untuk melihat sesuatu yang lain dari keberagaman yang ditawarkan oleh dunia. Ini sangat pribadi dan seperti itulah kehidupan saya, kebiasaan saya dan kesenangan-kesenangan saya. O ya, bagaimana pendapatmu tentang orang seperti aku? dan apakah kamu juga seorang sakenori seperti aku?

Mungkin tidak ya, suatu waktu saya bisa berada di antara, di tengah-tengah kalian berdua? Bernyanyi, mungkin bermain film dan untuk menyenangkanmu?


Dari kamar sebelah, pintu berderit, terbuka lalu seorang pria keluar dari sana, seumurannya.

“Looke!” ungkapnya menyapa.

“Hai Gay!”

“Anak-anakmu sudah bangun?”

“Sudah, lagi sarapan. Semalaman mendekam aja di kamar!”

“Aku letih, Looke!”

Bersamaan dengan itu, dari belakangnya muncul seorang perempuan yang beberapa tahun
lebih tua darinya, menggenakan pakaian tidur yang mnim, berwajah Jepang. Dia adalah seorang Pramugari dari sevbuahmaskapai penerbangan asing yang sedang transit.

“Itu namanya Looke, penghuni kamar sebelah. Dia sudah punya anak dua!”

Looke tersipu.

“Benar ya?” tanyanya.

“Ya!”

Gay mengajak perempuannya kembali masuk ke kamar.

Jam 7.30, Pearl dan Sam berangkat ke sekolah. Looke mengantarkan mereka, kadang-kadang pula dengan mobil antar jemput yang disedikan oleh sekolah.

“Pa....?”

“Ya?”

Looke menuntun Sam dan Pearl menuruni satu persatu anak tangga semi flaat mereka.

“Kalau sudah besar nanti, Pearl ingin menjadi seperti Yuna Ito!”

“Bisa!”

“Papa khan suka menulis...”

“Ya, ada apa?”

“Buatkan Pearl sebuah Endless Story yang lain, ya Pa!”

“Tentu! Khusus buat Pearl, Papa bahkan akan membuat beberapa Endlees Story, khusus untuk Pearl, tapi tentunya kalau kamu sudah besar. Untuk sekarang...”

“Apa Pa?'

“Kamu harus belajar dengan giat, mendengar banyak lagu dan belajar bernyanyi. Papa akan membantumu, Ok?”

“Sam Juga ya, Pa?”

“Tentu saja Sam!”

Sebuah kendaraan umum melaju di depan mereka. Sam melambaikan tangannya pada kendaraan berikutnya.

Looke tengah merapihkan tumpukan buku dan majalah yang berserakan di atas meja kerjanya ketika Drew menyapanya dari balik daun pintu. Dalam sekejab ruangan itu mewangi oleh aroma Este Lauder yang tertiup oleh angin dari sekujur tubuh Drew.

“Lagi ngapain Looke?” tanyanya dengan suara serak, yang manja. Dia menunjukkan perhatiannya yang sebenarnya.

“Aku sedang merapihkannya!”

Drew melangkah masuk, mendekati Lokke, semakin mendekat, hingga akhirnya tubuh mereka berdua seskali bersenggolan dalam ruangan yang sempir itu. Drew sedang syahwat, itu luar biasa, itu biasa di pagi hari, bagi siapapun. Suara dan kontak fisik dengan Drew tak pelak lagi seketika membuat libido, syahwat Looke mendesir dari ujung kaki hingga ujung rambut.

Drew adalah seorang staf menengah sebuah Bank besar. Dia cantik, seksi dan berani., dengan pendapatnya dan apa yang dirasakannya. Tidak diragukan lagi, karirnya akan menanjak dengan cepat, posisi tertinggi di korporasi tempatnya bekerja sudah menunggu dirinya, hanya persoalan waktu.

Semi flaat itu terdiri dari beragam dan bermacam jenis orang dengan kehidupannya masing-masing, campuran pria dan wanita, lajang dan pasangan suami istri, pekerja kantoran seperti Drew, penulis yang belum terkenal seperti Looke, Mahasiswa pengangguran hingga selir-selir wanita dan pria seperti Gay. Drew adalah seorang perempuan lajang, mapan dan merdeka, dan kehidupan yang bebas di semi flaat tersebut adalah tempat bagi dia untuk belajar banyak hal tentang kehidupan yang nyata, yang sebenarnya di dunia nyata kaum urban, tentang sex, money & the city sebelum dia masuk dalam dunia perkawinan, dunia yang lain yang bagaimanapun pada suatu ketika akan sampai pada masa-masa yang dingin dan membosankan, dan di selah-selah hari-hari kosongnya, di tempat-tempat seperti itulah dia ataupun suaminya akan melepaskan semua kepenatan dan perasaan kesepian mereka, melengkapi perasaan kosong yang dirasakan pada diri pasangan mereka.

Looke menarik tangan Drew lalu merekapun berpelukan dengan erat dan kuat, mereka saling berciuman dan saling menjamah. Terakhir, Looke menggerakkan bibirnya ke leher Drew, membuka semua kancing bajunya dan melumat sejenak apapun yang ditemuinya di sana. Setelah itu dia mengangkat rok Drew hinga ke batas pinggang, menciumi kedua pahanya yang berwarna putih halus dan lembut lalu akhirnya menciumi bbeberapa kali daerah V Drew yang terbalut sehelai celana dalam putih berenda dan mewangi. Drew mengerang, mendesah menahan nafashnya, sensasi klitorisnya tersentuh oleh ciuman hangat Lokke, yang pas di tempatnya.

Namun hanya sampai di sana. Drew merapihkan kembali pakaiannya, lalu mereka berciuman sebelum akhirnya Drew melanjutkan langkahnya menuju ke kantor. Mereka tidakbercinta, hanya bercumbu.

“Nanti sore aku akan menelponmu Looke!” ujar Drew lalu menghilang di balik pintu.

Pearl dan Sam pulang sekolah selepas tengah hari. Mereka berdua dijemput oleh seorang pembantu yang sekaligus bertugas mengasuh mereka hingga malam, sampai Looke sampai di rumah. Setengah bulan ini dia masuk sift siang, bekerja hingga jam 9 malam.

Jam 5 sore, telpon di dapur restoran Nomoto steak & Bakery. Seorang yang berdiri terdekat mengangkat cepat lalu berteriak memanggil seseorang. Looke bergegas menghampiri. Telpon itu berdering untuknya.

“Looke?”

“Ya, Drew?”

“Ya!”

“Sudah keluar kantor?”

“Sudah. Sebagian karyawan sudah pulang. Tapi aku akan lembur sampai jam 9 malam nanti. Jempu aku ya?”

“Ya...!”

“Aku sudah menelpon Ibu Soup, dia akan menemani Pearl dan Sam hingga kamu pulang. Ini mungkin agak larut, namun dia beredia. Jangan lupa kabari lagi mereka!”

“Ya, ya baiklah Drew, sampai nanti malam!”

“Aku tunggu Looke!”

Jam 9 malam, Looke bergegas meninggalkan restoran tempatnya bekerja, menuju ke arah pusat Jakarta diaman kantor Drew di sepanjang Sudirman berada. Jalan-jalan mulai nampak lenggang, tidak seberapa lama kendaraan umum yang ditumpanginya berhenti tepat di depan kator Drew. Dari kejahuan nampak Drew berdiri, menunggun kedatangannya di depan pintu masuk gedung Bank itu.

Dari sana mereka berdua mengunakan taxi menuju ke BB's Bar minum-minum beberapa pitcher Heineken sambil bercerita banyak dan panjang lebar tentang banyak hal, dari sex yang tak selesai pagi tadi , pekerjaan mereka masing-masing hingga angan-anagan dan mimpi-mimpi mereka.

Itulah kegiatan satu hari Looke, hampir seperti itu setiap hari.


*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar