Kamis, 06 Agustus 2009

Novel residu: Sixten (The end).


SIXTEN





Menjelang sore mereka berempat meninggalkan flat, dan tak seberapa lama kemudian mereka terlihat masuk ke Sogo Plaza Indonesia. Pearl dan Sam berbelanja semua keperluan diri mereka sendiri untuk beberapa bulan awal di Amerika seperti kemeja, T shirt, celana, sepatu dan sweeter untuk musim dingin. Semuanya dibeli dengan tunai.

Menjelang jam 9 mereka meninggalakn Plaza dengan kantong belanjaan yang memnuhi satu bagasi taksi, belum termasuk yang ada dalam peangkuan mereka. Tujuan mereka berikutnya adalah Nomoto. Saatsamopai di sana tinggal terlihat beberapa orang karyawan yang sedang bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing di kamar ganti para karyawan.

Looke telah memperoleh ijin dari Chef dan kepala Satpan, dia akan menggunakan dapur Nomoto untuk membuat kue dengan anak-anaknya, dengan Drew. Mereka telah siap dengan dua resep kue, Cinnamon dan kue kelapa. Semua bahan-bahannya tersedia dengan melimpah dio dapur nomoto, mereka tinggal mengolahnya saja.

Looke dan Sam mulai dengan Cinnamon.

Sementara Drew dan Pearl mempersiapkan bahan-bahan untuk kue kelapa.

Terigu, gula, ragi, telur, keju, kelapa, bubuk kayu manis dan mentega di aduk menjadi satu diolah sedemikian rupa dengan tekkhnik yang muktahir ala Looke, kemudian di masak di dalam Oven, itulah cara membuatnya.

Cinnamon dan kue kelapa yang sangat lexzat se;lesai selepas tengah malam, mereka pulang, lalu tidur. Mereka sangat kelelahan.

Beberapa malam setelah itu, sebuah pesta perpisahan diadakan di sebuah tempat yang dipinjam oleh Looke untuk semalam dari pemuda-pemuda Papua. Tempat itu terletak di tengah-tengah sebuah tanah kosong selebar kurang lebih 4 hektar yang dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit jakarta yang gagah dan mentereng. Tanah kosong itu ditumbuhi dengan rumput-rumput ilalang setinggi hamnpir tiga merter, sebagian bahkan lebih tibnggi dari itu, di tenaghnya terdapat sebuah ruang kosong yang melompong berebntuk bulatan yang pas untuk beberapa mobil, beberapa tenda. Tempat itulah yang menjadi markas tempat berkumpul dan bertemunya pemuda-pemuda Papua di seantero Jakarta pada malam hari, tempat bagi mereka untuk bersenang-senang, bernyanyi, menari, minum-minum sambil membakar daging atau ikan di atas api unggubn yang lebar. Untuk sampai ke sana, harus melewati sebuah jalan setapak seukuran bodi mobil angkot yang berbelok-belok, dan berliku-liku.

Itu adalah satu-satunya tempat di Jakarta dimana anda masih dapat melihat adanya ilalang setinggi 3 meter diatas tanah selebar empat hektare, itu di jantung Jakarta, tempat dimana teman Looke, orang-orang Papua itu melawatkan malam-malam terindah mereka dibawah sinaran cahaya bintang dan bulan.

Pesta dimulai menjelang malam dabn berakhir menjelang pagi. Meadowri tidak ada di sana, itu adalah pesta di tempat yang tertutup, hanya utnuk orang-orang yang ada di flat.

Saat itu adalah malam minggu yang panjang, yang hebta dan meriah, malam minggu yang menyenangkan, ada musik beragam genre, api unggun yang tidak berhenti menyala dan berkobar hingga pagi, daging bakar dabn ikan asap, minuman, serta acara bebas.

Pesta di alam terbuka di tengah-tengah padang ilalang yang lebat, anda benar-benar terasa sangat dekat dengan alam sekitar. Anda seperti menjadi bagian dan menyatu dengan alam. Tempat itu tidak ada duanya di Jakarta, saya tidak tahu bagaimana di Papua. Itu adalah sebuah tempat seperti perkampungan Galia yang kecil, yang tersembunyi, yang bebas dan merdeka di antara tembok-tembok emperium Romawi.

“Looke...!” desis Meadowri berbisik sambil mengusap kedua kelopak matanya. Dia baru saja bangun dan yang pertama kali terklintas di benaknya adalah wajah Looke, saat itu hampir menjelang sore. Tiba-tiba saja dia kangen dengannya, merindukannya.

Cepat dia menyambar ponselnya dari atas meja lalu menghubungi Nomoto, mencari tahu bagaimnana kabarnya, dia merindukan suaranya, dia ingin bebrbicara dengannya di telephone sekalipun hanya untuk sejenak. Dia tahu ini adalah jam sibuk di restoran manapun.

“Dia tidak ada!”

“Dia tidak masuk kerja atau masuk sift lain?”

“Tidak keduanya, dia telah resign dari dini, dari sejak seminggu yang lalu.!”

“Apakah dia benar-benar keluar dari Nomoto?” bisik Meadowri sendiri, maksunya untuk dirinya sendiri akan tetapi cukup jelas terdengar sekalipun hanya seperti sebuah bisikan di telinga si penerima telpon di Nomoto.

“Benar sekali , coba anda hubungi saja dia ke ponselnya!”

“Tidak aktif!”

“Siapa?” terdengar suara yang lain di telinga Meadowri.

Cepat pria yang berbicara itu menyambar telpon dari petuga kasir, dia kenal dengan nama itu.

“Meadowri, ya?” tanya dia dalam aksen jepang.

“Benar Sang!”

“Looke tidak lagi bekerja di sini, ya!”

“Apakah dia telah menemukan tempat baru?”

“Tidak, dia tidak pindah pekerjaan, tapi dia pindah ke Amerika, Onesang Meadowri!”

“Pindah? Ke Amerika? Bagaimana ini Sang, kamu hanya bergurau denganku khan Sang?”

“Tidak Onesang Meadowri, dia akan berangkat hari ini bersama kedua anaknya. Setahu saya sore ini dengan penerbangan terakhir JAL. O ya Meadowri....”

“Ya, ada apa Sang?”

“Saya pikir kamu ada disana?”

“Mengantarkannya?”

“Benar!”

“Seharusnya begitu Sang. Sebaiknya saya menyusulnya ke bandara sekarang!”

“Kau akan menemuinya?”

“Ya!”

“Cepat, dia mungkin belum terbang. Good luck Onesang Meadowri!”

“Terimakasih Sang!”

“Klik!” hubungan terlpon terputus.

Tanpa membuang banyak waktu, cepat Meadowri masuk kamar mandi, mengganti pakaiannya, tak lupa menyemporotkan pewangi ______ke seluruh tubuhnya lalu mengebut mobilnya seceopat mungkin yang bisa dia lakukan menuju ke bandara. Jika perjalanan lancar, paling tidak dia memerlukan satu jam perjalanan. Dia menyalakan raduio untuk mengusir kesepiannya, dari chanel yang dia pilih terdengar Mayumi Itsuwa melantunkan Sayonara Dakewa; Kau akan dilupakan, kau akan melupakan dan jika saatnya tiba, kita semua akan saling melupakan. Beberaopa kenagna bahjka sebenarnya hanyalah pepesan kosong, yang tidak berarti apapun. Jika ada pelajaran hidup yang dapat engkau petik yang dapat engkau pelajari dari sini, mungkin inilah saanya engkau mengetahui bahwa pada suatuy masa dalam hidup ini, kelak, engkau harus berusaha belajar menerima kenyataan dilupakan, sebagai yang dilupakan dan yang terlpakan. Kau harus belajar melupakan!

Foster dan Kline seperti dirinya, sedang dalam perjalanan ke bandara.

Satu jam kemudian mobilnya telah merengsek perlahan macari tempat parkir yang terdekat dengan pintu masuk bandara di lantai satu. Setelah parkir dia lalu mulai mencari Looke dari ujung ke ujung pelataran bandara, lalu ke lantai dua, akan tetapui dia tidak menemukannya. Berarti dia telah ada di dalam sana. Kemudian di mencari letak chek in maskaai penerbangan JAL, di layat TV dia melihat sekilas jadwal penerbangan JAL yang terakhir hari itu, dalam satu jam kedepan.

Dia menghampiri dinding kaca yang meisdahkan bagian dalam debngan bagian luar bandara yang penuh dengansdengans esak calon peneumpang dan para pengantar lalu mulai mencario dimana adanya Looke di antara para penumpang yang sedang mengantri dalam antrian panjang untuk Boarding Pass. Sangat susah bagi dia menemukannya.

“Meadowri?”

Dia melirik ke pada perempuan di sampignya, yang menyapanya, menyebutkan namanya. Dia belum mengenalnya, namun yang pasti dia mengenal dirinya, mungkin dia adalah salah seorang penggemarnya. Dia tersenyum layaknya seorang idole di hadapan seorang Fans fanatik lalu kembali melongok masuk ke balik dinding kaca.

“Kau mencari Looke?”

“Ya!” katanya, namun matanya terus mencari dimana Looke berada di dalam sana.

“Dia sedang boarding, kau akan susah melihatnya dari sini, agak jauh ke sana, namun tidak lama lagi dia akan lewat!”

Meadowri memalingkan kepalanya menatap perempuan itu.

“Kau seperti mengenalnya?”

“Ya, saya teman satu flatnya, saya mengantarkannya!”

“Kamu siapa?”

“Saya Drew!” mereka lalu berkenalan.

“Berapa lama dia akan berada di sana?” tanya Meadowri berusaha mencari tahu kebenaran informasi yang dia dapat daro Nomoto.

“Dia tidak pergi utnuk berlibur, dia akan pergi untuk selamanya. Dia akan kawin di sana dengan seorang perempuan dari New York dan tinggal disana!” jawab Drew , air matanya mulai menetes, dia tidak mengharapkan menjadi bagian dari perpisahan yang seperti ini, sangat menyekitkan hati. Pandangan Meadowri berkaca-kaca, rasa kehilangan telah sepenuhnya menggerogoti dirinya. Tidak lama lagi Foster dan Kline tiba.

“Dia berkenalan dengan perempaun itu dari internet, dia menjanjikannya perkawinan, kehidupan dan masa depan jika looke bersedia ke Amerika. Kau tahu dia Meadowri, Looke telah hidup bertahun-tahun dengan harapan-harapan dan impian-impian Amerika. Itu adalah peluang emas yang tak setiap saat menghampirinya, dia mengambilnya. O ya.., itu dia...!”

“Kau menemukannya? Dia ada di mana?”

“Itu, di sana!”

Drew menunjuk arah dimana Looke berada. Dia baru saja selesai boarding, dia sedang menuju ke ruang tunggu penumpang.

“Looke...?” teriak Meadowri.

“Ini aku, Meadowri! Lanujutnya berteriak lebih keras lagi dengan disertai derai tangis dan air mata.

“Looke, Pearl, Sam....lihat kemari, ini aku, ini Meadowri. Tolonglah!” teriaknya semakin keras berkali-kali, namun sepertinya Looke tak bisa mendengar suaranya yang tertutup oleh suara pengumuman jadwal penerbangan dari spekaer phone yang tidak berhenti bersuara.

Sebenarnya, sayup-sayup Looke mendenar suara Meadowri, namun dia tidak menoleh, rasa sedih dan kehilangan yang lebih dalam akan dia rasakan, yang akan mereka berdua dan bertiga rasakan jika mereka saling melihat, ini seperti berpaling ke kota Sodom dan Gomora yang sedang diamuk api dan huru-hara. Anak-anaknya tidak boleh mendengarnya ataupun berpling ke arajh mereka berdua, dia mengajak mereka berdua mengobrol tentang apa saja untuk mengalihkan perhatian mereka dan mengaburkan pendengaran mereka. Namun peral yang telah mulai beranjak besar seperti mengetahui apa yang sedang terjadi., dan mengerti bahwa sebenarnya ayahnya mendengar suara yang memanggil-manggil nama mereka, namu dia hanya berpura-pura tidak mendengar. Dia mengerti, jadi sudah seharunya diapun sama seperti Ayahnya.

“Lupakanlah semua itu!” pikirnya membuat kesimpulan sendiri.

Foster telah sampai, di belakangnya Kline berlari mengikuti.

Foster berlari semakin cepat mendekati mereka.

“Meadowri, mana dia?”

Meadowri melirik cepat, dan terisak-isak.

“Foster, cepat, dia ada di dalam sana!”

Foster dan Looke mengayun langkahnya lebih cepat lagi, mereka berdua tidak ingin kehilangan kesempatan melihat Looke untuk yang terakhir kalinya.

“Mana dia?”

“Itu di dalam sana!”

Foster dan Kline melirik ke balik dinding kaca, Looke sedang mendekati eksecutiv lounge, ruang tunggu eksekutif yang ada di sana. Meadowri berteriak leboh kencang, beruapaya untuk terakhir kalinya., namun langkah Looke semakin menjauh. Mungkin inilah saatnya yang sesungguhnya bagi mereka untuk melupakannya, seindah apapun mereka pernah hadir dalam hidupnya. Pearl dan Sam menggandeng di kedua tangannya berjalan disisinya dengan riang, bersemnagat, dengan langkah-langkah yang canggig dan muktahir., seperti langkah Maria Sharapova di atas karpet merah. Drew berusaha memenangkan dirinya dan Meadowri, dia memeluknya, mereka berpelukan untuk menumpakah segala kesedihan dari rasa kehilangan yang sangat yang mereka rasakan. Ini benar-benar perpisahan yang menyedihkan.

Akhirnya Looke benar-benar mengilang di balik pintu eksecutv lounge itu, menghilang dari pandangan mereka, menghilang untuk selamanya. Mungkin mereka hanya akan bertemu dengannya kelak lewat karya-karya yang terbit di seluruh dunia.

“Looke...! aku mencintaimu, aku merindukanmu!” itulah jeritan lirih yang terakhir dari Meadowri sebelum mereka pergi dari sana.

“Kau, saya, kita, kita semua akan melupakannya, jalani saja, ini hanyalah sekeping dari perjalanan hidup! Bisik Looke dari kejahuan.

Sambil menikmati muffin dan late di ruang tunggu ekscutiv, looke menulis beberapa e mail pendek ke New York, ke Drew Bary More, ke Reira Yuna Ito dan ke Jesica Parker di Facebook. Yang terakhir adalah menuliskan beberapa bait pendek terakhir dari novel pendek terbarunya, the Residu, lalu THE END! Dia menyimpan salinannya kedalam USB, setelah itu dia melipat kembali Notebooknya yang seharga sekaleng bayam, buncis atau buah leci kalengan di rak-rak makanan kalengan di toserba dalam kurs Dollar dan kemudian melemparkannya kedalam tong samah yang ebrada tak jauh dari meja mereka.

“Papa, Koq dibuang?” tanya Pearl bingung?

“Kita akan membeli yang terbaru, yang lebih bagus lagi nanti di Amerika!” jawab Looke lalu mengambil Ipod dari tas jinjingnya. Satu speaker head phone di tempelkan ke telinganya, tak lama kemudian lagu Learn be stuck dari the Eagles di trak pertama mulai melantun.

Di benak Pearl ada boneka-boneka Barbie yang asli dan Disneyland, Sam berpikir dan berkhayal tentang Nintendo atau super Sega teknologi terbaru sebagai pengganti PS 3 nya yang telah dijual. Semuanya akan menjadi baru di tempat yang baru.

Drew memasuki kamar barunya untuk yang pertama kali, kamar 20 di flat yang sama. Itu adalah kamar bekas Looke, Pearl dan Sam. Dia memegangi perutnya karena percintaan terakhirnya dengan Looke, itu beberapa hari lalu.

“Looke kecil, kau pasti akan kembali untukku. O ya, aku harus memberinya nama apa ya nanti?”pikir Drew setangah berkhayal.




The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar