Kamis, 25 Juni 2009

Naskah sebuah novel: Chapter one.

Kategori: Novel pendek.
Tebal: 100 – 200 halaman.
Judul: .......?........
Hak cipta: Erich Tinggi, S.H.






“Papa sering berkata, kami ini seperti seekor burung dengan sayap-sayapnya yang terluka. Kami sedang menunggunya sembuh kembali. Itu adalah harapan terbesar kami dalam hidup ini. Kesembuhan adalah kemerdakaan terbesar kami, kami akan berjuang. Kalau itu sudah terjadi, kami akan terbang, terbang sejauh mungkin!” ungkap Pearl dengan bersemangat.





Chapter one.




Dia adalah seorang pria dengan harapan-harapan yang sederhana, sebagaimana kehidupan mereka yang berputus asa. Mungkin tidak untuk semua hal dalam hidupnya, tapi ada, paling tidak untuk satu atau beberapa hal. Orang sepertinya tidak memiliki cukup banyak keberuntungan dan pilihan adalah sesuatu yang terlampau besar dan mahal untuk ukuran kantongnya. Dia hanya berharap pada satu kesempatan terbaik, pada sayap-sayaop keberuntungan yang akan membawanya, dan mereka, terbang menjauh, sejauh mungkin untuk selamanya.

Looke, melempar tas jinjing dari kulit begitu saja ke atas sofa berwarna biru laut, membuka baju kerjanya cepat lalu masuk ke kamar mandi yang berhubungan dengan dapur. Kamar tidur, dapur, ruang tamu dan kamar mandi semuanya menyatu dalam satu ruangan persegi berukuran 3x5 meter, 5 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi, lalu mengambil sehelai kemeja dari balik rak pakaian yang berada di balik kolong spring badnya yang dia desain sendiri, sesuai dengan kebutuhan mereka, kemudian mengenakan celana pendek. Dia tergolong jarang sekali mengenakan celana dalam, dan sebagai penggantinya adalah celana pendek tipis dari tailor, ------- yang halus dan lembut. Dari balik refrigerator di mengeluarkan sekaleng Budweiser, menghempaskan tubuhnya yang telah terbalu armani biru tua, menyalakan sebatang rokok lalu menyetel TV.

Anak-anaknya sedang bermain-main di luar.

Di layar TV Flaat itu, jaringan TV Start Sport menyiarkan secara langsung pertandingan penyisihan Wimbledon antara Maria Sharapova Vs Dulko. Dia telah kelewatan 2 set yang mereka bagi berdua, 2-6 dan 6-3 untuk Maria Sharapova.
Kedua pemain sedang bersiap-siap memasuki lapangan untuk set yang terakhir. Maria Sharapova menyeka keringatnya sejenak, menatap tajam sekilas ke arah kamera lalu melangkah anggun memasuki lapangan siap untuk memulai set yang ketiga itu, set yang terakhir, set yang menentukan, apakah dia atau Dulko yang akan meju kek babak berikutnya. Semalam, dia sempat menuliskan sebuah komentar di Facebook maria Sharapova.

Dia menulis disana: If you get a second, I thought it was cool. Good luck!

Komentar Looke atas tulisan di wall itu: I am sory Maria, You need me to wait for a second of the time, for what? Apakah kira-kira kamu mneginkan aku berdoa untukmu, untuk kemenangan atau bahkan untuk kekealahanmu? Saya percaya bahwa ada begitu banyak doa-doa dipanjatkan untukmu hari ini hingga pertandingan berakhir besok, untuk kemenanganmu. Tidak sedikit pula orang yang berdoa untuk kemenangan Dulko.
Saya percaya, dalam posisi ini, tuhan jelas akan sangat bingung jadinya, dibuatnya, teristimewa dalam memposisikan dirinya, Doa siapa yang harus Dia dengarkan dan kabulkan, terhadap siapa dia akan berpihak, siapa yang harus dimenangkannya!
Saya hanya bisa berharap dan memohon: Tuhan..., ini hanyalah sebuah pertandingan, kesenangan-kesenagan kecil kami, tolong jangan Kau jangan mempermainkan bolanya, terlebih ikut bermain. Jelas itu adalah pekerjaan yang sangat sederhana bagimu, sebagaimana membalikkan gris nasib seseorang, tapi biarlah merka menikmati pertandingan tersebut, biarkanlah kami menikmatinya. Tuha, kau pasti tahu, bisa meramal dan menebak dengan pasti siapakah yang pada akhirnya akan keluar sebagai pemenangnya, tapi biarkanlah itu tetap menjadi misteri bagi semua, para penonton di Wimbledon, orang-orang, bagi kami, saya dan kedua pemaian itu hingga akhir permainan . Bagi bandar judi itu mungkin sangat mengtuntungkan, tapi bagaimana halnya dengan para penjudi-penjudi kecil yang berharap banyak pada sebuah kemenangan kecil dari taruhannya yang tidak seberapa besar.
So..., may God help me!
Untuk Maria Sharapova dan Dulko, selamat bertanding, selamat bersenang-senang!

Catatan terakhir Maria Sharapova di wal sebelum saya keluar dari Facebbok: Hey everyone - It's amazing to be back here at Wimbledon. Thanks for all your support. I thought I'd hare something I just learned about. In Rockefeller Center in New York City there's a huge container filled with Prince tennis balls. The person closest to guessing the number of balls in the container, without going over, gets a new EXO3 racquet, a racquet bag and an autographed racquet from yours truly!!

Setelah game yang berlangsung dramatis itu, cepat Looke mengeluarkan Notebook dari tasnya, menyalakan hubungan internek dan menulis komentarnya di Facebook Maria Sharapova. Di menulis: Saya baru saja menonton pertandingamu di Wimbledon, dari permulaan set ketiga. Saya terdiam, terpukau tak percaya selalam beberapa saat setelah kamu kehilangan game point dari 6 kali jus, jus yang panjang. Tidak banyak yang dapat saya katakan untuk mengungkapkan perasaan saya yang sesungguhnya selain bahwa: There is A TIME TO LOOSE, there is A TIME TO WIN. Maria sharapova kalah? Jelas saya kecewa, tapi bagaimanapun, kalah menang adalah hal yang biasa di kehidupan ini, di setiap pertandingan, di lapangan tennis, di wimbledon, kalah hari ini menang di lain waktu. Perjalanan musim ini masih panjang, yang menang hari ini bukan tidak mungkin akan menghiasi daftar orang-orang kalah di pertandingan hari berikutnya. Orang-orang kalah dan para pemenang di lapangan tennis, di kehidupan ini? Maria Sharapova yang aku sayangi..., hal tersebut, tentang kekalahan tersebut sekaligus berarti bahwa kau benar-benar ada di sana. MAKE A WISH? Setelah pertandingan itu, saya langsung meneguk sisa Budweiser saya dari kaleng pertama. Saya baru saja hendak mengambil Budweiser saya yang kedua tapi tiba-tiba saja kedua anak saya muncul, dan sebagai gantinya, saya lalu mengambil gitar tua yang telah saya cat putih doff pekat, ada beberapa gambarmu di sana sayang, lalu mulai menyanyikan lagu ini, saya tidak hafl syairnya, lupa judulnya, tapi musiknya saya ingat betul. Pearl, anak perempuanku sangat menyuaki lagu tersebut. Akhirnya kami bertigapun bernyanyi bersama. Pearl sangat mengidolakanmu juga. Lewat catatan ini saya ingin menyampaikan harapan saya yang lain, selain ketegaran dan ketabahanmu dalam menerima hasil pertandingan tadi bahwa kamu bisa menjiwai pertandingan tadi, dengan penjiwaanmu yang paling dalam, dan suatu waktu bila kita akhirnya benar-benar bertemu, kenanglah saat-saat itu sambil kita menyanyikan lagu tersebut; 100 YEARS TOO LATE. Saya cukup fasih dengan gitar tua saya.
FOR A MOMENT? Pada salah satu moment di lapangan di tengah tatapan mata ribuan penonton di wimbledon yang telah berusia 100 tahun itu, di hadapan jutaan pasang mata di seluruh dunia, kamu terlihat sangat sedih, seolah-olah hendak menangis, jelas sepertinya itu itu adalah kesedihan yang dalam! Dari tempatku ini, saya dapat menyaksikan engan jelas kamu nampak begitu sedih, gundah dan bersusah hati. Ya..., dengan cepat kamu berhasil menutupinya dengan sebuah senyuman yang manis, sebagaimana biasanya, kearah kamera, tapi getaran bibirmu benar-benar tidak bisa menyembunyikan kepedihanmu, kesedihanmu dang isak tangismu yang terpendam. Maria, Sharapova yang kusayang, itu manusiawi, saya pun juga kerap kali mengalaminya, perasaan tertekan, kesedihan yang dalam, dan raut muka itu....., adalah kesedihan yang dalam, kehilangan dan kekecewaan yang akan berakhir dengan ledakan tangis yang hebat. banyak orang ingin menangis tapi tak punya cukup banyak waktu di dunia, di kehidupannya...,
Always Maria Sharapova. Forever you, sekalipun aku harus menunggu 100 tahun lagi, untuk bisa bertemu denganmu, bernyanyi bersama denganmu. Bagaimanapun kau tetap yang tercantik dan yang terindah, itu kataku dan juga Pearl dan Sam. Salam sayang dari kami bertiga, Untuk maria sharapova yang baru saja mengalami kekalahan, tetap bersemangat, Ok?

*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar