Minggu, 14 Juni 2009









Dan Cincin itu?...



Lindsay Lohan, perempuan itu berjalan bergegas meninggalkan Tiffany's, menyusuri sepanjang jalan 13st yang ramai, ke arah barat dengan ayunan langkah penuh semangat, seperti ayunan langkah seorang anak remaja yang sedang jatuh cinta, yang sedang dimabuk asmara. Kibasan rambut pirangnya yang berwarna cokelat agak kemerah-merahan menebarkan aroma YSL yang mewangi.
Di depan Clark's, dia berhenti, melirik sekilas pada jam di tangannya, untuk memastikan seberapa lama dia akan menghabiskan waktunya dari sore hingga malam ini, disana. Dia memindahkan dompetnya beserta kotak perhiasan eksclusiv dengan gerakan lembut dan hati hati ke tangan kirinya, lalu perlahan membuka pintu masuk restoran tersebut.

Pukul 6, senja itu.

Seorang pelayan menerima kedatangannya, lalu menunjukkan empat yang telah dia pesan berhari-hari sebelumnya. Dia telah merencakan semuanya.

Di depan meja bulat itu, dia hanya duduk seorang seorang diri, menikmati satu demi satu hidangan yang disuguhkan ke hadapannya. Dia tidak sedang menunggu siapa-siapa, seseorang yang kiranya akan menemaninya melewati malam itu.

Beberapa sloki, atau gelas kecil Hennesy telah berlalu.

Yang berikutnya telah menanti, itu sloki, berisi Henessy, penuh hingga ke bibirnya, yang terbaru.

Tapi tunggu dulu...,

Dia meraih kotak perhiasan berukuran kira-kira 5X6 Cm, yang terbungkus dari kulit lembu lembut berwarna hitam pekat. Telapak ibu jarinya perlahan menyeka dengan lembut logo pembuat perhiasan tersebut yang dibuat dalam cetakan hurup timbul, lalu membuka. 'Oa.....! (Melegu: Sapi atau kerbau biasa melaukan hal demikian.)

Sebuah cintim bermata Zamrut berwarma biru laut, seukuran ibu jarinya. Pinggiran permukaannya dikelilingi oleh belasan butiran berlian berkualitas tinggi. Goresan "LL", inisial namanya tercetak di balik lingkaran cincin.

Dia menatapnya takjub. Pancaran kilau berlian berkelibatan di wajahnya. Sebuh cincin yang sangat indah, karya yang sungguh menawan. Menakjubkan. Dia mengeluarkan cincin dari tempatnya, mempermaikannya di atas telapak tangannya dengan jari-jemarinya yang lentik dan lembut. Dia terkesima dan terpesona dengan keindahan Zamrut itu, dengan kilauan yamng bening dari berlian-berlian itu. Itu adalah karya yang hebat. Keindahannya sangat sempurna. Dia tersenyum panjang sambil menghembuskan nafasnya yang tertahan lama di dadanya, berkali-kali. Dia sangat puas dan bahagia. Dia membelinya sendiri!
Cincin itu telah melingkar di jari manis kirinya!
"Cincin itu?" tiba-tiba suara seorang pria menegurnya, tepat di depannya. Dia terkejut, dengan perasan yang tak nyaman dia memencinglan keningnya.
"Maaf Nyonya, cincin itu?" kembali pria itu melanjutkan.

"Ya, excuse me, ada apa dengan cincin itu?"

"Itu adalah cincin yang sangat indah. Cukup mahal menurutku. Saya pernah melihatnya di etalase Tiffany's, sekitar 4 tahun yang lalu. Saya jelas tidak bisa melupakannya. Saya tidak mungkin membelinya."

"Ya, 4 tahun yang lalu? Kehindahannya sepertinya tidak berkurang sedikitpun! Bagimana menurutmu?"

"Dia jelas sangat mencintaimu!"

"Phill...?"

"Entahlah!"

Lanjutnya, "Tempat yang pas untuk merayakannya!"

Pria itupun berlalu pergi, melanjutkan langkahnya. Meja yang dia tuju tak jauh dari sana.

Dua jam kemudian, dia, Lindsay Lohan meninggalkan restoran itu, dengan cincin berlian bermata Zamrut yang sangat indah melingkar di jari manisnya, dengan setengah botol Cognag yang masih tersisa di tangannya. Dia melanjutkan langkahnya, sedikit berbelok ke arah selatan dan tak lama kemudian dia telah berada di sebuah pantai yang panjang membentang. Dia memilih tempat yang sedikit lebih terang, hamparan pantai depan sebuah Hotel Internasional yang ada di sana.

Cincin berlian itu berkilau dengan indah sekali dibaik selimut malam, di pantai itu. Lalu dia mulai bermain-main dan berlarian kesana-kemari di atas pantai yang berpasir putih. Berteriak-teriak mengumpat mengungkapkan semua yang tertahan di dadanya selama 4 tahun ini, tertawa dan bernyanyi.....


I’ve been waiting for so long, for something to arrive, for love to come along, Now our dreams are coming true, through the good times and the bad, I’ll be standing there by you. Baby you’re all that I want, when you’re lying here in my arms, I’m finding it hard to believe, we’re in Heaven, And love is all that I need, and I found it there in your heart, It isn’t too hard to see, we’re in Heaven, heaven, by you, oh..oh..oh.., baby you are all that i need, here in heaven, heaven....! (Heaven, by Bryan Adams)

Heaven.......!
Sesekali dia berhenti bermain dan berlari, mempermainkan pasir dan ombak untuk sejenak mengatur nafashnya, untuk meneguk sedikit demi sedikit Hennesy dari botolnya dan Mild no. 07 Tobacco, lalu kembali bermain dan berlari seperti seorang bidadari yang kesepian di pantai itu, tapi dia sangat bahagia. seorang bidadari yang kesepian ,berbahagia, rasanya ada yang tidak pas di sini. Sesekali dia berlari mendekati, menghampiri lipatan-lipatan gelombang ombak yang menghempas pantai, hingga air menyentuh setengah lututnya.

Hanya dia sendirian di pantai itu, melewati malam itu. Pikiran, benak dan jiwanya diselimuti oleh kenangan panjang tentang dirinya dan Phill, pada banyaknya malam-malam yang paling indah dan romantis dalam hidupnya, yang telah mereka lewati bersama di sana, di pantai itu. Mereka berdua berlari-lari berkejaran di atas pasir putih pantai, atau berkejaran di atas ombak laut, sambil tertawa, bercanda, berciuman, bermeesraan, bercumbu dan tentu saja mereka bercinta, bercinta, dan bercinta, berkali kali di pantai itu.

Setelah selesai memetik semua kembang kenangan di taman hidupnya di sepanjang pantai yang tak berujung itu, dia lalu berhenti bermain, dia lelah berlari ke sana-kemari, dia lelah dan letih bermain-main dengan ombak dan pasir pantai, dia lelah menengadah ke langit, memuji keindahan bulan dan menghitung banyaknya bintang-bintang yang bergantungan di atas sana. Sekarang, dia adalah seorang bidari yang lelah dan kesepian di pantai itu. Dia sendirian. Malam telah berlalu semakin larut, sekarang dia benar-benar merasakan betapa hampanya merasa letih dan kecewa.

Namun semua telah berlalu untuknya.

Cincin berlian bermata Zamrut yang indah yang pertama kali dilihatnya 4 tahun yang lalu itu kini telah melingkar di jarinya. Semua malam-malam yang seharusnya dia lewati bersama Phill, di malam-malam yang lalu di pantai itu telah dia wujudkan dan dan kenang malam itu.

Tak lama kemudian dia melempar, membuang botol kosong Hennesy itu ke laut, lalu menengok cincin berlian di jarinya.

Tangisnya tiba-tiba meledak. Dia menangis tersedu-sedu, lalu dia tertawa dengan kepedihan dan kesedihannya yang terdalam bercampur aduk dengan rasa bahagia yang belum pernah dia alami sebelumnya. Ini benar-benar adalah saat-saat yang menyengangkan unuk di kenang dari penghujung sebuah malam.

Dia menangis lagi sambil menatap awan, laut, ombak, pasir, bintang-bintang dan semua yang bisa dilihat dan dikenangnya di sana dengan perasaan bahagia, hampa. Yang kosong dan kecewa.

Tiba-tiba cincin berlian yang indah itu telah melayang-layang di udara, menyentuh permukaan air laut, lalu tenggelam, terbenam ke dasar bersama semua kenangan-kenangan indahnya dan kekecewaannya.

Seseorang, paling tidak Philllah yang membelikan cincin itu untukknya, empat tahun yang lalu. Seseorang, paling tidak Phill ada di sana, bersamanya paling tidak untuk malam ini.


When I'm feeling blue, all I have to do, Is take a look at you, then I'm not so blue, When I'm in your arms, nothing seems to matter, My whole world could shatter, I don't care, Wouldn't you agree, baby you and me got a groovy kind of love, We got a groovy kind of love, We got a groovy kind of love....(A kind a groovy kind of love, By Phill collins)


Hari-hari berlalu. Kekecewaan dan kebahagiaan datang dan pergi di kehidupan manusia. Bagaimanapun, hidup harus tetap berjalan, atau paling tidak, lanjutkan hidupmu, kawan!

Lindsay Lohan, duduk tenang senidiran, seorang diri di depan meja bulat itu, yang sama, sebagaimana beberapa bulan sebelumnya sambil memandangi satu persatu e mail yang ada di BlackBerynya.

"Cincin itu?" suara seorang pria menghentikan lamunannya yang serius. cepat gerakanya menengok, melirik mencari tahu. Dia berdiri di depannya tepat seperti beberapa bulan sebelum itu, dengan seorang perempuan yang menggendong seorangg bayi, dan dua orang anak kecil lainnya di belakang mereka. Dia menatap pria itu sejenak, lalu kedua anak kecil itu, lalu akhirnya perempuan itu, bergantian. Tatapannya terhenti pada jari manis, di kirinya.

"Cincin itu...?" bisik Lindsay Lohan dalam hati.

"Saya lebih banyak menyimpannya dari pada menggunakannya!" jawab Lindsay Lohan sambil menunjukkan jari manisnya. Tak ada cincin berlian melingkar di sana.

"Ya, saya mengerti!"

"Kau membelinya juga?"

"Oh, yang kau lihat di tangan Kettie itu khan maksudmu?"

Lindsay Lohan Tersenyum. Wajahnya memerah oleh beberapa sloki Dry Gin.

"Saya menemukannya di pantai, beberapa bulan lalu, beberapa hari setelah malam itu!"

"Di pantai? Kau menemukannya?"

"Yep. Yang terbaik dan yang terindah untuk Kettie!"

"Oh my God!" jeritnya dalam hati.

"Selamat bersenang-senang!"



( Imajinasi di balik cerita ini tercetus dari pemaknaan imajiner terhadap kedua foto Lindsay Lohan dari sebuah artikel / site yang dipublish dalam onsugar.com 2009. Saya akan tambahkan kemudian. Salam hangat saya untuk Lindsay Lohan. Dari http://etlooke.com/ ; Betapa cantiknya kamu!)
@ Erich Tinggi, Juni 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar